Bola.com, Jakarta - Club Deportivo Palestino memiliki ikatan kuat dengan Palestina. Warna merah, hijau, putih, dan hitam makin menunjukkan betapa klub ini terafiliasi dengan negara Timur Tengah yang sering dilanda konflik berkepanjangan tersebut.
Palestino didirikan pada 1920 oleh parah imigram Palestina di kota Osorno, sebuah wilayah selatan Chile. Palestino sampai dijuluki Timnas Palestina kedua meski dua wilayah tersebut berjarak sekitar 13ribu KM jauhnya.
Palestino merupakan bahasa Spanyol untuk Palestina. Selain warna tim yang serupa, Bank of Palestine yang menjadi sponsor di jersey Palestino makin menguatkan afiliasi tersebut.
Bermarkas di Santiago, ibu kota Chile, Palestino dijuluki Arabes dan juga Tetracolores. Terdapat dua bintang di atas logo klub, yang menunjukkan bahwa Palestino bukanlah klub sembarangan.
Palestino berhak menyematkan dua bintang karena pada 1958 dan 1978, mereka menyabet gelar juara Liga Chile. Setelah itu mereka urung mengangkat trofi lagi, sedangkan prestasi terbaik berikutnya didapat pada 2008 silam saat finis di posisi runner-up.
Disadur dari laman resmi klub, awalnya Palestino didirikan oleh imigran Palestina untuk mengikuti turnamen lokal di Osorno, 1000 kilometer jauhnya dari markasnya saat ini, Santiago. Itu dilakukan seagai bentuk kekecewaan lantaran masyarakat Chile saat itu menolak adanya pesepak bola imigran, termasuk dari Palestina.
Tiga puluh dua tahun berselang, barulah terbentuk Deportivo Palestino, memproklamirkan diri sebagai klub profesional dan telah seutuhnya diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Chile. Manajemen lantas pindah ke Santiago, namun baru pada 1988 mereka memiliki stadion sendiri yang diberi nama Estadio Municipal de La Cisterna.
Di stadion tersebut, ada pula museum virtual pertama di Chile, yang tentunya berisikan riwayat dan sejarah klub. Pengunjung bebas berkunjung dan memasuki ruang ganti pemain. Terdapat jersey berusia 40 tahun lalu hasil sumbangan para mantan pemain Club Deportivo Palestino.
Video
Solidaritas untuk Palestina
Pada 2020, saat ulang tahun seabad Club Deporivo Palestino, pemandangan menarik terjadi di Menara Telepon di Santiago. Bangunan yang menjadi landmark ibu kota Chile itu diterangi oleh Kaffiyeh atau surban khas Palestina.
Hebatnya, momen tersebut justru dirayakan dengan suka cita oleh warga Santiago. Ya, Palestino sudah menjadi people's club, bukan lagi buat pendukung klub tersebut saja.
Masih pada Juli 2020, manajemen klub merilis jersey khusus dengan sebuah tulisan bahasa Arab dan Spanyol. Tulisan itu berbunyi, 'Lebih dari Sekadar Tim, Ini adalah Seluruh Orang', yang bermakna bahwa Palestino merepresentasikan tak hanya sebuah klub saja.
Belum cukup sampai di situ, Presiden Chile, Sebastian Pinera Echenique, membuat undang-undang berupa boikot produk Israel. Segala aktivitas komersial yang melibatkan perusahaan Israel yang beroperasi di Palestina juga kena imbas peraturan tersebut.
Dilansir dari Middle East Monitor, Club Deportivo Palestino menunjukkan solidaritasnya lagi dengan mengenakan Keffiyeh jelang laga kontra Colo-Colo, Sabtu (8/5/2021). "Palestina adalah bagian penting dari identitas kami sebagai sebuah tim."
"Simbol Palestina, seperti keffiyeh, menunjukkan hubungan yang kami miliki dengan tanah air kami. Kita harus berdiri bersama melawan kesulitan," ujar presiden klub Jorge Uauy.
Lima tahun lalu, atau tepatnya pada periode Natal 2016, Palestino berkunjung ke Palestina. Tujuannya luar biasa, yakni bertemu Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuik memberikan pesan damai untuk umat Kristiani yang merayakan Natal.
Diprotes Komunitas Yahudi di Chile
Semangat mendukung 'kemerdekaan' Palestina ditunjukkan oleh Palestino lewat banyak cara, satu di antaranya adalah dengan mengganti nomor punggung 1 dengan peta Palestina sebelum 'dijajah' oleh Israel. Langkah ini, di luar dugaan, dianggap kontroversial.
Komunitas Yahudi di Chile melakukan protes keras dan melabeli tindakan tersebut sebagai bentuk lain dari 'anti-Israel'. PSSI-nya Chile akhirnya melarang jersey tersebut dikenakan pada pertandingan resmi.
Akan tetapi, larangan tersebut tak berlaku untuk kepentingan merchandise. Tak pelak, fans Palestino dari seluruh dunia masih bisa memesannya hingga sekarang.
"Seratus tahun identitas Palestina di sebuah negara Amerika Selatan menunjukkan kegagalan Israel untuk menghapus identitas Palestina," tulis Eman Abusidu, jurnalis senior Middle East Monitor.