Bola.com, Bandung Legenda Persib Bandung, Robby Darwis, punya banyak kenangan istimewa selama memperkuat Maung Bandung. Satu di antaranya ketika dipercaya mengenakan ban kapten, menggantikan seniornya, Adeng Hudaya.
Robby Darwis berstatus kapten ketika membantu Persib Bandung menjadi juara di edisi pertama Liga Indonesia pada 1994/1995.
Robby mengaku sempat ragu ketika ditunjuk sebagai kapten tim, karena tugas itu cukup berat. Namun, atas kepercayaan dari sang pelatih, pemain kelahiran Bandung, 30 Oktober 1964 itu akhirnya mengemban misi menjadi kapten tim.
"Seorang kapten memang berat, harus bisa membawa dan menjembatani pemain, baik dalam situasi emosional saat di lapangan kemudian ketika ada tekanan apa pun harus bisa meredam," terang Robby Darwis dalam channel Youtube Simamaung.
"Dan Alhamdulillah selama berkarier di Persib di angkatan saya itu semua pemain menerima saya sebagai kapten dan memaklumi. Tidak terlepas dari pengalaman sebagai pemain, di luar lapangan juga harus bisa membibing dan bisa menjaga tren yang positif untuk memajukan karier si pemain," tambah Robby.
Robby mengaku saat mengemban sebagai kapten Persib ada rasa bangga sekaligus beban. Alasannya, seorang kapten harus bisa mendorong rekan-rekannya dan tim untuk memberikan yang terbaik.
"Saya juga merasa bangga di saat peleburan Perserikatan dan Galatama, karena saat itu kami sebagai tim juara ke tiga kalinya (1986, 1989/1990, 1993/1994). Walaupun di Galatama itu banyak pemain bagus dan profesional, tapi kami bisa jadi juara dan itu adalah suatu kebanggaan, terutama bagi bobotoh dan masyarakat Bandung, umumnya Jawa Barat," kata Robby Darwis.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Tantangan Terberat Jadi Kapten
Kebanggaan Robby berlipat karena saat itu Persib juara itu tanpa diperkuat pemain asing, termasuk saat bermain di Liga Champions Asia hingga bisa tembus ke babak 16 besar.
Robby mengatakan salah satu tantangan terberat menjadi kapten harus bisa mengatur tim saat pertandingan, serta wajib mampu meredam rekan-rekannya ketika ada tekanan dari bobotoh atau dari pemain tim lawan.
"Memang cukup berat, kami harus bisa memotivasi rekan-rekan supaya lebih tenang lagi dalam bermain, kemudian ketika dapat bola agar tidak kehilangan bola lagi dan lain-lain," terang Robby.
Untungnya pada era itu, sambung Robby, dari tahun ke tahun Persib memiliki kultur yang selalu terjaga. Pemain senior selalu mau menularkan ilmunya kepada junior-juniornya.
"Jadi tidak berbeda jauh, baik dari pergantian pemain dari yang muda naik kemudian yang senior juga memberikan ilmu dari pengalamannya," ucap Robby yang kini menangani tim PSKC Cimahi.