Bola.com, Jakarta - Asnawi Mangkualam mencetak sejarah menjadi pemain Indonesia pertama yang bermain untuk klub Korea Selatan.
Bersama Ansan Greeners, Asnawi menjalani debut beberapa hari lalu. Tepatnya dalam duel menuju babak ketiga Piala FA melawan Yangpyeong FC di Stadion Ansan Wa, Minggu (28/3/2021). Dalam laga itu, Asnawi bermain penuh dan Ansan menang 1-0.
Debut Asnawi menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh pencinta sepak bola Indonesia. Pasalnya, berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, pemain Indonesia begitu sulit mendapat jam terbang di luar negeri kecuali di klub Asia Tenggara.
"Saya sangat senang dengan laga debut ini. Terima kasih untuk pelatih Kim Gil-sik dan ofisial Ansan Greeners yang memberikan saya kepercayaan bermain," tutur Asnawi Mangkualam dinukil dari Sports-G.
"Pada pertandingan itu, kami menguasai laga dan mengontrol jalannya pertandingan selama 90 menit. Alhamdulillah kami meraih kemenangan," jelas Asnawi Mangkualam.
Pelatih Kim Gil-sik sebenarnya tak mau berjudi dengan menurunkan pemain anyar pada laga itu. Ia mengaku skuadnya bukan tim yang stabil.
Meski lawan yang dihadapi tergolong enteng (divisi 4), keputusan pelatih Kim Gil-sik memberikan jam terbang kepada Asnawi patut diapresiasi.
Dengan memberi debut 90 menit kepada pemain Indonesia, Ansan Greeners mendapat perharian dari pencinta bola Tanah Air. Lihat saja di akun Instagram resmi mereka. Sejak merekrut Asnawi, akun tersebut dibanjiri ribuan komentar dari netizen Indonesia.
Ansan Greeners belum menjadi klub elite Liga Korea. Maklum, tim berjulukan Green Wolves baru berdiri pada 2017 dan sekarang bermain di K League 2.
Musim ini, Ansan baru memulai empat pertandingan dan berada di posisi ketujuh. Pada musim debutnya di K-League 2, Ansan finis di posisi kesembilan.
Meski demikian, Ansan Greeners akan menjadi pengalaman berharga bagi Asnawi Mangkualam. Tentunya, sepak bola Korea Selatan yang berkembang pesat dalam dua dekade terakhir, akan memberikan banyak ilmu bagi pemain Indonesia.
Video
Daya Juang Hidup di Korea
Selain sepak bola, apalagi kalau bukan entertainment negeri Ginseng yang di-notice oleh masyarakat Indonesia. Dunia hiburan Korea Selatan sedang gila-gilanya. Dari drama, film, acara variety show, hingga musik, punya jutaan penggemar di Tanah Air.
Dalam drama maupun film, Korea digambarkan negara yang begitu cantik. Di musim dingin, kota-kota di Korea akan sangat romantis dengan salju-salju. Begitu juga musim semi yang penuh dengan bunga sakura atau cherry blossoms.
Namun, kehidupan di Korea juga sangat keras. Tidak seindah di drama.
Ada beberapa catatan yang membuat kehidupan di Korea sangat berat, di antaranya standar kerupawanan wajah yang tinggi, status sosial yang mengakibatkan bulliying, musim salju yang berat, beban belajar yang tinggi, hingga standar pendidikan yang cukup sulit.
Bahkan baru-baru ini, banyak sekali muncul kasus-kasus bully, yang bahkan melibatkan artis-artis dan idol. Tak hanya itu, Korea juga mendapat sorotan dari publik Asia Tenggara, terkait perilaku rasisme warganya kepada warga ASEAN.
Terlepas dari sisi gelap tersebut, kesempatan menjadi pemain klub Korea amat langka bagi pemain Asia Tenggara. Oke lah misalnya klub tersebut punya tujuan komersil dengan mendatangkan pemain kita. Tapi, tidak ada salahnya juga untuk belajar dari negara yang sepak bolanya jauh lebih maju.
