Bola.com, Jakarta - Aksi Cristian Gonzales sebagai striker maut di kotak penalti lawan kental mewarnai pentas Liga Indonesia sejak 2003.
El Loco, nama julukannya, memulai kiprahnya bersama PSM Makassar pada Liga Indonesia 2003 dan terakhir bersama PSIM Yogyakarta pada 2019/2020. Dalam kurun waktu itu, ia tampil dalam 308 partai dengan koleksi 239 gol.
Selama berkiprah di kompetisi tanah air, El Loco tercatat membela 8 klub dengan pencapaian terbaik secara tim adalah membawa Persik Kediri meraih trofi juara Liga Indonesia 2006 serta jadi bagian penting Arema FC saat menjuarai Piala Presiden 2017.
Ia pun mencetak rekor individual yang bakal sulit disamai yakni empat kali menjadi pencetak gol terbanyak di kompetisi kasta tertinggi yakni pada musim 2005, 2006, 2007/2008 dan 2008/2009.
Di level turnamen, El Loco juga pernah menjadi top skorer di Piala Indonesia 2010 dan Piala Presiden 2017.
Dalam channel youtube Jebreeetmedia TV, El Loco mengungkap cerita pengalamannya saat berkostum Persik. Termasuk ketika ia hampir berkostum tim oranye sebelum resmi membela Persik pada Liga Indonesia musim 2005.
"Saya tidak usah sebut nama timnya. Yang pasti warna kostumnya oranye dan kotanya sangat macet," kenang El Loco.
Dari pernyataan Cristian Gonzales, tim oranye yang kotanya sangat macet mengarah ke Persija Jakarta.
Video
Telepon di Tengah Jalan
Menurut Cristian Gonzales, ia sejatinya sudah deal secara lisan dengan manejer Persik saat itu, Iwan Budianto. El Loco bertemu dengan Iwan di Kediri usai Persik tampil di ajang Copa Dji Sam Soe. Sehabis pertemuan, El Loco langsung pulang ke Surabaya.
"Di tengah perjalanan, saya mendapat telepon dari seorang petinggi klub yang bermarkas di kota macet itu dan meminta saya untuk bertemu," terang El Loco.
Setelah berkonsultasi dengan sang istri, Eva Gonzales, El Loco memutuskan memenuhi permintaan itu.
"Saya ke kota macet itu atas persetujuan istri. Setiba di sana, saya langsung disodori kertas kontrak untuk dipelajari di apartemen yang telah mereka sediakan."
Keesokan harinya, El Loco sempat mengikuti latihan reguler tim oranye itu. Sepulang latihan, ia kembali ke apartemen dan menemui sang istri.
"Saya memutuskan untuk kembali ke Surabaya dan menerima tawaran Persik. Alasan saya bukan soal nilai kontrak karena tawaran tim itu lebih besar. Ini soal hati nurani, karena saya sebelumnya sudah deal secara lisan dengan Pak Iwan," papar El Loco.
PP Surabaya-Kediri
El Loco akhirnya berkostum Persik dengan berbagai pencapaian baik secara tim dan individu.
"Saya merasa nyaman bermain di Persik. Saat itu, semua elemen tim berkerja sesuai fungsi mereka masing-masing. Kita juga merasa sebagai keluarga besar," ungkap El Loco.
Dua setengah musim di Persik, El Loco mengaku mendapat banyak hal yang bukan soal materi semata. Yang menarik, meski menikmati suasana di Persik, El Loco tidak menetap di Kediri.
Sang istri yang tengah hamil memiliki tetap tinggal di Surabaya. Alhasil, setiap hari El Loco menempuh jarak ratusan kilometer dari Surabaya ke Kediri dan sebaliknya.
"Saya yang menginginkan hal itu karena ingin selalu dekat dengan istri dan anak," pungkas El Loco.