Olimpiade Tokyo: Jepang Kucurkan Dana Nyaris Rp1 Triliun untuk Software Pengendali Infeksi Virus Corona

oleh Gregah Nurikhsani diperbarui 24 Mar 2021, 06:00 WIB
Sejumlah orang makan di restoran hotel ketika kapal tongkang membawa Cincin Olimpiade di Distrik Odaiba, Tokyo, Jepang, Jumat (17/1/2020). Cincin Olimpiade dengan tinggi 15,3 meter dan panjang 32,6 meter tersebut akan berada di sana hingga Olimpiade 2020 berakhir. (AP Photo/Jae C. Hong)

Bola.com, Jakarta - Meski Olimpiade Tokyo 2021 akan digelar tanpa penonton asing, panitia dan pemerintah Jepang tetap meluncurkan sebuah software pendeteksi infeksi corona bernilai Rp900 miliar lebih. Hal ini dianggap sebagai sesuatu yang sia-sia dan hanya buang-buang uang saja.

NTT Communications dan ssebuah perusahaan teknologi yang mensponsori Olimpiade Tokyo sedang mengembangkan aplikasi pada Juni mendatang. Aplikasi ini memungkinkan otoritas tertentu mendeteksi orang yang terpapar virus corona.

Advertisement

Namun demikian, aplikasi ini mengharuskan penggunannya untuk rajin menyetor informasi kesehatan secara berkala ke dalam sistem aplikasi tersebut di gawainya. Hal ini dikritik oleh Kanako Otsuji, anggota parlemen Jepang.

"Olimpiade Tokyo kemungkinan besar tanpa penonton. Apakah ini saatnya merancang aplikasi untuk penonton? Pemerintah Jepang sudah berulang kali gagal dalam inovasi digital, tetapi apakah akan berhasil dengan aplikasi baru ini?" kata Otsuji dalam saluran YouTube-nya bulan lalu.

Perlu diketahui, biaya yang dikeluarkan panitia Olimpiade Tokyo melalui sumbangan sponsor mencapai Rp50 triliun. Angka ini tiga kali lebih besar dari Olimpiade sebelumnya.

Video

2 dari 3 halaman

Tetap Digelar

Pertaruhan Nasib Olimpiade Tokyo (AP)

Meski terus menerus mendapat suara-suara miring terkait penundaan Olimpiade Tokyo 2020, panitia penyelenggara ngotot bahwa pentas olahraga multinasional tertinggi di dunia itu akan tetap berjalan sesuai rencana.

CEO Tokyo 2020, Toshiro Muto menegaskan, opsi menunda Olimpiade sampai Jepang mencatatkan penurunan kasus positif COVID-19 tidak bisa dilakukan. Pihaknya kekeh Olimpiade Tokyo 2020 harus tetap terlaksana pada Juli 2021.

Toshiro Muto menuturkan, Olimpiade sudah mengalami penundaan, dan menunda lagi untuk kali ke sekian bakal mengganggu kalender olahraga dunia.

"Ada orang yang mengatakan Olimpiade harus ditunda, tetapi menurut saya, tidak mungkin jika harus diundur lagi. Menyelenggarakan Olimpiade pada Juli adalah opsi saat ini," ujar Muto.

Olimpiade Tokyo 2020 disarankan untuk ditunda lagi, minimal satu tahun. Namun, Muto menjelaskan bahwa wacana tersebut sudah pasti akan ditolak oleh komunitas olahraga dunia.

3 dari 3 halaman

Tanpa Penonton

Seorang pria yang mengenakan masker pelindung untuk mencegah penyebaran virus corona berjalan di depan iklan Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo, Rabu (17/3/2021). Ibukota Jepang mengonfirmasi lebih dari 400 kasus virus korona baru pada hari Rabu. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyuarakan kekecewaan karena penggemar olahraga dari luar negeri bakal dilarang datang dan menyaksikan secara langsung Olimpiade Tokyo tahun ini, namun pihaknya "sepenuhnya menghormati dan menerima" keputusan tuan rumah.

IOC dan Komite Paralimpiade Internasional (IPC) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa, "demi keselamatan setiap peserta Olimpiade dan rakyat Jepang, kesimpulan mereka sepenuhnya dihormati dan diterima."

"Kami berbagi kekecewaan dengan semua penggemar Olimpiade yang antusias di seluruh dunia, dan tentu saja keluarga dan teman-teman para atlet, yang berencana datang ke Olimpiade," kata Presiden IOC Thomas Bach dalam pernyataannya seperti dikutip AFP.

"Untuk ini, saya benar-benar minta maaf. Kami tahu ini adalah pengorbanan yang besar untuk semua orang," tambahnya.

Sumber: AFP, First Post, Antara

Berita Terkait