Bola.com, Jakarta - Mantan atlet voli nasional, Aprilia Manganang, dipastikan sebagai laki-laki. Vonis tersebut didapat setelah Aprilia Manganang menjalani pemeriksaan medis di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Pemeriksaan dijalani anggota Korps Wanita AD berpangkat Serda itu pada Februari 2021.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa mengatakan dari hasil pemeriksaan diketahui Aprilia Manganang menderita kelainan reproduksi, hipospadia. Apakah itu?
Dikutip dari laman resmi pusat pengendalian dan pencegahan penyakit AS (CDC), seperti dikutip dari Antara, Selasa (9/3/2021), hipospadia adalah cacat lahir pada anak laki-laki di mana pembukaan uretra (saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar tubuh) tidak terletak di ujung penis.
Pada anak laki-laki dengan hipospadia, uretra terbentuk secara tidak normal selama pekan ke 8-14 kehamilan. Kondisi hipospadia pada setiap penderita bisa berbeda-beda. Pada beberapa kasus, lubang kencing ada yang terletak di bawah kepala penis, di batang penis, dan bahkan ada yang di skrotum atau buah zakar.
Anak laki-laki dengan hipospadia terkadang memiliki penis yang melengkung. Akibat letak lubang kencing yang tidak normal, anak dengan hipospadia akan memiliki masalah dengan percikan urine yang tidak normal, dan mungkin harus duduk untuk buang air kecil.
Pada beberapa anak laki-laki dengan hipospadia, testis belum sepenuhnya turun ke dalam skrotum. Jika hipospadia tidak ditangani dapat menyebabkan masalah di kemudian hari, seperti kesulitan melakukan hubungan seksual atau kesulitan buang air kecil saat berdiri.
Di Amerika Serikat, para peneliti memperkirakan ada 1 dari 200 bayi lahir dengan hipospadia, menjadikannya salah satu cacat lahir yang paling umum.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Penyebab Hipospadia
Penyebab hipospadia pada kebanyakan bayi tidak diketahui. Dalam kebanyakan kasus, hipospadia dianggap disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain, seperti lingkungan ibu, atau makanan atau minuman ibu, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi selama kehamilan.
Dalam beberapa tahun terakhir, peneliti CDC telah melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang memngaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia, di antaranya ibu yang berusia 35 tahun atau lebih dan dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
Selain itu, perempuan yang menggunakan teknologi reproduksi untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
Wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan juga terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
Hipospadia biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik setelah bayi lahir.
Perawatan untuk hipospadia tergantung pada jenis cacat yang dimiliki anak laki-laki tersebut. Sebagian besar kasus hipospadia memerlukan pembedahan.
Jika diperlukan pembedahan, biasanya dilakukan saat anak laki-laki berusia antara 3-18 bulan. Dalam beberapa kasus, pembedahan dilakukan secara bertahap.
Tindakan yang dilakukan dalam operasi bisa saja termasuk menempatkan uretra di tempat yang tepat, memperbaiki lekukan di penis, dan memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra. Karena dokter mungkin perlu menggunakan kulup untuk melakukan tindakan koreksi, bayi laki-laki dengan hipospadia sebaiknya tidak disunat.
Sumber: Antara