Oleh : Fithra Faisal Hastiadi
PhD Bidang Ekonomi Internasional, Penikmat Sepakbola, Interisti, Pengisi Posisi Full Back Kanan di Tim Yellow Force UI
CHRISTIAN Eriksen datang ke Inter Milan pada bursa transfer musim dingin Januari 2020. Sebenarnya, momen tersebut datang pada waktu yang serba tidak tepat.
Biasanya, bursa transfer musim dingin menyajikan kompleksitas tersendiri. Bukan rahasia lagi, pemain yang baru bergabung biasanya lambat tuned in di tim anyar. Memang banyak juga pemain yang moncer ketika direkrut pada periode ini.
Satu yang menjadi masalah saat kedatangan Christian Eriksen di Inter Milan adalah status bursa musim dingin 2020 yang diwarnai pandemi global. Saya ingat sekali kedatangan Eriksen di bulan itu seperti minim sambutan, padahal dia adalah pahlawan Tottenham Hotspur selama beberapa tahun terakhir.
Apakah nama peran baru Eriksen ini? Mungkin boleh kita namakan sebagai Eriksen Role! Buah dari pencarian Enigmatik selama satu tahun terakhir
Hengkangnya Eriksen ke Inter Milan bukan karena tidak mendapatkan tempat lagi di Spurs, tetapi alasan negosiasi yang mandeg. Spurs, yang selama ini bak membangun tim untuk Eriksen, harus rela kehilangan pemain pentingnya di tengah musim yang sedang berjalan.
Bagi manajemen Spurs, keputusan melepas Christian Eriksen adalah jalan tengah. Maklum, jika membiarkan Eriksen bertahan sampai musim panas, artinya melego pemain ini dengan label gratis. Artinya, pilihan kala itu tergolong bijak secara ekonomi, baik untuk Spurs maupun Inter Milan. La Beneamata mendapatkan pemain berkaliber tinggi dengan harga miring.
Video Inter Milan
Membuat Dahi Berkerut
Tetapi, sebenarnya dahi saya agak berkerut ketika mendengar berita perekrutan ini. Semua itu berlatar langkah Inter Milan di periode ini dibangun secara spesifik guna memenuhi Set Play-nya Antonio Conte.
Set Play adalah pola permainan yang sangat berpatron pada kontrol pelatih. Permainan dikelola secara otoritatif dan meminimalisir inovasi berlebihan oleh para pemain di lapangan.
Satu di antara prasyarat agar doktrin permainan ini berjalan sesuai rencana adalah hadirnya tipe pemain spesifik yang sesuai dengan kehendak pelatih. Itulah sebabnya Conte ngotot mendatangkan Romelu Lukaku, Nicola Barella, Stefano Sensi, Ashley Young, Achraf Hakimi dan beberapa pemain lain sehingga rencana tersebut bisa berjalan.
Secara khusus untuk Barella dan Sensi, dua pemain ini di plot untuk posisi mezzala yang sangat krusial peranannya di lini tengah permainan rancangan Conte. Mezzala adalah tipe pemain tengah yang memiliki mobilitas tinggi dengan work rate di atas rata-rata pemain yang lain.
Pemain di posisi ini harus bergerak horizontal dan vertikal di lini tengah, dan memiliki atribut yang lengkap dalam skema bertahan maupun menyerang. Sebagaimana kita tahu, Barella sudah menjelma menjadi gelandang modern lengkap. Kalangan media lokal menyebut Barella sebagai gelandang terbaik di Italia.
Sementara itu, Sensi terlalu banyak diganggu cedera yang pada gilirannya kehilangan momentum dalam timnya Conte. Apakah perekrutan Eriksen adalah untuk menambal mejennya Sensi?
Jodoh Eriksen
Jika kita lihat peran Eriksen di Spurs maupun timnas, posisi trequartista dan semacamnya tampak menjadi jodoh yang lekat dengannya. Berpola 4-3-3 atau 4-2-3-1, Eriksen terlihat menjadi sentral permainan tim dengan membuat rerata gol dan assist yang meyakinkan.
Tengok saja, Eriksen datang ke Inter Milan dengan modal koleksi 51 gol dan 62 assists sepanjang laga di panggung Premier League Inggris. Tetapi, status Eriksen adalah pemain yang dibawa Beppe Marotta, bukan keinginan Conte.
