Bola.com, Jakarta - Pertemuan antara Manchester United dan Liverpool lazimnya berlangsung panas akibat rivalitas antara kedua tim tersebut. Namun, tak demikian halnya dengan laga yang tersaji di Old Trafford, 2 April 1915.
Pada laga tersebut, para pemain Liverpool terkesan ogah-ogahan dalam bermain. Mereka enggan mendekati kotak penalti United. Bahkan, ketika sepakan rekan mereka Fred Pagnam membentur mistar gawang United, yang dikawal Bobby Beale, para penggawa Liverpool menunjukkan raut muka tak senang.
Bahkan para penggawa Liverpool tak memanfaatkan hadiah penalti yang mereka dapat pada laga tersebut.
Laga yang berjalan relatif searah ini pun berakhir dengan kemenangan United. Skuad besutan Jack Robson ini menang dua gol tanpa balas. Gol-gol kemenangan Setan Merah dicetak George Anderson.
Dengan kemenangan ini, Manchester United meraih dua poin. Donasi dua poin ini yang membawa mereka menempati posisi 18 di klasemen. Mereka unggul satu poin dari tim yang masuk zona degradasi.
Sementara, bagi Liverpool, kekalahan ini relatif tak berdampak. Pasalnya, mereka berada di papan tengah. Anak asuh Tom Watson ini tak berpeluang mengejar gelar juara, tapi sebaliknya mereka pun tak terancam degradasi.
Video
Awal Terbongkar
Mulanya, permainan ogah-ogahan yang diperagakan dalam laga Liverpool kontra Manchester United ini ditengarai tak lepas dari kondisi yang melanda Eropa waktu itu. Perang Dunia 1 berkobar di Eropa.
"Pertandingan ini dibayangi Perang Dunia 1 yang sudah berlangsung selama beberapa bulan. Para pemain bisa jadi berpikir setelah musim ini usai, tak akan ada kompetisi lagi," tulis penulis olahraga, Graham Sharpe, seperti dilansir BBC.
Namun, kecurigaan terus berkembang, terutama di kalangan para petaruh. Mereka curiga dengan nilai taruhan bahwa United bakal menang pada laga tersebut. Waktu itu, nilai taruhan bahwa United bakal menang 2-0 pada laga tersebut mencapai 7:1.
Kasak-kusuk di kalangan petaruh sampai juga ke otoritas Liga Inggris. Mereka kemudian melakukan penyelidikan terkait kejanggalan-kejanggalan yang terjadi dalam laga tersebut.
Setelah melakukan penyelidikan panjang, pada Desember 1915, otoritas liga akhirnya membeber hasil penyelidikan mereka. Seperti dinukil dari Daily Mail, berikut hasil penyelidikan mereka:
"Terbukti ada sejumlah uang yang berpindah tangan dengan bertaruh pada pertandingan dan ada sejumlah pemain yang diuntungkan dengan hal tersebut. Ulah mereka ini merusak keseluruhan pertandingan dan mencemari kejujuran dan keadilan."
Hukuman
Setelah investigasi dilakukan, hukuman pun dijatuhkan. Otoritas liga yang tak ingin kompetisi mereka tercemar menjatuhkan hukuman berat kepada para pemain yang terlibat dalam skandal ini.
Ada empat orang dari Liverpool yang dianggap terlibat pada perbuatan lancung ini. Mereka adalah Jackie Sheldon, Tom Miller, Bob Pursell, dan Thomas Fairfoul.
Sementara, di kubu United ada tiga orang yang menurut otoritas liga terlibat dalam permufakatan culas tersebut. Mereka adalah Sandy Turnbull, Arhur Whalley, dan Enoch West.
Pada 27 Desember 1915, vonis pun turun. Mereka diskors seumur hidup tak boleh bermain di kompetisi.
Namun, hukuman ini relatif tak berdampak. Pasalnya, sepanjang Perang Dunia Pertama berlangsung, kompetisi tak bergulir.
Kecuali West, hukuman para pemain yang terlibat dalam skandal ini dicabut pada 1919. Sementara, hukuman West sendiri baru dicabut pada 1945. Para pemain yang terlibat dalam perang ini dinilai berjasa pada negara.
Sementara, seperti dilansir Daily Mail, West tak ikut terjun ke kancah Perang Dunia Pertama. Ia sibuk melakoni perang pribadinya, melalui pengadilan, untuk membersihkan nama dari tudingan terlibat matchfixing.
Gugur di Medan Perang
Jika rekan-rekannya, kecuali West, bisa kembali bermain sepak bola setelah Perang Dunia Pertama usai, tak demikian halnya dengan Sandy Turnbull. Penyerang United asal Skotlandia ini hilang dan dianggap gugur dalam peperangan.
Turnbull yang ditugaskan bersama Batalion Kedelapan Resimen East Surrey harus menghadapi serangan mendadak pasukan Jerman di dekat pedesaan Cherisy, Prancis, pada April 1917.
Dalam pertempuran tersebut, 90 prajurit gugur, 150 orang terluka, dan 90 serdadu lainnya tertawan. Turnbull sendiri terluka pada pertempuran tersebut dan dipercaya tertawan oleh pihak Jerman.
Istri Turnbull, Florence, tak pernah mengetahui nasib suaminya. ia hanya mendapat surat dari kesatuan suaminya.
"Kami mencoba menjelaskan apa yang terjadi pada suami tercinta Anda, Alec. Ia terluka dan kami khawatir ia jatuh ke tangan Jerman. Kami berharap Anda akan mendapat kabar langsung darinya."
"Dalam kondisi terluka, Alec terus bertempur dan memimpin anak-anak buahnya. Ini terakhir kali kami melihatnya. Kami semua mencintainya. Dia merupakan sosok ayah bagi kami semua dan sosok paling populer di resimen. Kami sangat bersimpati atas kehilangan Anda," demikian surat dari resimen Turnbull kepada Florence.
Sampai akhir hayatnya, Florence tak pernah lagi mengetahui kabar atau bahkan melihat jasad suaminya. Diyakini, Turnbull gugur sebagai tawanan dan jasadnya terkubur di suatu tempat di Prancis Utara.
Sumber: BBC, Twitter
Disadur dari: Bola.net (Dendy Gandakusumah/Gia Yuda Pradana, published 14/1/2021