Pelatih Kim Gil-sik terus memberikan motivasi bagi Asnawi Mangkualam. Asnawi diminta untuk meningkatkan kualitasnya demi kebaikan dirinya di masa depan.
"Saya pikir, ini akan lebih baik untuk masa depan Asnawi Mangkualam. Dia tidak kalah dengan pemain Korea Selatan lain dalam hal kecepatan dan daya juang. Saya pikir itu akan menunjukkan penampilan yang lebih baik darinya di masa mendatang," tutur pelatih Ansan Greeners, Kim Gil-sik.
"Asnawi Mangkualam membutuhkan kemampuan beradaptasi dengan sepak bola Korea Selatan. Dia harus beradaptasi dalam hal kecepatan dan mengatur nafas bersama rekan setimnya. Jika dia bisa beradaptasi dengan baik, dia akan menjadi pemain yang lebih baik di masa depan," ucapnya.
Beda Cerita di Ansan
Begitu kerasnya hidup di Korea, tapi Asnawi tak perlu minder dan takut karena Ansan menyajikan nuansa berbeda.
Ansan, merupakan sebuah kota industri di provinsi Gyeonggi yang terletak di selatan ibu kota Korea, Seoul. Di kota inilah terasa dekat dengan Indonesia.
Di Ansan banyak terdapat hal yang berbau Indonesia dan beberapa negara lainnya. Ansan merupakan kota di Korea yang jumlah warga asingnya lumayan banyak.
Sebagian besar warga asing merupakan pekerja migran yang sebagian besar bekerja di pabrik. Warga Indonesia yang berada di Ansan ada ribuan yang tersebar di beberapa wilayah.
Tahun 2019 saja ada 42 ribu orang Indonesia tinggal di Korea Selatan hingga Februari 2019. Jumlah itu paling banyak diisi oleh para pekerja migran (Pekerja Migran Indonesia/PMI) yang mencapai hampir 34 ribu orang.
Ansan dekat dengan kota Incheon, itu sebabnya Ansan juga menjadi venue pertandingan sepak bola Asian Games 2014. Ketika Timnas Indonesia U-23 bertanding, ribuan WNI memberi dukungan.
Kira-kira potret inilah yang akan terjadi jika sepak bola sudah kembali normal, dihadiri oleh penonton tanpa jarak fisik.
Di Mana Bumi Dipijak, Di Situ Langit Dijunjung
Korea dengan kemajuan negaranya di berbagai bidang termasuk olahraga sepak bola, akan memberikan banyak pelajaran hidup bagi Asnawi Mangkualam.
Pertama, disiplin. Sudah bukan rahasia lagi kalau masyarakat di Asia Timur memiliki karakter disiplin luar biasa. Kemudian kerja cepat "pali-pali" (cepat-cepat). Di jalan raya, stasiun kereta bawah tanah, pasar, orang Korea berjalan sangat cepat.
Lalu kerja keras. Di Korea, murid SMA belajar hingga larut malam untuk dapat masuk ke kampus elite. Maka tak heran, banyak ditemui para pelajar di jalan menggunakan baju seragam sekolah hingga larut malam.
Menghormati kultur setempat. Ini sepertinya berlaku di mana saja kita berada. Kultur orang Korea sangat menjunjung tinggi hierarki. Jadi, orang yang lebih muda, wajib menghormati orang yang lebih tua, apalagi dalam hubungan kekerabatan.
Untuk penggunaan bahasa pun, orang yang lebih muda, 'haram' memakai bahasa informal. Seperti bahasa Jawa, orang yang lebih muda menghargai yang lebih tua dengan menggunakan bahasa kromo inggil.
Bahasa juga menjadi ilmu baru bagi Asnawi. Selagi di sana, manfaatkan untuk belajar bahasa Korea sebanyak-banyaknya karena kesempatan tak akan datang dua kali.
Baca Juga