Bola.com, Jakarta - Barcelona pernah punya Ronald Koeman, Real Madrid memiliki Sergio Ramos. Niac Mitra juga sempat dibela oleh bek andal yang tak cuma jago mengawal pertahanan, tapi piawai dalam mencetak gol, Abdul Khamid namanya. Mantan pemain Timnas Indonesia era 1980-an ini bahkan merasakan gelar top scorer saat aktif bermain dulu.
Aksi Abdul Khamid sebagai libero dan stoper kental mewarnai perjalanan Niac Mitra di kompetisi Galatama pada era pertengahan sampai akhir 1980-an. Pencapaiannya terbaiknya adalah membawa Niac Mitra meraih trofi juara musim 1987/1988. Di level tim nasional Indonesia, Khamid mencuat ketika menjadi pilar PSSI Garuda yang dibentuk pada 1982. Terakhir, ia masuk daftar skuad Garuda senior di Pra-Piala Dunia 1986.
Selepas mempemperkuat timnas dari level junior sampai senior, Khamid akhirnya mencicipi atmosfer kompetisi tanah air dengan bergabung di Niac Mitra yang saat itu merupakan klub elite Indonesia. Dalam channel Youtube, Omah Balbalan, Khamid menceritakan perjalanan panjang di sepak bola yang dimulai ketika bergabung di Tim Bina Bola Assyabaab Bangil.
Khamid bergabung di tim itu pada usia 12 tahun meski orang tua lebih suka dia membantu di rumah daripada bermain sepak bola yang kadang tak kenal waktu. Setelah berlatih selama tiga tahun, peruntungan Khamid di sepak bola mulai terbuka ketika mendapat ajakan untuk bergabung di Assyabaab Surabaya. Karena cinta dan menjadikan sepak bola tujuan hidup, Khamid mengorbankan pendidikannya.
"Di Surabaya, saya tinggal di mes yang disediakan M. Barmen (pemilik Assyabaab) dan diikutkan membela tim pada kompetisi usia muda," kenang Khamid.
Bersama Assyabaab muda, kiprah dan aksi Abdul Khamid terbilang mulus. Diawali dengan membawa Assyabaab meraih trofi juara turnamen U-16 se-Jawa Timur. Predikat itu membawa Assyabaab dan Khamid berkiprah pada putaran nasional yang berlangsung di Mandala Krida Yogyakarta pada 1979. Di ajang ini, Assayabaab jadi kampiun sedang Khamid menjadi pencetak gol terbanyak turnamen itu.
Video
Bergabung di PSSI Garuda, Juara Galatama, dan Top Scorer Piala Surya
Sukses di Yogyakarta bersama Assyabaab jadi pembuka jalan Khamid ke Tim Nasional Indonesia. Namanya masuk dalam daftar seleksi timnas junior yang merupakan cikal bakal proyek PSSI Garuda yang dilatih pelatih asal Brasil, Joao Barbatana. Di PSSI Garuda, Barbatana yang melihat potensi Khamid yang memiliki tendangan dan umpan yang akurat menempatkanya bermain sebagai gelandang dari sebelumnya di stoper atau libero.
Keputusan Barbatana membuat Khamid semakin tertantang untuk memgembangkan kemampuannya itu. Setiap menjalani latihan reguler tim, ia selalu menyempatkan diri untuk mengasah kemampuannya dalam mengeksekusi bola mati. Biasanya, ia mengajak kiper Hermansyah untuk berlatih bersama.
Dengan patung portabel sebagai penghalang, Khamid pun secara berulang-ulang mengarahkan bola ke gawang yang dijaga Hermansyah. "Saya menendang bola dengan mengutamakan feeling. Dari situ saya belajar dan mengevaluasi diri sehingga menjadi terbiasa."
Usahanya itu membuahkan hasil dengan menjadi pilar PSSI Garuda pada sejumlah laga internasional. Bersama skuad Merah Putih, Khamid menyimpan dua kenangan spesial. Pertama, ketika PSSI Garuda beruji coba dengan Arab Saudi di Stadion Gelora Bung Karno pada 1984. Pada laga itu, Khamid mencetak satu gol dan membawa Indonesia mengalahkan tamunya dengan skor 2-1.
Masih pada tahun yang sama, Khamid menjadi penentu kemenangan PSSI Garuda atas Australia dengan skor 2-1 pada Piala Raja Thailand. Di ajang itu, Indonesia akhirnya menjadi runner-up setelah takluk ditangan tuan rumah Thailand pada laga final.
Kemampuannya dalam mencetak gol jadi modal Khamid berkiprah di kompetisi Galatama bersama Niac Mitra yang langsung menampungnya selepas memperkuat PSSI Garuda. Bersama Niac Mitra, Khamid pernah menjadi top scorer pada Piala Surya 1986 dan Piala Bentoel 1987 sebelum membawa klubnya itu meraih trofi juara Galatama 1987/1988.