Bola.com, Jakarta - Aksi Jatmiko sebagai gelandang dengan julukan 'Si Supersub' pernah mewarnai perjalanan Persebaya Surabaya di kompetisi kasta tertinggi tanah air. Pencapaian terbaiknya adalah membawa Bajul Ijo meraih trofi juara Liga Indonesia 1996/1997.
Sukses itu juga yang membawanya masuk dalam skuad tim nasional Indonesia di Piala Tiger 1998. Dalam kanal YouTube Pinggir Lapangan, Jatmiko menceritakan perjalanan kariernya yang dimulai saat bergabung di Indonesia Muda (IM), klub internal Persebaya pada usia 10 tahun.
Sebelum ke IM, Jatmiko banyak menghabiskan waktunya dengan bermain sepak bola di sekitar rumahnya. "Istilahnya main sepak bola kampung. Saya kemudian diarahkan oleh om saya ke IM. Kebetulan lokasi latihan tim itu tak jauh dari rumah," kenang Jatmiko.
Di IM, Jatmiko berlatih bersama dengan Bejo Sugiantoro dan Anang Ma'ruf yang kemudian menjadi legenda Persebaya. Peruntungan Jatmiko di sepak bola mulai terbuka ketika pelatihnya di IM mengusulkan namanya untuk mengikuti seleksi Persebaya Junior pada 1993 bareng Bejo dan Anang.
Berkat bakat dan talenta yang dimilikinya, Jatmiko lolos seleksi.Dua tahun berkiprah di level junior, Jatmiko diikutkan dalam seleksi Persebaya senior. Ketika itu, Jatmiko bersama Persebaya B berlaga pada sebuah turnamen di Semarang.
Dari ajang itu, nama Jatmiko masuk dalam daftar skuad Persebaya di Liga Indonesia musim 1995/1996 yang ditangani pelatih asal Bulgaria, Alexander Dimitrov “Sasho” Kostov. Namun, pada musim itu Jatmiko lebih banyak menghabiskan waktunya di bangku cadangan.
"Status pemain cadangan saya lakoni dengan tekad dan motivasi bahwa suatu saat bakal mendapat kesempatan tampil bersama Persebaya," kata Jatmiko.
Video
Jadi Supersub Persebaya
Musim berikutnya, Jatmiko kembali masuk dalam daftar skuad Persebaya. Tapi, kali ini situasinya lebih baik. Mendiang Rusdy Bahalwan yang menggantikan peran Sasho kerap memberikan menit bermain kepada Jatmiko.
Padahal, saat itu, Persebaya berjuluk 'The Dream Team' karena dihuni pemain papan atas di Liga Indonesia. Khusus di lini tengah, Jatmiko berkolaborasi dengan seniornya seperti Eri Irianto, Yusuf Ekodono dan Carlos de Mello. "Saya kerap dimainkan sebagai pengganti mas Eri dan mas Yusuf," ungkap Jatmiko.
Peran itu dilakoninya sampai akhir musim. Termasuk di laga final saat Persebaya mengalahkan juara bertahan Bandung Raya dengan skor 3-1 di Stadion Utama Senayan, 28 Juli 1997.
Jatmiko masuk ke lapangan menggantikan Yusuf pada menit ke-43. Ketika itu, kedudukan masih imbang tanpa gol. Mobilitas tinggi ala Jatmiko membuat penampilan Persebaya lebih dinamis dan mencetak tiga gol beruntun lewat Aji Santoso menit 53, Jacksen F. Tiago (60) dan Reinald Pietersz (80). Sedang satu gol balasan Bandung Raya dicetak oleh Budiman enam menit jelang bubaran.