Bola.com, Solo - Persija Jakarta memastikan diri tampil di final Piala Menpora 2021, usai mengalahkan PSM Makassar lewat adu penalti 4-3 (0-0) dalam leg kedua semifinal di Stadion Manahan, Solo, Minggu (18/4/2021) malam.
Di laga final nanti, Macan Kemayoran (julukan Persija) akan bertemu pemenang antara Persib Bandung kontra PSS Sleman. Perjalanan Persija melaju ke partai puncak berjalan cukup mulus, meski melewati banyak rintangan.
Menjadi juara grup walau sempat mencatat kekalahan dari PSM, lalu cukup kesulitan mendepak Barito Putera di babak dapan besar. Hingga harus memastikan tiket ke final dengan melalui drama adu penalti di semifinal, menjadi catatan perjalanan Otavio Dutra dkk.
Persija masih perlu banyak melakukan pembenahan melihat tren yang dilalui sejak fase grup hingga lolos ke final. Bola.com memiliki ulasan mengenai beberapa faktor yang perlu dievaluasi sebelum pertarungan di final untuk merengkuh trofi Piala Menpora.
Yuk scroll ke bawah untuk mengetahuinya.
Saksikan Video Pilihan Kami:
Fisik Kedodoran
Jadwal pertandingan yang mepet dari laga sebelumnya, menjadi kendala bagi semua tim termasuk Persija. Terutama untuk memulihkan kondisi kebugaran para pemainnya.
Alhasil berpengaruh pada kualitas fisik yang kurang maksimal di setiap pertandingan. Sebagai contoh dalam dua pertemuan dengan PSM di semifinal. Permainan Persija kalah agresif dari PSM dari segi ketahanan fisiknya.
Meski cukup disiplin di awal permainan hingga memasuki babak kedua, perlahan kondisi fisik Marc Klok dan rekan-rekannya menurun. Kalah dalam perebutan duel, hingga sempat mendapat tekanan dari serangan balik PSM.
Menjadi bahan evaluasi yang perlu dibenahi Persija sebelum melakoni laga final nanti, mengingat kembali menerapkan format dua leg. Terlebih laga final bakal sangat menguras tenaga dan konsentrasi.
Lini Depan Tumpul
Pekerjaan rumah yang masih cukup besar bagi Persija adalah kinerja lini depannya. Keberadaan seorang Marko Simic sebagai mesin gol ditambah barisan gelandang hebat yang menyokongnya masih belum cukup.
Tiga laga selama babak penyisihan grup, Persija memang cukup produktif dengan melesakkan enam gol. Namun saat masuk fase gugur, hanya sebiji gol dari tiga pertandingan di waktu normal.
Yaitu ketika menyingkirkan Barito Putera di babak delapan besar, lewat gol tunggal Marko Simic. Gol yang dicetaknya juga telat yakni pada menit-menit akhir menjelang laga bubar.
Kemudian dalam dua kali pertemuan dengan PSM di semifinal, lini depan Macan Kemayoran tak bisa berbuat banyak. Dua laga dengan skor kaca mata menghiasi pertemuan keduanya. Persija wajib membenahi ketajaman para penyerangnya setiap menyelesaikan peluang di laga final nanti.
Sering Melakukan Pelanggaran
Entah menjadi bagian dari strategi permainan untuk menerapkan permainan pressing ketat, Persija cukup bersahabat dengan pelanggaran dan kartu kuning dari wasit. Persija mencatatkan rekor tersendiri dalam mendapatkan hukuman kartu dari pengadil lapangan di turnamen ini.
Menengok dua kali pertemuan dengan PSM di semifinal, total ada sebelas pemain Persija yang diganjar kartu kuning wasit. Enam pada leg pertama dan lima di leg yang kedua, termasuk kartu merah untuk Marco Motta.
Beberapa kali pelatih Persija, Sudirman mengingatkan para pemainnya agar bermain secara cerdas dengan meminimalisir pelanggaran yang seharusnya tidak perlu. Karena menurutnya hal tersebut justru bisa menjadi kerugian untuk timnya sendiri.