Bola.com, Jakarta - Timo Werner berada dalam darurat kepercayaan diri. Striker asal Jerman itu masih belum bisa menunjukkan kelasnya di lini depan Chelsea.
Terakhir, kala Chelsea mengalahkan Burnley 2-0, kedua gol dicetak oleh pemain yang beroperasi sebagai bek, yakni Marcos Alonso dan Cesar Azpilicueta. Ironisnya, dua bek tersebut jarang dimainkan oleh manajer terdahulu, Frank Lampard.
Ini tentu jadi warning tak cuma buat Timo Werner saja, tapi juga Tammy Abraham dan Olivier Giroud, untuk tertantang menjadi pencetak gol utama. "Ini harus menjadi sinyal bagi penyerang Chelsea bahwa dua pemain bertahan saja rajin mencetak gol."
Werner direkrut dari RB Leipzig pada musim panas lalu. Perbandingan jumlah gol dari RB Leipzig ke Chelsea masih jauh. Musim 2019/2020, Werner mencetak 34 gol dan 13 assist dalam 45 penampilan. Sedangkan di Chelsea, pemain berusia 24 tahun itu baru mencetak 9 gol dan 6 assist dari 29 laga di semua kompetisi.
Thomas Tuchel menegaskan bahwa ia akan membantu Timo Werner untuk menjadi mesin gol di Chelsea. Namun, untuk mewujudkannya, tidak semudah membalik telapak tangan.
"Jika mereka gagal mencetak gol dalam waktu tertentu, itu sama bagi mereka semua. Jadi ini bukan hal yang istimewa bagi Timo, itu terjadi pada setiap striker di dunia," kata Tuchel.
"Jadi kami juga harus menggunakan dia dengan cara yang benar. Saya pikir dia percaya diri untuk bermain, tapi kepercayaan diri bukan sesuatu yang bisa Anda tuntut," tegasnya.
Kepercayaan diri jadi frasa yang terlontar dari bibir Thomas Tuchel. Mungkin Timo Werner bisa menengok sederet bintang yang pernah berseragam Chelsea namun cuma sanggup mencetak satu gol di Liga Inggris di tengah kepercayaan diri publik Stamford Bridge saat merekrutnya guna menambah motivasi bahwa dia bisa. Semangat, Timo!
Video
Alexandre Pato
Bagi mereka yang bertanya-tanya di mana Alexandre Pato berkarier, jawaban singkatnya untuk saat ini tidak ada. Setelah berjaya bersama AC Milan, pesepak bola asal Brasil ini sedang menganggur alias tak memiliki klub.
Momen terbaiknya bisa dibilang diraihnya bersama AC Milan. Alexandre Pato memainkan 117 pertandingan di Serie A selama enam tahun di AC Milan antara 2007 dan 2013 dan berhasil menyumbang 51 gol.
Ia meninggalkan AC Milan pada 2013 dan bergabung dengan Corinthians selama tiga musim. Namun, hanya semusim di sana, ia dipinjamkan ke Sao Paolo dan Chelsea.
Sayang, meski mencetak gol pada debutnya di Liga Inggris, Pato terbilang gagal dengan koleksi satu gol saja. Enam bulan di London, manajemen Chelsea mendepaknya.
Radamel Facao
Radamel Falcao pernah mencapai puncak karirnya semasa membela Atletico Madrid dan Porto. Di dua klub tersebut, Radamel Falcao memiliki karir yang cemerlang di pentas Liga Europa dan keluar sebagai juara serta top skor di musim 2010/11 bersama Porto, 2011-2012 bersama Atletico.
Setelahnya, Falcao melanjutkan karir di Monaco lalu sempat tampil menjanjikan sebelum cedera parah menimpanya. Setelah sembuh, Falcao pun dipinjamkan ke Manchester United musim 2014/15, yang tidak berjalan lancar.
Semusim setelahnya, Chelsea malah mengikuti jejak Manchester United dengan meminjam Falcao yang berakhir sama buruknya. Pemain berjuluk ‘El Tigre’ ini hanya mampu mencatatkan 12 penampilan dengan raihan satu gol.
Juan Sebastian Veron
Menengok pemain asal Argentina gagal di Premier League, ada lima nama yang menonjol, yaitu Juan Sebastian Veron, Angel Di Maria, Gonzalo Ricky Alvarez, dan Mauricio Pellegrino.
