Bola.com, Makassar - Arif Suyono pantas masuk dalam daftar penyerang sayap papan atas yang pernah beredar di Liga Indonesia. Pencapaiannya di level klub terbilang lumayan. Bersama Arema Malang, ia dua kali menggenggam trofi juara Copa Dji Sam Soe (Piala Indonesia) pada 2005 dan 2006.
Empat tahun kemudian, ia mengulang sukses di ajang sama saat berkostum Sriwijaya FC. Di level Timnas Indonesia, Arif Suyono pernah membela skuad Garuda junior dan senior di berbagai event internasional dengan prestasi tertinggi juara Piala Kemerdekaan 2008 dan runner-up Piala AFF 2010.
Ajang terakhir jadi momen paling berkesan buat Arif meski timnas Indonesia harus merelakan trofi juara kepada Malaysia. "Atmosfernya sangat luar biasa. Semua pemain mendadak jadi artis," kenang Arif dalam channel Youtube Ryan Ekky Pradipta.
Pencapaian Arif Suyono merupakan buah perjalanan panjangnya di sepak bola yang dimulai dengan menjadi pemain di SSB Wastra Indah pada 2000. Kala itu usianya 16 tahun. Pada periode ini, Arif langsung merasakan sulitnya mengawali perjuangannya mengolah kulit bundar.
Di mana sang kakak, Ningsih nekat berhutang untuk membelikan sepatu bola seharga Rp 150 ribu buat Arif yang hendak ikut seleksi masuk ke dalam tim Piala Gubernur. Perjuangan sang kakak tak sia-sia.
Tiga tahun kemudian, Arif sudah masuk dalam skuad Persema Malang yang berkiprah di Divisi 1 (Liga 2) Liga Indonesia pada 2003-2004 dan menembus skuat Timnas Indonesia U-19.
Berkat aksinya bersama Persema, Arif dilirik manejemen Arema jelang musim 2005. Di klub kebanggaan Aremania inilah Arif mulai memetik hasil perjuangannya dengan dua kali meraih trofi juara Copa Dji Sam Soe dan masuk skuat timnas U-23 di Sea Games 2007. Setahun kemudian, Arif bergabung di timnas senior pada Piala AFF 2008 dan Piala Kemerdekaan 2008.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Peran Putu Gede
Layaknya seorang pemain, Arif Suyono juga memiliki idola dan panutan yakni I Putu Gede, eks gelandang Timnas Indonesia yang juga seniornya di Arema.
Menurut Arif, keputusannya dalam memilih klub yang akan dibelanya tak lepas dari masukan Putu Gede. "Hanya satu klub yang saya putuskan sendiri yakni ketika bergabung di Mitra Kukar," kata Arif.
Nomor punggung 14 yang identik dengan Arif juga terilhami dari sosok Putu. Ia langsung memilih nomor yang dikenakan Putu di Arema ketika sang anutan pindah ke Persita Tangerang jelang musim 2007.
"Dulu ketika pertama kali memperkuat Arema, saya memakai nomor punggung 8," terang Arif.
Arif sempat memakai nomor lain ketika membela Timnas Indonesia pada 2008. Itu karena nomor 14 sudah jadi pilihan Ismed Sofyan, bek senior Persija. Ia pun memakai nomor 19 yang memang belum dipilih pemain lainnya.
"Selebihnya saya memakai nomor 14 yang membuat saya nyaman dan termotivasi tampil optimal di lapangan hijau," papar Arif.
Setelah berpisah lama, Arif dan Putu kembali bersatu di Putra Sunan Giri (PSG) Gresik yang berkiprah di Liga 2 2020. Putu yang bersatus pelatih kepala PSG mengajak Arif bergabung di pengujung kariernya sebagai pemain. Sayang, kompetisi terpaksa berhenti karena wabah pandemi COVID-19.