Bola.com, Makassar - Sosok I Wayan Diana dikenal sebagai bek tengah tangguh pada eranya. Pencapaian terbaik pria berdarah Bali ini adalah membawa Persebaya Surabaya meraih trofi juara Perserikatan 1976/1977. Ia juga menjadi kapten Niac Mitra dengan dua gelar juara Galatama pada musim 1980/1982 dan 1982/1983.
Tak hanya itu, I Wayan Diana juga membawa Niac Mitra berlaga di pentas internasional. Wayan mengharumkan nama Surabaya dan Indonesia dengan mengalahkan klub China, Liaoning, dalam final turnamen Aga Khan Gol Cup di Bangladesh.
Sementara untuk level tim nasional, Wayan juga masuk dalam skuat Garuda ketika menghadapi berbagai ajang, seperti Merdeka Games, Pra-Olimpiade, dan Pra-Piala Dunia. Dalam channel Youtube Pinggir Lapangan, Wayan juga menceritakan perjalanan panjang karier sepak bola yang diawali dengan memperkuat Perseba Badung ketika masih duduk di bangku SMP.
"Perseba adalah klub komunitas warga keturunan Arab. Abdul Kadir pernah bermain di situ. Selepas dari Perseba, saya direkrut Perseden," kenang Wayan.
Bermain untuk Perseden Denpasar, Wayan yang saat itu berusia 18 tahun dan berstatus pelajar SMA, tampil dalam sebuah turnamen di Jember. Berkat aksinya sebagai bek, pengurus PS Blitar tertarik merekrutnya. Mereka mendekati sekaligus menemani Wayan pulang ke Denpasar untuk pamitan dengan keluarga.
Tidak hanya menjadi pemain di Blitar, Wayan pun langsung diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Pemkab Blitar.
"Saya sudah mendapatkan slip gaji pegawai. Tapi, saya tidak lama di Blitar karena ingin fokus membangun karier di sepak bola," ujar Wayan.
Saat itu, pengurus Assyabaab, klub internal Persebaya, menawarinya untuk pindah ke Surabaya pada 1976. Kebetulan di klub itu ada Abdul Kadir, seniornya di Persebaya. Assyabaab pun menjadi loncatan Wayan untuk berkostum Persebaya yang meraih trofi juara Perserikatan 1976/1977.
Bermain di lini belakang Persebaya, I Wayan Diana berduet dengan Subodro dengan Ruddy Keltjes, sebagai libero. Bajul Ijo menjadi juara setelah mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 4-3 pada laga final yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Video
Jadi Kapten Niac Mitra
Dari Persebaya, I Wayan Diana kemudian berstatus pemain semiprofesional dengan bergabung bersama Niac Mitra yang tengah bersiap mengikuti kompetisi Liga Sepak Bola Utama (Galatama). Wayan diajak oleh M. Basri, asisten pelatih Persebaya yang menjadi pelatih kepala di klub milik pengusaha A. Wenas itu.
Meski pernah membawa Persebaya juara, Wayan tetap mengikuti seleksi yang ketat. Akhirnya, setelah lolos seleksi, Wayan hanya tidak menjadi pemain tapi juga diplot sebagai kapten, peran yang dilakoninya sampai meninggalkan Niac Mitra pada 1985.
Bersama Niac Mitra, Wayan mengalami masa keemasan dengan meraih trofi juara di dalam dan luar negeri. Menurut Wayan, kunci sukses Niac Mitra berkat kebersamaan tim yang solid.
"Sebagai pemilik klub, Pak Wenas sangat total dan membuat pemain nyaman. Beliau juga selalu membuat terobosan yang membuat seluruh pemain termotivasi memburu kemenangan dalam setiap laga," ungkap Wayan.
Selepas dari Niac Mitra, Wayan memperkuat klub amatir Surabaya, Surya Naga. Bersama klub tersebut, Wayan juga mengecap trofi kejuaraan antarklub amatir Perserikatan pada 1987. Setelah itu, Wayan beralih profesi menjadi pelatih. Ia pernah menangani sejumlah klub seperti Perseden, Persebaya U-21, PKT Bontang, dan Persegi Gianyar.
Kini, dalam usianya yang kian senja, Wayan menjadi pelatih untuk pemain usia dini di SSB Mulyorejo. "Ada kenikmatan tersendiri melatih pemain usia dini. Saya lebih enak dan menikmatinya," pungkas Wayan.
Baca Juga