Juan Veron punya medali Premier League dibanding Steven Gerrard, Harry Kane, Gareth Bale, dan Paul Pogba. Jadi, mengapa ia gagal? Dia diboyong MU dari Lazio dengan harapan tinggi, namun masalah kebugaran dan cedera membuatnya tak berdampak besar di Old Trafford. Dia kemudian pindah ke Chelsea, tapi malah kondisinya makin buruk.
Ia bermain 14 kali saja, mencatatkan dua assist dan satu gol. Ia memang bukan seorang striker, tapi melihat ia bisa mencetak 14 gol dari 79 penampilan bersama Lazio, rasanya raihan di Chelsea bukanlah standar buat sang gelandang.
Chris Sutton
Pada akhir 1950-an, 1960-an, dan awal 1970-an Chelsea diberkati dengan serangkaian striker seperti Jimmy Greaves, Bobby Tambling, dan mungkin pemain Chelsea nomor 9 yang paling terkenal, Peter Osgood.
Chelsea kemudian harus menunggu lebih dari 10 tahun karena pemain nomor 9 berikutnya gagal meneruskannya. Kerry Dixon sempat bergabung dengan klub dan kutukan itu seraya menghilang.
Tapi ketika Kerry Dixon pergi, kutukan itu datang lagi.
Satu contoh, Robert Fleck tiba dengan reputasi besar dari Norwich seharga 2,1 juta pounds pada Agustus 1992, angka yang besar pada saat itu.
Dia mencetak gol Chelsea pertamanya dalam pertandingan kelima melawan Aston Villa. Gol keduanya adalah penalti dalam pertandingan ke-12 di Piala Liga melawan Walsall.
Gol ketiganya terjadi dalam pertandingan ke-18 melawan Everton dan kemudian, yah, hanya itu saja golnya sampai akhir musim berikutnya melawan Manchester City. Fleck melewatkan 28 pertandingan tanpa sebiji gol pun.
Fleck masih tak tertandingi oleh Chris Sutton, striker yang sebelum bergabung dengan Chelsea mencetak 47 gol dari 130 penampilan buat Blackburn Rovers. Bersama Alan Shearer pada 1994, duet keduanya yang dikenal dengan SAS Partnership, klub berjulukan The Rovers itu memenangi Premier League.
Di Chelsea, Sutton lebih terlihat seperti bek tengah daripada striker. Ia hanya mencetak tiga gol dalam 52 pertandingan dalam satu musim, di mana satu di antaranya di Premier League. Mengerikan.
Pierluigi Casiraghi
Pierluigi Casiraghi adalah penyerang yang amat disegani di Serie A. Ia mencetak banyak gol untuk Juventus dan Lazio, serta Timnas Italia. Rekor 41 golnya dalam 140 pertandingan liga (yang dikenal amat defensif) untuk Lazio sangat impresif.
Dan ketika bos Chelsea Gianluca Vialli meminangnya dengan transfer 5,4 juta poundsterling pada musim panas 1998, para penggemar Blues sangat bersemangat. Pada usia 29, stiker asli Italia itu berada di puncaknya dan diharapkan membawa Chelsea ke perebutan gelar.
Namun, baru 10 pertandingan dalam kariernya bersama the Blues, keberuntungan Casiraghi sudah habis. Dalam pertandingan melawan West Ham, ia bertabrakan dengan penjaga gawang Shaka Hislop dan merobek ligamen di lututnya. Cedera itu diharapkan membuat pemain Italia itu absen untuk sementara waktu, tetapi keadaan sebenarnya jauh lebih buruk.
Casiraghi menderita melalui 10 operasi, tetapi tidak ada yang bisa memperbaiki lututnya sepenuhnya, dan pada Juli 2000, Chelsea memutus kontraknya.
Sang penyerang memasuki masa pensiun yang menyedihkan, dan meskipun The Blues menerima pembayaran asuransi sebesar 4 juta poundsterling, itu tidak membuat segalanya menjadi lebih baik bagi kedua belah pihak. Terutama ketika Casiraghi mengklaim Chelsea tidak menawarkan bantuan setelah cederanya.