Bola.com, Surabaya - Kiper Satria Tama masih tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya kini telah menjadi bagian dari Persebaya Surabaya. Maklum, dia merupakan pemain jebolan kompetisi internal yang baru kembali ke Persebaya musim ini.
Pemain kelahiran Sidoarjo itu tercatat menjalani debut profesional bersama Gresik United dalam ISC A 2016. Dua musim di Gresik, dia lantas berseragam ke Madura United pada awal 2018 hingga 2020 selama tiga musim.
Satria Tama menceritakan bahwa dirinya sebenarnya ingin sekali mengawali karier profesional di tim senior Persebaya. Sayangnya, dia harus menghadapi situasi tim Bajul Ijo diterpa dualisme pada tahun 2011 hingga 2015.
“Jadi waktu kecil saya sudah berlatih di Surabaya, di SSB Indonesia Muda, lapangannya di Pacar Keling. Waktu mengikuti SSB itu, sudah berjalan beberapa tahun, Surabaya diterpa masalah internal,” ungkap Satria dalam kanal YouTube Official Persebaya.
Dualisme yang terjadi saat itu juga menimpa kompetisi dan federasi. Akhirnya, beberapa klub juga mengalami dualisme kepengurusan. Selain Persebaya, hal yang sama juga sempat menimpa PSMS Medan, Persija Jakarta, dan Arema.
Konflik internal yang terjadi pada Persebaya merembet pada kompetisi internal yang berisikan klub-klub. Beberapa klub-klub internal tersebut juga ada yang memutuskan keluar dari keanggotaan di Persebaya.
“Akhirnya internal Persebaya Surabaya berhenti dan vakum. Dari situ mulai goyang, ada beberapa tim memutuskan bubar. Saya meneruskan ke Gresik, kebetulan ada legenda sepak bola Widodo Cahyono Putro mendirikan akademi,” imbuh kiper berusia 24 tahun itu.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pelabuhan Baru
Widodo dikenal mendirikan Akademi WCP yang berbasis di Gresik, kota asalnya. Nama satu ini sangat legendaris semasa masih berkarier sebagai pemain.
Satu di antara catatan apik yang ditorehkannya adalah mencetak gol salto di Piala Asia 1996. Widodo sendiri kini telah berkarier sebagai pelatih. Sempat menangani Sriwijaya FC dan Bali United, pelatih berusia 50 tahun itu menjadi arsitek Persita Tangerang sejak 2019.
Satria menuturkan bahwa kondisi IM dan kompetisi internal Persebaya lantas membuat para pemain muda memilih hengkang.
“Itu ramai-ramai, dari IM ada sekitar 11 orang bergabung (WCP). Akhirnya saya berlatih di Gresik, alhamdulillah saya muncul lewat tim Gresik,” ucap mantan penjaga gawang Timnas Indonesia U-22 tersebut.
Dualisme yang terjadi pada Persebaya kini telah berakhir. Masing-masing klub yang terlibat kisruh saat itu kebetulan kini sama-sama berkompetisi di kasta tertinggi, yakni Persebaya Surabaya dan Bhayangkara Solo FC.
Baca Juga
5 Penjualan Terbaik yang Pernah Dilakukan Arsenal, Nicolas Anelka Paling Bikin Untung Nih
11 Pemain yang Kawinkan Gelar Piala Dunia dan Liga Champions pada Tahun yang Sama: Elite Banget!
Komparasi 3 Skuad Timnas Indonesia Asuhan Shin Tae-yong yang Gagal di Piala AFF: Materi dan Persiapan Edisi 2024 Jadi Biang Kerok