Berbekal harga miring dan kualitas yang mencorong, kenapa tidak memboyong Eriksen ke Inter Milan? Ini mungkin yang ada dibenak sang pakar transfer tersebut. Tapi Eriksen adalah bukan tipe pemain yang diinginkan Conte dalam set play-nya.
Fakta memiliki kemampuan bertahan yang lemah, dan tipe bermain yang hanya cocok di sepertiga wilayah pertahanan lawan, Eriksen adalah seorang seniman monotonik yang tidak pas menjadi kelas pekerja. Eriksen bukan tipenya Conte, alih-alih menambal lubang di lini tengah akibat terbatasnya peran Sensi, Eriksen menjadi beban pikiran sang allenatore selama satu musim penuh.
Tapi Conte bukannya tanpa usaha. Pada awalnya, Eriksen coba diberi peran yang paling dikuasai, yakni sebagai kreator serang di antara dynamic duo, Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez. Tapi, kondisi ini tak bertahan lama karena Conte menyadari mengakomodasi permainan Inter Milan untuk Eriksen justru membuat tim tidak seimbang.
Perlahan tapi pasti Eriksen mulai terpinggirkan, bahkan lebih sering menjadi "cameo" dalam pertandingan-pertandingan Inter Milan. Seringkali Eriksen dimasukkan pada menit-menit akhir pertandingan, hanya untuk formalitas pergantian pemain dan bukan kebutuhan tim.
Titik infleksi terjadi pada Januari 2021, seiring dengan semakin santernya kabar Eriksen yang akan dilego pada bursa musim dingin. Tak ada yang menduga, Eriksen justru mulai mendapat tempat di tim asuhan Conte.
Bermula dari aksi menawannya dalam laga versus AC Milan di ajang Coopa Italia, Eriksen seakan mendapat kesempatan baru membuktikan dirinya belum habis di Inter Milan. Peran barunya di Inter Milan sangat sejalan dengan gemblengan Conte selama satu tahun terakhir untuk menjadikan Eriksen sebagai gelandang yang komplit.
Kini, Eriksen semakin menyemen posisinya sebagai gelandang tengah bagian kiri, menemani Ivan Perisic yang juga tengah menikmati periode kebangkitannya. Bukan sebuah kebetulan laju Inter Milan yang gacor akhir-akhir ini juga terjadi karena peran baru Eriksen di lini tengah permainan. Jadi, apa yang baru?
Jika berbicara posisi, sebenarnya gelandang tengah bagian kiri bukan sesuatu hal yang baru untuk Eriksen. Dia pernah menjalani posisi ini beberapa kali baik di Spurs maupun di Timnas. Namun yang menjadikannya berbeda adalah karena perannya yang kompleks.
Istilah Yang Cocok
Kita bisa melihat bagaimana permainan Christian Eriksen dalam dua laga terakhir, terutama ketika 'big match' kontra AC Milan dan versus Genoa. Dalam dua pertarungan yang dimenangkan Inter Milan dengan skor 3-0, Eriksen menjadi pelari dalam permainan Inter Milan. Ia bergerak menghubungkan lini belakang dan lini depan, sekaligus mengkreasikan serangan di lini depan.
Pada satu kesempatan, Eriksen sibuk membantu lini belakang Inter Milan dari serangan bertubi-tubi lawan. Hebatnya, saat momen lain, ketika dia berhasil merebut bola, langsung diumpan secara akurat ke Lukaku, Martinez, Hakimi atau Perisic dan memulai serangan balik yang mematikan.
Jadi apakah Eriksen tengah menjalani peran sebagai metronome alias regista model Pirlo? Jawabannya bisa iya dan tidak. Conte menghendaki Eriksen melakoni peran melebar ke samping, gerakan horizontal dan diagonal ala Mezzala.
Sehingga saya kira yang dilakukan Eriksen adalah kombibasi keduanya, yakni Mezzala dan Regista. Apakah nama peran baru Eriksen ini? Mungkin boleh kita namakan sebagai Eriksen Role! Buah dari pencarian Enigmatik selama satu tahun terakhir.