Bola.com, Jakarta - Aksi Nanang Kushardianto sebagai striker Niac Mitra di era Liga Sepak Bola Utama (Galatama) pernah menjadi sorotan. Pasalnya, ia menjadi pemain termuda yang berkiprah di kompetisi semiprofesional pertama Tanah Air.
Ia masih berusia 17 tahun ketika melakoni debutnya pada musim 1988/1989 ketika Niac Mitra menghadapi klub elit Indonesia saat itu, Pelita Jaya.
Menariknya, pada laga itu, ia mencetak dua gol.Dalam channel Youtube Omah Balbalan, Nanang Kushardianto mengungkap cerita perjalanan panjang kariernya di sepak bola yang lebih banyak dihabiskan bersama Niac Mitra.
"Bagi saya Niac Mitra adalah klub besar dan istimewa. Saya beruntung sekaligus bangga bisa mewujudkan impian sejak kecil yakni berkostum Niac Mitra," kenang Nanang.
Nanang mengaku malah pernah mengirim sepucuk surat ke manajemen Niac Mitra saat masih duduk di bangku SMP untuk menyampaikan keinginannya berlatih di klub itu. Ia terobsesi dengan Niac Mitra karena sering diajak ayahnya menonton laga klub milik pengusaha A.Wenas itu.
"Malah ketika menetap di Madiun, saya bersama Ayah dengan menggunakan sepeda motor tetap ke Surabaya untuk menonton laga Niac Mitra," papar Nanang yang menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan bermain sepak bola di lapangan Brawijaya Surabaya yang dekat dengan rumah orang tuanya.
Video
Jalan Menuju Niac Mitra
Sejalan dengan perjalanan waktu, Nanang akhirnya mendapat jalan menuju ke Niac Mitra. Diawali dengan adanya tawaran dari teman ayahnya, Paiman yang juga pengusaha penyedia peralatan TNI/Polri yang mengajaknya bergabung di Perseta Tulungagung menghadapi Piala Soeratin pada 1987.
Ketika itu, ia sudah duduk di bangku SMA. Pada satu momen, Perseta beruji coba dengan Persegres di Stadion Petrokimia Gresik. Usai laga, Nanang didekati Wayan Diana, legenda Niac Mitra yang mengajaknya bergabung di Mitra Kolombo, tim amatir klub itu yang berkiprah di kompetisi internal Persebaya.
Nanang tampil semusim bersama Mitra Kolombo dengan pretasi masuk dalam daftar pencetak gol terbanyak kompetisi.
Tertarik dengan talenta yang dimiliki Nanang, Wayan Diana pun mengajak striker binaannya itu menemui pelatih Niac Mitra M. Basri. Nanang direkomendasi Basri ke Wenas agar dimasukkan dalam daftar pemain Niac Mitra musim kompetisi 1988/1989.
"Saya beruntung, bermain di Niac Mitra justru membuat pendidikan saya malah lancar sampai mendapatkan gelar sarjana ekonomi," terang Nanang yang ketika pertama kali berkostum Niac Mitra tercatat masih berstatus pelajar kelas dua SMA.
Setia
Nanang akhirnya menjadi bagian penting dari Niac Mitra sampai klub itu dibubarkan oleh Wenas pada 1990. Pada momen itu, Nanang sejatinya mendapat tawaran dari sejumlah klub Galatama lainnya. Diantaranya Bandung Raya dan Arema Malang.
Tapi, Nanang memutuskan melanjutkan kariernya di Mitra Surabaya, nama baru Niac Mitra setelah diakuisisi oleh Grup Jawa Pos, koran terbesar di Jawa Timur.
Nanang tak lama membela Mitra karena cedera lutut yang menderanya saat mengikuti latihan reguler tim. Setelah menjalani operasi, Nanang menjadi karyawan Jawa Pos untuk mengisi waktu disela pemulihan cederanya itu.
Tapi, setelah pulih, Nanang merasa sulit untuk tetap bersaing di level atas sehingga memutuskan pensiun. Kini Nanang membuka usaha pemasaran perlengkapan TNI/Polri yang sudah merambah ke Jakarta.
"Tapi, saya tak bisa melupakan sepak bola. Di sela waktu senggang, saya menyempatkan diri membina pemain usia di Jakarta Timur," pungkas Nanang.
Baca Juga
Bek Timnas Vietnam Antusias Banget dalam Sesi TC di Korsel, Makin Pede Bakal Juara Piala AFF 2024
Sembuh dari Cedera di Timnas Indonesia, Kevin Diks Main 90 Menit dan Cetak 1 Assist dalam Kemenangan FC Copenhagen di Liga Denmark
2 Pemain ke Timnas Indonesia Proyeksi Piala AFF 2024, Arema FC antara Bangga dan Kehilangan