Bola.com, Jakarta - Indonesia tidak pernah kehabisan talenta muda dan berbakat, terutama ketika masuk ke Timnas Indonesia kelompok usia. Seperti halnya yang pernah ditorehkan oleh Alan Martha, pesepak bola asal Padang, Sumatra Barat.
Pemain kelahiran Padang Pariaman, 22 Juli 1992 ini tercatat pernah menghiasi generasi emas Timnas Indonesia U-16 pada 2007 hingga 2008. Meski hanya memiliki tinggi badan 165 sentimeter, Alan Martha dibekali oleh bakat yang luar biasa.
Satu di antara kenangan yang sulit dilupakannya adalah ketika melakoni pertandingan bersama Timnas Indonesia U-16 melawan Vietnam di Kualifikasi Piala AFC U-16 2008 yang digelar pada 2007. Ia menjadi pahlawan kemenangan bagi Tim Merah-Putih.
Bermain di Stadion Lebak Bulus, Jakarta, pada saat itu, Timnas Indonesia U-16 terlebih dulu tertinggal oleh Vietnam. Namun, segalanya berubah ketika Alan Martha bermain seperti kesetanan. Ia mampu membukukan empat gol sekaligus ke gawang Vietnam.
Menariknya, gol yang diciptakannya sejak menit -78, dan tiga gol berikutnya lahir darinya sampai laga berakhir dan berkesudahan dengan skor 4-1 untuk Timnas Indonesia. Quattrick sensasional berhasil diciptakannya dalam kurun waktu hanya 12 menit.
"Rahasianya ketika itu ya mengalir begitu saja. Sangat berkesan karena juga tidak seperti sekarang, di mana banyak pertandingan yang ditayangkan secara langsung. Mungkin bisa heboh kalau ketika itu sudah ada media sosial seperti sekarang," kenang Alan Martha dalam perbincangan di Youtube Minangsatu.
Video
Matang Bersama SAD
Karier Alan Martha bersama Timnas Indonesia U-16 kala itu berjalan begitu cepat dan mulus. Bakat alaminya mulai terlihat ketika pertama kali tampil membela provinsi Sumatra Barat di ajang Piala Medco U-15 pada 2007.
Sumbar dibawanya merebut peringkat ketiga dalam ajang tersebut. Alan Martha pun langsung dilirik Timnas Indonesia U-16 untuk seleksi, hingga sebuah laga berkesan kontra Vietnam membawa namanya makin dikenal.
Tak sampai di situ saja, Alan Martha kemudian mampu menembus program SAD dan menimba ilmu ke Uruguay. Menariknya, ia melewati persyaratan utama menembus SAD, yakni pemain harus memiliki tinggi badan minimal 170 sentimeter.
"Sementara tinggi saya sekitar 160 sentimeter. Kemudain saya ikut terpilih dan selama tiga tahun belajar bersama SAD di Uruguay. Meski sayangnya, saya harus dicoret pada tahun keempat," katanya.
Alan mengaku banyak belajar selama di Uruguay. Banyak hal positif yang didapatkannya dan sangat berbeda penerapannya di Indonesia, seperti sistem pembinaan yang lebih rapi dan nutrisi atau gizi yang sangat diperhatikan bagi atlet.
"Banyak pelajaran, terutama tentang disiplin dan asupan gizi yang begitu ketat. Seperti tidak boleh makan nasi, tapi kentang. Makan nasi kalau badan sudah dianggap berat," ujar Alan Martha.
"Setiap sebelum atau setelah latihan harus timbang badan. Cedera sekecil apapun, termasuk gigi berlubang juga tidak boleh ikut bermain," jelas mantan pemain Sriwijaya FC itu.