Bola.com, Jakarta - Cerita perjalanan sepak bola Indonesia tak bisa dipisahkan dari kompetisi bernama Perserikatan. Kompetisi ini terbentuk ketika Indonesia masih dalam masa penjajahan Belanda pada 1931.
Mayoritas klub Indonesia saat itu terbentuk dengan menggunakan nama Belanda. Maklum, Republik Indonesia belum terbentuk dan Belanda memiliki aturan yang ketat terkait penggunaan bahasa untuk nama organisasi atau klub sepak bola di Indonesia dibentuk tak lepas dari peran orang-orang Belanda.
Cikal bakal kompetisi Perserikatan bermula pada pertengahan April 1930. Ketika itu, PSM Yogyakarta (PSIM Yogyakarta) bersama dengan VIJ Jakarta (sekarang Persija Jakarta), BIVB Bandung (Persib Bandung), IVBM Magelang (PPSM Magelang), MVB Madiun (PSM Madiun), SIVB Surabaya (Persebaya Surabaya) dan VVB Solo (Persis Solo) mengadakan pertemuan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta.
Mereka sepakat untuk membentuk sebuah wadah federasi sepak bola di Indonesia. Pada 19 April 1930 akhirnya terbentuklah organisasi induk yang diberi nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI) dan bermarkas di Mataram atau yang kini dikenal sebagai DIY Yogyakarta.
Sejak saat itulah, kompetisi tahunan antarkota atau perserikatan digelar. Ini merupakan kompetisi kedua yang ada di Indonesia setelah pada 1914 terdapat Kejuaraan Antar Kota Hindia Belanda yang diseleggarakan Nederlandsch-Indische Voetbalbond (NIVB).
Sejarah mencatat, hanya ada lima klub yang bisa dikatakan paling sukses selama kompetisi Perserikatan. Keberhasilan mereka dalam menjadi langganan juara tak terlepas dari pemain berkualitas yang dimiliki. Lantas, siapa saja lima klub Indonesia dengan label penguasa di era Perserikatan?
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
PSM Makassar
PSM Makassar tercatat meraih lima gelar era Perserikatan di Indonesia. Pencapaian itu diraih pada 1955-1957, 1957-1959, 1964-1965, 1965-1966, 1991-1992. PSM juga berhasil empat kali menjadi runner-up yakni pada 1951, 1959-1961, 1964, 1993-1994.
PSM awalnya terbentuk dengan nama Makassar Voetbal Bond (MVB) pada 1915. Kemudian pada zaman pendudikan Jepang di Hindia Belanda, semua jenis organisasi dengan ejaan bahasa Belanda dihapus dan membuat MVB berubah menjadi PSM Makassar.
Sayangnya, PSM sampai saat ini belum lagi mampu meraih gelar juara. Pencapaian terbaik di liga terjadi saat menjuarai Liga Indonesia 1999-2000.
Persib Bandung
Persib Bandung tercatat sukses meraih lima gelar pada era Perserikatan. Pencapaian itu diraih klub berjulukan Maung Bandung pada 1937, 1959-1961, 1986, 1989-1990, dan 1993-1994.
Awalnya, Persib lahir dengan nama Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada 1923. Kemudian BIVB berafiliasi dengan National Voetball Bond (NVB) dan menjadi Persib Bandung sejak 1933.
Persib merupakan peraih gelar Perserikatan musim terakhir pada 1993-1994 ketika mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 2-0. Selain itu, Persib juga tercatat delapan kali menjadi runner-up yakni pada 1933, 1934, 1936, 1957–1959, 1965–1966, 1966–1967, 1983, dan 1985.
Setelah berakhirnya era Perserikatan, Persib meraih dua gelar lagi yakni pada Liga Indonesia 1994-1995 dan Liga Super Indonesia 2014. Sampai saat ini, Persib masih eksis di Liga 1 sebagai kompetisi elite Indonesia dan berusaha untuk mengakhiri puasa gelar liga.
PSMS Medan
PSMS Medan tak bisa dipisahkan dari era Perserikatan. Klub asal Sumatra Utara itu tercatat meraih lima gelar juara yakni pada 1966-1967, 1969-1971, 1973-1975, 1983, dan 1985.
PSMS juga berhasil finis di peringkat kedua sebanyak empat kali. Pencapaian itu diraih pada 1953-1954, 1955-1957, 1978-1979, dan 1991-1992.
PSMS lahir hasil dari kawin silang Rumah Susun Footbal Club (RSFC) dan Oost Sumatra Voettbal Bond (OSVB) pada 1950. Namun, saat ini klub Penguasa Sumatra itu terlihat kesulitan bersaing dan kini berlaga di Liga 2.
Persis Solo
Persis Solo tercatat sebagai klub tersukses kedua di era Perserikatan. Persis Solo meraih gelar juara sebanyak tujuh kali yakni pada musim 1935, 1936, 1939, 1940, 1941, 1942, dan 1943.
Persis awalnya terbentuk pada 1923 menggunakan nama Vorstenlandschen Voetbal Bond (VVB). Setelah enam tahun akhirnya pada 1928 VVB berganti nama menjadi Persis sampai saat ini.
Namun, kejayaan Persis Solo perlahan meredup. Persis belum lagi meraih gelar juara sampai saat ini dan kini bermain di kasta kedua Indonesia, Liga 2.
Persija Jakarta
Persija Jakarta meraih predikat klub paling sukses pada era Perserikatan. Persija tercatat meraih sembilan gelar yakni pada musim 1931, 1933, 1934, 1938, 1953-1954, 1964, 1971-1973, 1973-1975, dan 1978-1979.
Selain itu, Persija juga tercatat empat kali meraih peringkat kedua di era Perserikatan. Pencapaian itu terjadi pada musim 1932, 1952, 1975-1978, dan 1987-1988.
Persija juga tercatat sebagai klub pertama yang meraih gelar di era Perserikatan. Ketika itu, Persija masih menggunakan nama Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ) pada musim 1931.
Penggunaan nama Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ) sempat berubah menjadi Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) pada era Hindia Belanda. Namun, pada akhirnya VIJ berubah dan menggunakan nama Persija Jakarta mulai musim 1951.
Persija sampai saat ini masih eksis di kompetisi elite Indonesia. Namun, sejak era Perserikatan berganti Liga Indonesia, kemudin Liga Super Indonesia, sampai Liga 1, Persija hanya mampu meraih dua gelar yakni pada 2011 dan 2018.