Kiat Sukses Jadi Pemain Timnas Indonesia Menurut Peraih Medali Emas SEA Games 1991

oleh Abdi Satria diperbarui 15 Jan 2021, 11:00 WIB
Kolase - Timnas Indonesia di SEA Games 1987 dan 1991 (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Meraih medali emas cabang sepak bola bersama Timnas Indonesia di SEA Games 1991 merupakan pencapaian tertinggi legenda Persebaya, Yusuf Ekodono, dalam perjalanan kariernya sebagai pemain.

Menjadi pilar skuad Garuda di Manila tentu tak didapatkan Yusuf dengan mudah. Apalagi, ia harus bersaing dengan pemain papan atas Indonesia .

Advertisement

Saat itu, skuat Timnas Indonesia didominasi oleh pemain Galatama yang disebut-sebut sebagai universitasnya kompetisi tanah air. Dari tim Perserikatan hanya dua pemain yang terpilih. Selain Yusuf yang cemerlang bersama Persebaya Surabaya di Piala Utama 1990, ada Robby Darwis, bek senior Persib Bandung.

"Saya juga baru bergabung setelah timnas melakukan TC di Australia," kenang Yusuf di channel Youtube Omah Balbalan.

Menurut Yusuf, pencapaiannya bersama Timnas Indonesia di SEA Games 1991 adalah buah kesabaran, kerja keras dan tekad kuat plus dukungan penuh dari kedua orangtuanya, Masimin dan Kasinem.

"Ayah dan ibu memberi contoh yang baik buat saya sejak kecil. Bahwa sukses bisa dicapai lewat proses yang harus dijalani dengan sepenuh hati dan fokus pada impian," kata Yusuf.

Video

2 dari 3 halaman

Didikan Keras Turunkan pada Anak

Fandi Eko Utomo (kanan) bersama ayahnya, Yusuf Ekodono, dan kedua saudaranya (Bola.com/Zaidan Nazarul)

Didikan dan gemblengan dari kedua orangtuanya itu juga diterapkan Yusuf kepada tiga anak lelakinya, Fandi Eko Utomo, Wahyu Subo Seto, dan Novaldo Troy Putra yang mengikuti jejaknya sebagai pesepak bola profesional.

"Sejak kecil, mereka, khususnya Fandi dan Wahyu sudah saya ajak menemani saya latihan dan bertanding. Bahkan saat Persebaya bermain di Kalimantan. Tujuannya agar mereka bisa menjiwai sepak bola dan menjadikan bagian dari kehidupannya," terang Yusuf.

Dan ketika para anaknya lulus dari bangku sekolah menengah pertama, Yusuf memberikan plihannya kepada mereka, serius mau jadi pemain atau berkarier di bidang lain.

"Alhamdulillah, semua anak saya memilih sepak bola. Saya pun mengarahkan mereka baik di dalam mau pun di luar lapangan."

Yusuf merujuk satu langkahnya dengan tidak membelikan anaknya telepon genggam yang dinilainya bisa membuat mereka kehilangan fokus.

"Tapi, saya bilang ke mereka, bapak bisa membelikan sepatu bola yang harganya bisa tiga kali lipat lebih mahal dari harga sebuah handphone. Untung mereka mau menerima," tutur Yusuf.

Fandi dan Wahyu sudah bermain di kompetisi kasta tertinggi. Fandi saat ini tercatat sebagai pemain PSIS Semarang. Sedang Wahyu tergabung di Bhayangkara FC. Sementara Novaldo berkostum PS Hizbul Wathan di Liga 2.

 

3 dari 3 halaman

Saran untuk Pemain Muda

Bagus Kahfi dan Beckham Putra Nugraha saat laga melawan Korea Utara di SUGBK, Jakarta, Minggu (10/11/2019) dalam penyisihan Grup K kualifikasi Piala AFC U-19 2020. (Bola.com/Yoppy Renato)

Sejalan dengan perkembangan zaman, Yusuf mengaku sejatinya dirinya tak begitu alergi dengan penggunaan smartphone oleh pemain muda. Menurut Yusuf, sepanjang digunakan untuk hal yang positif tak masalah.

"Poinnya adalah pemain muda jangan kehilangan fokus untuk mewujudkan impinnya sebagai pemain profesional," terang Yusuf.

Yusuf menyarankan agar pemain muda memanfaatkan smartphone yang dimilikinya untuk hal-hal yang positif, di antaranya menyaksikan rekaman pertandingan atau metode latihan. Itu pun durasinya harus dibatasi.

"Paling lama satu atau dua jam per hari. Karena untuk menjadi pemain yang bagus harus disiplin menjaga istirahat dan pola makan juga mental. Karena hal itu yang dibutuhkan untuk tetap fit dan konsisten di latihan maupun pertandingan," papar Yusuf.

Berita Terkait