Bola.com, Bandung - Persik telah menuntaskan kiprahnya di Piala Menpora 2021. Banyak catatan menarik sarat kritik terhadap kinerja tim asuhan Joko Susilo ini.
Secara umum, jika dilihat dari hasil klasemen akhir dengan koleksi empat poin, raihan Persik cukup menjanjikan. Mereka bisa bertengger pada urutan ketiga di bawah PSS dan Persebaya yang mewakili Grup C ke babak perempatfinal Piala Menpora.
Sebuah pencapaian bagus untuk sebuah tim yang masih dalam proses pembentukan. Namun bila diamati dari sisi skor akhir per pertandingan, grafik Persik naik turun.
Pencapaian tim bak permainan yo-yo yang naik turun. Performa inilah yang mengaduk-aduk emosi Persikmania. Dua laga awal, Andri Ibo dkk. bertekuk lutut di kaki Persebaya (2-1) dan PSS Sleman (1-0).
Namun partai ketiga, di luar dugaan Persik mempermalukan tim penuh bintang Madura United (2-1). Macan Putih menutup turnamen pramusim bermain imbang dengan Persela 2-2.
Namun bila dianalisis permainan Persik secara keseluruhan, mereka banyak peningkatan signifikan. Bagi sebuah tim yang sedang menjalani transisi ini harus diapresiasi.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Eksperimen Demi Liga 1
Sebagai pelatih, Joko Susilo memang harus banyak melakukan eksperimen untuk mencari formasi terbaik bagi Persik di Liga 1 2021 nanti. Meski dia harus menerima risiko mendapat cibiran.
Keberanian bereksperimen inilah yang seharusnya disadari pendukung Persik. Lihat kebijakan penuh risiko ketika Getuk memberikan ban kapten kepada Andri Ibo. Padahal pada Liga 2 2019 lalu, status kapten jadi milik Faris Aditama, ikon lokal bagi publik Kediri.
Amati juga keberanian Joko Susilo mengutak-atik pola permainan dan formasi pemain di tiap laga. Dia harus melakukan itu, karena saat ini Persik merombak sebagian besar materi pemainnya.
"Pramusim ini kesempatan saya bereksperimen. Saya harus menemukan pola dan formasi terbaik tim Persik. Jadi jangan lihat prestasi kami di Piala Menpora, tapi di kompetisi nanti," tuturnya.
Jika Persik kalah dari Persebaya itu wajar. Karena Bajul Ijo memiliki beberapa pemain Timnas Indonesia U-23. Materi mereka juga tak berubah banyak.
Wajar pula bila Macan Putih dicakar PSS yang kini diperkuat beberapa pemain bintang. Persikmania juga tak perlu kecewa bila Persik imbang dengan Persela yang memiliki materi pemain lama plus suntikan dua legiuner asing.
Bila dibandingkan empat kontestan di Grup C, kondisi tim Persik paling tidak ideal. Apalagi PSS, Persebaya, Madura United, dan Persela adalah penghuni lama Liga 1.
Sementara Persik tim promosi dari Liga 2 2019. Jadi Persikmania harus sadar dan lebih dewasa untuk melihat sebuah proses.
Sosok Joko Susilo
Di klub manapun pelatih lah yang harus memikul tanggung jawab atas kinerja tim. Joko Susilo pun menjadi sasaran tembak Persikmania.
Saat Persik meraih hasil minor, tagar #jokosusiloout dan #jsout selalu menghiasi medsos di Kediri. Setelah Persik menjegal Madura United, akun-akun media sossial memuji Joko Susilo dan pasukannya.
"Pro dan kontra biasa dalam kehidupan. Saya sadar dengan risiko itu. Dan, saya sudah kenyang dapat bully dan dipuji. Saya berpikir positif. Semua saya pakai untuk introspeksi dan motivasi," kata Joko Susilo.
Ya, Joko Susilo telah benar-benar menyadari risiko menjadi pelatih. Apalagi menangani klub sarat prestasi seperti Persik. Tapi dia siap menjadi bemper atas prestasi tim.
Pria asal Cepu, Blora ini tak akan menyerah hanya karena cacian. Dia juga tak besar kepala karena pujian. Joko Susilo telah ditempa kuat di Arema.
"Takdir saya memang harus seperti ini. Tapi saya menjalani dengan ikhlas. Saya masih ingat kenangan menyakitkan dimusuhi Aremania saat melatih Arema. Klub yang membesarkan nama saya," ujarnya.
Joko Susilo juga masih ingat ketika dia dihakimi di depan Persikmania usai Persik dipermalukan Persiraja di Kediri pada Shopee Liga 1 2020 lalu.
"Apakah saya mundur atau lari? Tidak kan. Saya hadapi mereka, saya temui mereka. Tapi saya tentu tak bisa menjelaskan semuanya kepada suporter dalam waktu singkat," ujarnya.