Bola.com, Jakarta - Banyak kisah seru dari klub sepak bola Indonesia pada masa lalu. Bola.com mengangkat cerita menarik dari satu di antara klub yang mentas di kompetisi Galatama, PS Sari Bumi Raya musim 1981 hingga 1983.
Setengah dari pemain klub itu bergelar sarjana dan ada yang menjadi dokter. Seperti apa ceritanya?
Kompetisi Galatama yang digelar mulai tahun 1979 hingga dilebur dengan Perserikatan pada 1994, merupakan cikal bakal kompetisi profesional di Indonesia. Berbagai perusahaan baik milik negara maupun individu berlomba eksis lewat klub.
Pengusaha lokal, Junarsono, anak dari Ketum PSSI 1975-1977, Bardosono, membentuk klub PS Sari Bumi Raya pada tahun 1976. Pada awal musim Galatama 1978-1979, Sari Bumi Raya bermarkas di Bandung. Pemain angkatan pertama salah satunya adalah pelatih Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman.
Baru pada 1981, Sari Bumi Raya pindah markas ke Yogyakarta. Di situlah petualangan unik Sari Bumi Raya dimulai. Drs. Soedjono, dosen IKIP Yogyakarta kala itu (sekarang UNY), ditunjuk menjadi pelatih. Soedjono merupakan pelatih legendaris PSIM Yogyakarta dan terakhir menjadi caretaker Persiba Bantul 2011, saat usianya 70 tahun.
Video
Akademisi
Berasal dari kalangan akademisi, Soedjono pun merekrut beberapa pemain yang bergelar sarjana dari sejumlah kampus di Yogyakarta. Usia pemain yang direkrut rata-rata 25 tahun.
Skuat Sari Bumi Raya angkatan 1982 di antaranya, Drs. Hariyanto (kapten), Drs. Bambang Haryatmo, Drs. Sulistya, Drs. Bambang Nurjoko, Melius Mao SH, Drs. Sutrisno, dan Drs. Agus Santoso. Kiper Sari Bumi Raya pada angkatan itu berprofesi sebagai dokter, yakni Nunung.
“Hampir separuh dari skuat PS Sari Bumi Raya bergelar sarjana dan ada mahasiswa semester pertengahan. Tapi ada juga pemain dari klub Perserikatan yang sudah tenar,” kata Agus Santoso, eks pemain Sari Bumi Raya yang kini bekerja di bank.
Salah satu bintang yang direkrut Sari Bumi Raya adalah Inyong Lolombulan. Namanya meroket saat mencetak gol tunggal Timnas Indonesia ke gawang Korea Utara di Pyongyang, pada Kualifikasi Piala Dunia 1990.
Bubar Tahun 1984
PS Sari Bumi Raya pada Galatama 1982-1983 memang kurang bersinar. Mereka mengakhiri kompetisi musim itu di posisi ke-12 dari 15 kontestan. Juara Galatama musim itu adalah Niac Mitra Surabaya yang diperkuat duet pemain asal Singapura, kiper David Lee dan striker, Fandi Ahmad.
"Selain pemain asing, hampir semua pemain Niac Mitra memperkuat tim nasional. Sari Bumi Raya pada musim itu jago kandang, tapi kalah 1-3 dari Niac Mitra," lanjut Agus.
Sayangnya, kiprah para sarjana dan dokter di Sari Bumi Raya hanya dua musim. Tahun 1983, Sari Bumi Raya vakum dan akhirnya bubar pada tahun 1984.
"Saat vakum, kami tetap digaji. Setelah bubar, sebagian besar pemain Sari Bumi Raya hijrah ke PSIS Semarang, termasuk saya," ucap Agus.
Baca Juga
Sumardji Sebut Shin Tae-yong Baru Bisa Jadi Sasaran Tembak Jika Timnas Indonesia Melempem di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Manajer Timnas Indonesia Tanggapi Tagar Shin Tae-yong Out Gara-gara Piala AFF 2024: Salah Alamat dan Salah Sasaran!
Jelang Leg Pertama Semifinal Piala AFF 2024: Vietnam Kecewa Cuma Dapat Jatah 300 Tiket dari Singapura