Bola.com, Jakarta - Pelatih PSM Makassar, Syamsuddin Batola, belakangan jadi sorotan publik sepak bola Indonesia menyusul sukses Juku Eja menembus perempat final Piala Menpora 2021.
Pria kelahiran Kabupaten Maros, 4 Juli 1967 itu dinilai sukses mengembalikan karakter PSM yang mengandalkan permainan keras dan cepat untuk membungkam lawan.
Dari tiga partai di Grup B yang juga dihuni oleh Persija Jakarta, Bhayangkara Solo FC, dan Borneo FC Samarinda, PSM tak pernah kalah dengan hasil sekali menang dan dua imbang.
Sebelum diplot menjadi pelatih kepala PSM di Piala Menpora 2021, Syamsuddin Batola lebih banyak menghabiskan waktunya sebagai asisten pelatih Tim Juku Eja di Liga 1 sejak 2017.
Terakhir pada 2019, Syamsuddin Batola yang sudah mengantongi lisensi kepelatihan A-AFC tersebut menjabat sebagai Direktur Teknik Akademi PSM di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Juara Bersama Tim Pelajar Indonesia
Sejatinya, permainan karakter keras ala PSM sudah melekat dalam diri Syamsuddin Batola yang sejak berkarier sebagai pemain berposisi sebagai bek tengah atau libero. Ia mengawali peruntungannya di sepak bola ketika bergabung di Diklat PPLP Sulawesi Selatan pada 1982.
Dua tahun menimba ilmu di Diklat PPLP, bakat Syamsuddin terpantau tim pemandu bakat Diklat Ragunan, Jakarta. Ia pun menjadi bagian dari tim pelajar Indonesia yang meraih trofi juara Piala Asia 1984 di New Delhi.
Rekan seangkatannya adalah nama-nama yang belakangan familier di Timnas Indonesia seperti Listianto Raharjo, I Made Pasek Wijaya, Bonggo Pribadi, Alexander Saununu, dan Herrie Setiawan.
Selepas dari Diklat Ragunan, Syamsuddin direkrut klub elite Galatama, Pelita Jaya yang dikenal doyan mengoleksi pemain muda terbaik di Tanah Air. Tak lama berkostum Pelita Jaya, Syamsuddin bergabung di PKT Bontang, klub perusahaan pupuk terbesar di Kalimantan yang pernah mewakili Indonesia di pentas Asia.
Bersama PKT, Syamsuddin sempat mengalami masa suram karena cedera lutut yang dialaminya ketika klubnya menghadapi Bandung Raya di era Galatama. Ia pun terpaksa menepi selama setahun untuk memulihkan cederanya tersebut.
"Selama masa pemulihan, saya terus memotivasi diri dan berpikir positif yakni tetap bisa kembali berkarier di sepak bola," kata Syamsuddin kepada Bola.com pada satu kesempatan.
Setelah pulih, Syamsuddin Batola masih sempat memperkuat PKT pada periode terakhir Galatama sebelum digabungkan dengan kompetisi Perserikatan dengan nama Liga Indonesia.
Bawa PSM Raih Trofi
Jelang Liga Indonesia 1994/1995 yang merupakan musim pertama kompetisi kasta tertinggi Indonesia, Syamsuddin memutuskan pulang kampung dan bergabung dengan PSM Makassar.
Pencapaian tertingginya bersama skuad Juku Eja adalah meraih trofi juara musim 1999/2000 serta dua kali runner-up yakni pada 1995/1996 dan 2000/2001. Ia pun menjadi bagian skuad PSM yang berhasil menembus delapan besar Liga Champions Asia 2001.
Selepas dari PSM pada 2001, Syamsuddin sempat memperkuat tim tanah kelahirannya, Persim Maros yang berkiprah di Divisi 1 (Liga 2) selama dua musim. Setelah itu, ia menjadi asisten pelatih di Persim mendampingi M. Zein Alhadad pada 2005-2006.
Ketika Persim mengundurkan diri dari Divisi 1 pada 2007, Syamsuddin lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membina pemain usia muda pada sebuah sekolah sepakbola (SSB) di Maros.
Ia juga sempat menjadi pelatih di Diklat PPLP Sulsel, tempatnya pertama kali menimba ilmu sepak bola. Setelah bertahun-tahun berkutat di pembinaan pemain usia muda, Syamsuddin akhirnya bergabung di tim kepelatihan PSM dengan berstatus asisten pelatih sejak Liga 1 2017.
Bersama PSM, ia mendampingi deretan pelatih asing yang pernah menangani skuad Juku Eja seperti Robert Alberts, Darije Kalezic, dan Bojan Hodak sembari terus menambah pengetahuannya dengan mengikuti kursus kepelatihan sampai jenjang A-AFC.
Pencapaian terbaiknya sebagai asisten pelatih di PSM adalah meraih trofi juara Piala Indonesia 2018/2019. Sebelumnya, PSM bertengger di peringkat tiga klasemen Liga 1 2017 dan di posisi dua pada musim 2018.