Bola.com, Makassar - Firman Utina termasuk pemain yang beruntung bisa meraih tiga trofi juara Liga Indonesia bersama klub berbeda. Trofi pertama didapatkannya ketika berkostum Sriwijaya FC pada musim 2011/2012.
Dua musim kemudian, ia jadi bagian penting sukses Persib Bandung memupus ambisi Persipura Jayapura pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang.
Terakhir, di Liga 1 2017, ia membawa Bhayangkara FC juara setelah setelah bersaing ketat dengan Bali United dan PSM Makassar. Selain gelar liga Indonesia, Firman juga mengecap trofi Copa Indonesia 2005 bersama Arema Malang.
Dalam channel Youtube Bobotoh TV, Firman mengungkap kenangan pahit manisnya ketika berkostum Persib. Terutama pada momen juara di musim 2014. "Sukses itu sangat spesial karena kami akhirnya bisa mempersembahkan trofi juara kepada Bobotoh dan masyarakat Jawa Barat yang hampir 20 tahun menunggu," ujar Firman Utina.
Sebelum meraih trofi juara 2014, Persib terakhir kali berjaya di Liga Indonesia pada 1994/1995 yang merupakan edisi perdana. Menurut Firman Utina, sebagai kapten Maung Bandung, ia selalu mengingatkan rekan-rekannya agar menepiskan status pemain bintang saat tampil di lapangan.
Karena yang dibutuhkan Bobotoh bukan status pemain tapi trofi juara. Itulah mengapa, Firman menjadikan cacian dan kritikan Bobotoh sebagai motivasi tersendiri untuk selalu tampil optimal di lapangan hijau.
Firman pun tak melupakan kalimat motivasi yang dilontarkan pelatih Persib saat itu, Djajang Nurjaman. Sang mentor menegaskan dalam lapangan, strategi dari pelatih itu hanya pelengkap.
"Yang utama dalam lapangan adalah mental bertanding dan keinginan menang yang kuat untuk membahagiakan Bobotoh," ungkap Firman menirukan kalimat Djajang.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Totalitas Bobotoh
Totalitas Bobotoh dalam mendukung Persib meraih trofi juara diakui Firman Utina menjadi bagian penting kesuksesan tim. Firman merujuk satu momen sederhana yang berdampak besar pada tim jelang menghadapi Persipura Jayapura pada laga final ISL 2014 di Stadion Gelora Jakabaring.
"Kami mendengar kabar dan melihat antusias Bobotoh yang datang ke Palembang meski harus menghadapi risiko besar selama dalam perjalanan. Kami pun dibuat merinding dan termotivasi ketika seorang wanita datang mengunjungi tim dan mengungkapkan pergorbanan yang dilakukannya demi ingin menjadi saksi sejarah Persib meraih juara," terang Firman.
Wanita itu rela kehilangan pekerjaannya karena diberi pilihan sulit oleh pimpinan di kantor tempatnya bekerja. "Ia lebih memilih dipecat dengan harapan besar ingin Persib sukses. Kami pun termotivasi untuk tampil total meski tim juga diadang kendala," lanjut Firman.
Pada laga final, Persib tak diperkuat striker asingnya, Djibril Coulibaly. Fisik dan stamina mereka juga terkuras habis setelah menekuk Arema Cronus dengan skor 3-1 lewat babak tambahan waktu.
Sementara Persipura yang tampil lebih dulu melenggang mudah dengan mengalahkan Pelita Bandung Raya 2-0 pada waktu normal. "Jadi ketika penalti Ahmad Jufriyanto masuk dan memastikan Persib juara lewat adu penalti, rasanya beban lepas menjadi bangga dan puas bisa membahagian bobotoh," papar Firman.
Karena ingin cepat berbagi kegembiraan dengan Bobotoh, Firman sebagai kapten memohon kepada Walikota Bandung, Ridwan Kamil agar mencarter pesawat yang langsung ke Bandung.
Sebelumnya, tim Persib dijadwalkan turun di Bandara Soekarno Hatta lalu ke Bandung via bus. "Saya bilang, naik pesawat hercules pun kami rela agar bisa cepat tiba di Bandung dan bersama Bobotoh merayakan kemenangan," pungkas Firman.