Bola.com, Makassar - Kiprah Dwi Joko sebagai bek tengah terbilang familier di Liga Indonesia pada satu dekade awal 2000-an. Pria kelahiran Sukoharjo, 25 Februari 1982 ini jadi bagian Petrokimia Putera ketika meraih trofi juara Liga Indonesia 2002. Ia juga pernah berkostum Persita Tangerang, Deltras Sidoarjo, Persiba Balikpapan dan Persis Solo.
Setelah belasan tahun berstatus sebagai pemain profesional, Dwi Joko beralih profesi sebagai pelatih. Ia kini menjadi manajer sekaligus pelatih di Pasoepati Football Academy (PFA) yang berlokasi di Sukoharjo.
"Saya merasa nyaman bisa mengembangkan potensi pemain muda sekaligus dekat dengan keluarga," ujar Dwi Joko dalam channel youtube Pinggir Lapangan.
Di PFA, Dwi Joko bersama staf pelatih lainnya membina 150 pemain muda dari berbagai kategori usia. Bagi pemain yang berasal dari daerah luar Sukoharjo tersedia mes yang bisa menampung puluhan pemain.
"Saat ini ada 30 pemain yang tinggal di mes. Total pemain di PFA adalah 150 pemain. Mereka bukan hanya diajarkan teknik sepak bola tapi juga pengembangan sikap dan karakter seorang pemain profesional," terang Dwi Joko yang sudah mengantongi lisensi kepelatihan B-Diploma PSSI.
Menurut Dwi Joko, pembentukan karakter dan sikap bagi pemain sangat penting untuk masa depan mereka. Dimana setiap pemain harus bekerja keras dalam latihan serta mau mengakui kekalahan. Di PFA juga berlaku sistem promosi dan degradasi. Pada momen inilah, Dwi Joko merasa berat untuk membuat keputusan, di mana PFA terpaksa melepas pemain yang dianggap sulit untuk berkembang pada usia 17 tahun keatas.
"Kami tidak ingin memberikan harapan palsu buat mereka. Mungkin mereka bisa berkembang di bidang lain karena kami sudah menanamkan sikap dan karakter positif selama menimba ilmu di PFA," terang Dwi Joko.
Sejauh ini, PFA yang berdiri pada 2015 sudah memunculkan dua pemain berpotensi yakni Dika Kuswandani dan Alfriyanto Nico yang tergabung skuad Garuda Select pada 2019.
Saksikan Video Pilihan Ini
Jadikan Sergei Dubrovin Sebagai Anutan
Dalam membina dan mengembangkan potensi pemain, Dwi Joko menegaskan berusaha bersikap obyektif. Terkait hal ini, Dwi Joko menjadikan Sergei Dubrovin, pelatih di Petrokimia sebagai anutan.
Menurutnya, karakter Sergei saat menangani tim membuat semua pemain merasa punya peluang yang sama untuk mendapatkan kesempatan tampil tanpa melihat status mereka. Itulah mengapa Dwi Joko yang saat itu masih berstatus pemain muda mendapatkan menit bermain yang lumayan banyak.
"Coach Sergei sangat obyektif saat membuat keputusan pemain mana yang akan ditampilkan pada sebuah pertandingan. Pemain yang bekerja keras dalam latihan dan menjaga kondisi dengan baik sudah pasti mendapat tempat," kata Dwi Joko.
Di mata Dwi Joko, sejatinya, Indonesia memiliki banyak pemain yang berpotensi asal mendapat bimbingan yang baik dan benar sejak usia dini.
"Hal inilah yang menjadi misi dan pegangan kami di PFA. Kami menyambut hangat mereka yang punya cita-cita jadi pemain profesional," pungkas Dwi Joko.