Bola.com, Jakarta - Sosok Yeyen Tumena tak bisa dilepaskan sukses PSM Makassar menembus final Liga Indonesia 1995-1996.
Meski berstatus pemain non Makassar, Yeyen mampu beradaptasi dengan karakter khas Juku Eja yang mengandalkan permainan keras dan cepat.
Ia pun menjelma jadi idola suporter sekaligus menjadi kapten termuda Juku Eja di pentas Liga Indonesia.
Sayang, PSM akhirnya gagal meraih trofi juara setelah dikalahkan Mastrans Bandung Raya dengan skor 0-2 pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, 6 Oktober 1996.
Yeyen pun harus menunggu sampai musim 1999-2000. Juku Eja meraih gelar pertamanya di Liga Indonesia setelah menekuk PKT Bontang di Stadion GBK, 23 Juli 2000.
Lima tahun di PSM jadi momen spesial dalam perjalanan karier sepak bola Yeyen. Selain menjadi klub pertamanya di pentas Liga Indonesia, PSM juga memberikan layanan yang terbilang spesial buat seorang pemain yang belum genap 19 tahun.
Di PSM Makassar, Yeyen diganjar kontrak sebesar Rp25 juta dan gaji per bulan Rp2 juta, nilai itu merupakan yang terbesar saat itu.
Pada waktu itu, Yeyen baru sekali menunjukkan kemampuannya di hadapan publik Makassar sebelum menandatangani kontrak. Saat itu, Yeyen yang baru tiba di Makassar, diminta tampil pada laga uji coba melawan tim PON Sulsel di Stadion Mattoangin pada malam harinya.
"Saya dimainkan di babak kedua. Di laga itu, saya langsung merasakan permainan keras menjurus kasar dari pemain lawan. Beruntung, saya mampu melewati laga itu dan PSM memenangkan pertandingan," kenang Yeyen di channel Youtube Minangsatu.
Video
Langsung Disodori Kontrak
Usai uji coba, Yeyen dipanggil menghadap manejemen PSM yang dipimpin Nurdin Halid tetap jam 24.00 WITA. Tanpa basa-basi, Nurdin langsung menyodorkan kontrak yang nilainya sempat membuat Yeyen kaget.
Tak hanya itu, Nurdin pun menyetujui tiga permintaan yang diajukan Yeyen sebelum menandantangi kontrak.
Tiga permintaan itu adalah Yeyen minta PSM Makassar membiayai kuliahnya sampai selesai, menunjuk bapak angkat untuknya dan memberikan kesempatan ke Yeyen untuk pulang menemui orangtuanya sekaligus meminta restu.
"Semuanya berlangsung cepat. Dalam hitungan jam, saya sudah berangkat ke Padang," tutur Yeyen.
Peran Azwar Anas
Proses bergabungnya Yeyen ke PSM Makassar tak lepas dari penting Azwan Anas, Ketua Umum PSSI yang juga mantan Gubernur Sumatra Barat. Yeyen awalnya masih ingin berkostum Pelita Jaya, klub yang lebih dulu mengontaknya. Yeyen yang tengah galau berinsiatif menghadap Azwar untuk minta pertimbangan.
"Beliau malah bilang sebaiknya saya ke PSM. Siapa tahu rezekinya di Makassar. Saran beliau terbukti benar," kata Yeyen.
Di PSM, Yeyen tak hanya mendapatkan trofi juara Liga Indonesia, ia pun bisa mengaet gelar sarjana akuntasi di sebuah perguruan tinggi swasta di Makassar.
Tak hanya itu, selama lima tahun di Makassar, Yeyen juga mendapatkan pengalaman sebagai karyawan Puskud Sulawesi Selatan yang dipimpin Nurdin. Sejatinya, Yeyen mendapat tawaran beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat magister.
"Tapi, saya menolak beasiswa itu karena masih ingin fokus di sepak bola."
Selepas dari PSM, Yeyen kemudian memperkuat Persikota Tangerang, Perseden Denpasar, Persebaya Surabaya, PSMS Medan, Persija Jakarta dan Persma Manado. Bersama Persebaya, Yeyen menambah koleksi gelarnya setelah bersama Bajul Ijo meraih trofi juara Liga Indonesia 2004.
Baca Juga
PSM Klarifikasi Polemik Pemain ke-12 ketika Kalahkan Barito Putera 3-2 di BRI Liga 1: Sesuai Arahan Wasit Utama dan Cadangan
Rahmad Darmawan Ceritakan Kronologi PSM Mainkan Pemain ke-12 Vs Barito Putera di BRI Liga 1: Lawan Mengakui, Wasit Tetap Play-on
Tersingkirnya Timnas Indonesia di Piala AFF 2024: Keputusan PSSI Turunkan Skuad yang Belum Matang, Risiko Tanggung Sendiri