Bola.com, Jakarta - Kurnia Sandy tercatat sebagai salah satu sosok penjaga gawang terbaik dalam sejarah Timnas Indonesia. Bagaimana tidak, dia pernah membela klub Italia, Sampdoria, pada musim 1996-1997 dengan membukukan dua penampilan.
Bersama skuad Merah-Putih, pria kelahiran 24 Agustus 1975 tersebut juga tampil pada sejumlah ajang internasional seperti SEA Games, Piala Tiger (Piala AFF), dan Piala Asia. Aksi terbaiknya terjadi ketika Timnas Indonesia menghadapi Kuwait di Piala Asia 1996.
Pada laga yang berlangsung di Stadion Syekh Zayed, Abu Dhabi, 4 Desember 1996 itu, Kurnia Sandy tercatat enam kali melakukan penyelamatan gemilang. Sayang, saat Indonesia unggul 2-0, dia terpaksa menepi karena cedera.
Perannya digantikan oleh Hendro Kartiko dan Timnas Indonesia akhirnya bermain imbang 2-2. Penampilan apik Sandy itu merupakan hasil kerja kerasnya berguru di Italia bersama PSSI Primavera dan Sampdoria.
Di balik cerita apik itu, Kurnia Sandy, rupanya memiliki pengalaman pahit saat berkarier di level klub. Gajinya pernah tak dibayarkan selama dua bulan saat membela Persebaya yang tampil di Divisi Utama 2008/2009.
Momen itu terjadi saat Persebaya sudah melakoni setengah musim kompetisi. Masalah kemudian muncul menjelang memasuki putaran kedua kompetisi kasta kedua Indonesia tersebut.
“Waktu itu, kami tidak gajian dua bulan, tapi pemain tidak ada yang berani menanyakan haknya ke pihak manajemen. Saya, Putu Gede, Fachruddin, Rustanto Sri Wahono, Jordi Kartiko kami sudah terhitung senior,” kata Kurnia Sandy memulai cerita dalam kana YouTube Pinggir Lapangan.
“Kami menampung aspirasi dari teman-teman pemain semua, apa nih maunya kami (soal) yang dua bulan (gaji belum terbayar) ini. Akhirnya kami sepakat, kami minta hak kami yang dua bulan ini dibayarkan dulu,” imbuhnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Persebaya Tetap Emoh Bayar Gaji
Dia berprinsip bahwa kerjanya selama berseragam Persebaya seharusnya mendapat imbalan. Dalam hal ini, dia sudah terikat kontrak dengan klub namun tidak menerima gaji selama dua bulan. Keresahan pemain itu pun disampaikan ke pihak manajemen Persebaya.
“Kami mau (menyampaikan) rapat ini ke pengurus, ternyata pengurus sudah tahu apa yang mau kami omongkan. Berarti ini ada siapa yang jadi duri dalam daging. Pemain dipanggil satu-satu, (ditanya) ‘kalian maunya apa?’. Saya pribadi tetap pada pendirian saya, bayarkan dulu gaji yang (tertunda) dua bulan, baru nanti kita negosiasi ulang,” ucapnya.
Namun, manajemen Persebaya saat itu rupanya tidak menyanggupi keinginannya. Menurut Kurnia Sandy, manajemen berdalih klub tidak memiliki dana untuk membayar gaji lantaran nilai kontraknya terlalu besar.
“Dalam pikiran saya, kalau tidak punya dana kenapa menyanggupi nilai kontrak? Dari situ, berjalannya waktu, saya lihat muncul pernyataan, tidak jadi ada renegosiasi kontrak, asalkan pemain yang ini (meminta gaji dibayarkan) keluar. Kami punya prinsip, sudah ngomong dan menuntut maunya kami. Akhirnya lima orang ini keluar,” tuturnya.
Momen itu menjadi pengalaman sangat pahit buat Kurnia Sandy dan pemain lain yang ngotot menagih hak mereka. Menariknya, terdapat satu pemain asing yang bersimpati dengan ikut hengkang.
“Kebetulan sekamar dengan Javier Rocha (Chile). Saya salutnya, dia tahu saya keluar, dia ikut keluar, meskipun dia tidak termasuk lima orang yang keluar. Ya sudah kami meminta surat keluar, karena saat itu mau main di klub lain harus ada surat keluar,” ungkapnya.
Tidak Dapat Kompensasi
Dari situ, pihak manajemen Persebaya menjanjikan kompensasi untuk para pemain yang memilih hijrah itu. Kurnia Sandy lantas bergabung Gresik United diikuti oleh Javier Rocha.
“Dijanjikan ada kompensasi dari keluar itu, ya sudah kami menunggu. Kami optimis saja, sambil menunggu mencari klub lain. Akhirnya saya ke Gresik United sama Rocha, pas waktu pembayaran kompensasi itu, nol, zonk. Kena prank kalau (bahasa) jaman sekarang,” ujar Kurnia Sandy sambil tertawa.
Tahun-tahun berikutnya dijalani oleh Kurnia Sandy dengan membela sejumlah klub seperti Mitra Kukar dan Bandung FC. Dia lantas memilih pensiun saat situasi sepak bola Indonesia sedang gaduh akibat dualisme kompetisi dan federasi pada 2012.
Dia melanjutkan karier dengan pelatih kiper klub Malaysia, yakni Frenz United dan T-Team. Berikutnya Sriwijaya FC menggunakan jasanya di musim 2018. Pada tahun yang sama, dia kemudian dipercaya menjabat pelatih kiper Timnas Indonesia.
Terakhir, pria berpostur 184 itu membantu kerja pelatih Rahmad Darmawan yang menangani Madura United dengan jabatan pelatih kiper juga.
Baca Juga
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Lini Depan Timnas Indonesia Angin-anginan: Maksimalkan Eliano Reijnders dan Marselino Ferdinan atau Butuh Goal-getter Alami?