Bola.com, Makassar - Nurul Huda memang tidak banyak berkiprah di Timnas Indonesia ketika masih aktif bermain karena dirundung cedera yang membuat penampilannya tidak bisa optimal. Meski begitu, ia pernah menjadi bagian penting tim nasional junior, khususnya di PSSI Primavera.
Selain menimba ilmu serta berkompetisi di Italia bersama PSSI Primavera, Nurul Huda juga merupakan skaut Garuda Muda di Piala AFC U-19 1994 dan Pra-Olimpiade 1996.
Sepanjang kariernya, Nurul Huda pernah mengalami cedera parah di kedua kakinya. Lutut kanannya cedera ketika memperkuat PSSI Primavera. Cedera lain menimpa kaki kirinya ketika berkostum PSIS Semarang.
"Saya pernah mengalami trauma karena cedera itu. Alhamdulillah, bisa pulih dan bisa memperkuat sejumlah klub," ujar Nurul Huda dalam channel youtube Omah Balbalan.
Tidak bisa tampil karena sakit juga pernah dialami Huda ketika memperkuat Timnas Indonesia U-22 menghadapi tuan rumah Korea Selatan pada leg kedua Pra-Olimpiade 1996.
Pada momen itu, hatinya sedikit terhibur oleh pelayanan yang diberikan Nirwan Bakrie, bos Grup Bakrie yang juga pemodal proyek PSSI Primavera.
Ketika rekan-rekannya pulan ke Indonesia menggunakan pesawat komersial, Nurul Huda justru naik pesawat jet pribadi milik Nirwan.
"Fasilitas dan pelayanan selama perjalanan sangat istimewa. Ini merupakan pengalaman pertama dan paling berkesan buat saya. Apalagi, pesawat itu langsung menuju Bandara Juanda Surabaya," terang Nurul Huda.
Video
Evolusi Posisi
Selepas memperkuat Timnas Indonesia, Nurul Huda membela sejumlah klub di Liga Indonesia, di antaranya, Assyabaab, Persikabo Bogor, PSIM Yogyakarta, Pelita Jaya, PSIS Semarang, Persema Malang, Persijap Jepara dan Persida Sidoarjo. Ketika berada di klub terakhir inilah, Huda kemudian memutuskan gantung sepatu pada 2014.
Berkiprah di Liga Indonesia inilah posisi Huda berevolusi dari gelandang ke bek sayap kanan. Tepatnya ketika ia memperkuat Persema Malang pada periode 2005 hingga 2008.
Adalah pelatih Persema saat itu, Rohanda, yang meminta Huda bermain sebagai bek sayap kanan. Ia menggantikan rekannya, Pitono yang penampilannya menurun.
Huda mampu menjawab tantangan sang pelatih dengan tampil optimal. Huda pun jadi pemain reguler di posisi bek kanan.
"Bermain sebagai bek lebih muda daripada gelandang. Saya hanya fokus pada satu sisi. Beda di tengah, banyak tekanan lawan dari berbagai sisi," terang Huda.
Ia pun akhirnya lebih dikenal sebagai bek sayap kanan dan masuk dalam jajaran pemain papan atas di posisi itu.
Jadi Pelatih
Selepas pensiun sebagai pemain pada 2014, Nurul Huda meneruskan karier sepak bolanya dengan menjadi pelatih. Ia pernah membawa tim pelajar Sidoarjo dari level kabupaten, provinsi, dan nasional meraih trofi juara pada 2018. Sukses yang membawanya kembali menginjakkan kaki di Italia.
"Tim yang saya bawa berlatih dan beruji coba di Turin. Semua program selama di Italia diatur oleh Akademi Juventus. Jadwal yang padat membuat saya tidak sempat ke Tavarone, Genoa (markas PSSI Primavera). Padahal jaraknya tidak terlalu jauh," papar Huda yang pada musim lalu menangani Bhayangkara U-18.