Bola.com, Bandung - Dua mantan pemain Persib Bandung, Asep Somantri dan Anwar Sanusi, bernostalgia mengenai momen ketika masih aktif bermain. Kedua pesepak bola yang pernah dua kali membawa Persib menjadi juara dengan jabatan yang berbeda itu mengungkapkan bagaimana mereka menjaga emosi terhadap wasit ketika berada di lapangan hijau.
Asep Somantri dan Anwar Sanusi merupakan dua sosok eks Persib Bandung yang pernah merasakan gelar juara dengan dua jabatan yang berbeda. Keduanya menjuarai Liga Indonesia 1994/1995 sebagai pemain dan menjadi asisten pelatih Djadjang Nurdjaman saat Maung Bandung menjuarai Indonesia Super League 2014.
Keberhasilan meraih gelar juara pada 1994/1995, diakui Anwar Sanusi yang merupakan mantan kiper Persib Bandung, karena kekompakan dan kebersamaan tim yang sangat solid, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Away, sapaan karib Anwar Sanusi, juga merupakan sosok yang tidak pernah meluapkan kemarahan terhadap wasit, apalagi sampai mencaci maki, ketika masih aktif bermain bersama Persib Bandung.
"Kalau misalnya ngedumel, jojorowokan (teriak-teriak), itu biasa. Kalau tidak puas pasti ngajorowok (berteriak). Namun, kalau caci maki sampai keluar kata-kata kasar, saya tidak pernah," ungkap Away dalam channel youtube PersibTV.
Sebagai pesepak bola, Away menegaskan tetap berpegang kepada prinsip, bahwa keputusan wasit seperti apapun harus bisa diterima oleh para pemain.
"Kalau wasit sudah memutuskan, ya harus diterima. Kalau kita marah, kita emosi, apalagi sampai kontak fisik, akan kena sanksi," ujar Away.
Sebagai pemain yang memperkuat Persib Bandung pada era 1990-an, Away mengaku skuat Persib Bandung kala itu terkenal memiliki kesantunan. "Kecuali saat masih perserikatan, itu juga terjadi berantem antarpemain. Kalau sama wasit, tetap tidak ada ya," ujarnya.
Video
Berkat Bimbingan Senior di Persib
Sementara itu, Asep Somantri, atau yang karib disapa Ujeb, justru lebih sering berkontak dengan wasit mengingat dirinya sebagai pemain di lini tengah. Ia mengaku kerap emosi ketika berada di dekat wasit yang mengambil keputusan tidak tepat.
"Terus terang saja, kalau di tengah itu lebih dekat dengan wasit, pasti ada saja rasa marah. Namun, tetap tidak sampai mengeluarkan bahasa yang tidak sepantasnya," kisah Ujeb.
"Saya sepakat dengan Pak Away kalau keputusan wasit merupakan final. Saya orangnya ini termperamen, tapi saya selalu ingat bahwa jangan sampai karena emosi sesaat, permainan tim menjadi hancur," tegasnya.
Ujeb juga mengungkapkan bahwa jarang ada pemain Persib Bandung pada eranya bermain yang mendapatkan kartu kuning pada saat itu, apalagi kartu merah. Semua itu karena kesantunan yang dimiliki para pemain Maung Bandung. Bahkan Ujeb sendiri disebut sebagai sosok paling bersih pada eranya bermain.
"Alhamdulillah, tapi kalau saya disebut sebagai pemain terbersih tidak juga. Itu semua karena bimbingan dari pemain yang lebih senior, komunikasi dengan teman-teman bagus. Jangan sampai saya sebagai pemain muda menjadi emosi. Itu merupakan bimbingan dari para senior," ungkap Ujeb mengakhiri.
Baca Juga
Rahmad Darmawan Ceritakan Kronologi PSM Mainkan Pemain ke-12 Vs Barito Putera di BRI Liga 1: Lawan Mengakui, Wasit Tetap Play-on
Lisandro Martinez Frustrasi dan Marah Besar dengan Kelemahan Utama MU
Masa Adaptasi di Real Madrid Tuntas, Kylian Mbappe: Mencapai Titik Terendah adalah Hal Baik untuk Saya