Bola.com, Jakarta - Nama Lucky Wahyu sempat jadi pembicaraan publik sepak bola ketika Persebaya Surabaya menyodorkan kontrak pada akhir 2006. Ketika itu, usia anak dusun Klagen Sidoarjo ini baru 16 tahun.
Ia mendapatkan status sebagai pemain Bajul Ijo setelah aksinya terpantau di kompetisi internal Persebaya dan menjalani seleksi hampir dua bulan.
Dalam channel Youtube Omah Balbalan, Lucky Wahyu menceritakan perjalanan panjangnya di sepak bola yang dimulai saat menimba ilmu di SSB Kelud Putera. Di SSB yang diasuh oleh Wahyu, sang ayah, Lucky sudah melahap menu latihan yang keras dan disiplin sejak masih duduk di bangku SD.
Sehabis salat Subuh, Lucky harus berlari menelusuri jalan dusun dengan jarak 5 kilometer dan kemudian menendang bola di lapangan. Setelah itu, ia berangkat sekolah. Pada sore hari, ia berlatih bersama rekan-rekan seusianya.
"Kalau latihan seusia saya lakukan 3-4 kali sepekan. Tapi, sebenarnya, saya tiap hari berlatih di lapangan karena ikut pemain yang lebih senior," kenang Lucky yang bersama Hariono (gelandang Bali United) digojlok khusus oleh sang Ayah.
Peruntungannya di sepak bola mulai terkuat setelah masuk skuat tim nasional U-14 dan U-17. Sehingga tiba pada satu momen, Lucky ditelpon oleh Ibnu Grahan untuk mengikuti seleksi di Persebaya. Ia dipanggil bersama empat pemain lain dari kompetisi internal. Setelah mengikuti seleksi ketat hanya Wahyu yang terpilih.
"Awalnya, saya pikir seleksinya sudah selesai. Ternyata masih ada seleksi lanjutan dan lebih berat karena diikuti oleh pemain profesional dari klub lain," terang Lucky yang memperkuat klub Indomaret di kompetisi internal Persebaya Surabaya.
Video
Peranan Penting Uston
Persebaya yang kala itu ditangani Gildo Rodrigues (ayah Teco, pelatih Bali United) akhirnya merekrut Lucky. Keinginan besar bisa berkostum Persebaya Surabaya membuat proses perekrutan Lucky terbilang lancar.
Tanpa melihat klausul kontrak, Lucky langsung tanda tangan. Ia hanya diberitahu bakal dikontrak selama tiga tahun dengan uang muka Rp15 juta dan gaji bulanan Rp2 juta.
Usai tanda tangan kontrak, ia berpapasan dengan Uston Nawawi, pemain senior Persebaya yang juga keluarga dekatnya. Dengan polos, Lucky menjawab pertanyaan Uston terkait kontraknya.
"Cak Uston kaget dan mengajak saya kembali menemui Ibu Indah Kurnia (manajer Persebaya). Setelah mendengar penjelasan Ibu Indah, Cak Uston pun bilang Sip."
Pengalaman Berharga
Lucky pun berkostum Persebaya saat usianya masih 16 tahun. Di Bajul Ijo, ia mendapat pengalaman berharga bersama sejumlah pemain senior seperti Bejo Sugiantoro, Anang Ma'ruf, Marwal Iskandar dan tentu saja Uston.
"Cak Uston banyak memberikan masukan kepada saya. Itulah mengapa saya enjoy dan tetap fokus bersama Persebaya meski berstatus pemain belasan tahun."
Masalah baru muncul setelah usai musim 2007 berakhir. Lucky yang dikontrak selama tiga tahun tak lagi mendapat gaji. Persebaya pun berganti manajer dari Indah Kurnia ke Lilik Suhartoyo.
Lucky pun menemui Lilik dan diberitahu bebas melakukan negosiasi dengan klub lain karena sudah tidak mendapat gaji. Kebetulan Arema Malang yang dilatih Bambang Nurdiasyah menawarinya untuk bergabung. Lucky pun ke Malang dan sempat tinggal di mes pemain. Belakangan, Persebaya ternyata masih ingin memakai jasanya.
"Coach Bambang pun menyuruh saya kembali ke Surabaya. Karena kalau menolak, karier saya bisa digantung Persebaya," pungkas Lucky.