Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia akan melakoni tiga laga sisa Grup G kualifikasi Piala Dunia 2022. Masing-masing menghadapi Thailand (3/6/2021), Vietnam (7/6/2021) dan Uni Emirat Arab (11/6/2021).
Peluang skuad Garuda melangkah ke putaran final di Qatar tahun depan sudah tertutup setelah tak pernah meraih poin dalam lima partai yang sudah dijalani. Tapi, kehadiran Shin Tae-yong menggantikan peran Simon McMenemy sejak 28 Desember 2019 membuat Timnas Indonesia diyakini punya potensi jadi batu sandungan buat tiga lawan yang mereka hadapi nanti.
Kesuksesan Shin Tae-yong membawa Korea Selatan melibas Jerman di Piala Dunia 2018 membuat para koleganya di Grup G ketar-ketir. Mereka tentu tak ingin bernasib sama seperti Jerman.
Menariknya, seperti Shin Tae-yong, tiga pelatih timnas calon lawan Indonesia juga berstatus alumnus Piala Dunia. Pelatih timnas Vietnam, Park Hang-seo misalnya. Juru taktik berusia 63 ini menjadi asisten pelatih Guus Hiddink di timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2002. Di ajang itu, Korea Selatan menembus semifinal.
Pembesut timnas Thailand, Akira Nishino (66), sukses membawa Jepang jadi satu-satunya tim Asia yang berhasil lolos dari penyisihan grup putaran final Piala Dunia 2018. Pelatih timnas Uni Emirat Arab, Bert van Marwijk, lebih mentereng lagi.
Pelatih berusia 69 tahun itu jadi bagian sukses timnas Belanda jadi runner-up Piala Dunia 2010. Ia juga berjasa membawa Timnas Arab Saudi lolos ke putaran final Piala Dunia 2018.
Namun, di ajang itu, pelatih yang membawa Feyenoord juara Piala UEFA 2001/2002 itu justru menangani Timnas Australia. Kalau menilik usia tiga pelatih yang disebut di atas, Shin Tae-yong paling muda dengan usia masih 50.
Tapi, seperti para seniornya yang sesama alumnus Piala Dunia, Shin Tae-yong juga berstatus pelatih yang pernah membawa timnya meraih juara. Bersama Seongnam Ilhwa Chunma (Korsel), Shing Tae-yong meraih trofi juara Liga Champions Asia 2010.
Berikut profil singkat tiga pelatih calon lawan Shin Tae-yong dan Timnas Indonesia pada kualifkasi Piala Dunia 2022 yang diolah dari berbagai sumber
1. Park Hang-seo (Timnas Vietnam)
Ketika masih berstatus sebagai pemain, Park Hang-seo tercatat pernah memperkuat Timnas Korea Selatan U-20 yang meraih trofi juara Piala Asia U-20 pada 1981. Di level klub, prestasi terbaiknya adalah membawa Lucky-Goldstar FC titel juara di Liga Korea 1986.
Namanya mulai dikenal sebagai pelatih ketika menjadi asisten Guus Hiddink (Belanda) di timnas Korea Selatan yang berhasil melaju ke semifinal di Piala Dunia 2002.
Pada tahun yang sama, Park Hang-Seo menjadi pelatih timnas Korea Selatan U-23 yang berkiprah di Asian Games 2002. Di ajang multievent itu, Korea Selatan U-23 meraih medali perunggu.
Selepas dari timnas, Park Hang-seo menangani sejumlah klub di negaranya. Di antaranya Chunnam Dragons, Sangju Sangmu dan Changwon City.
Park Hang-seo kembali ke level timnas saat menerima tawaran Vietnam pada 29 September 2017. Bersama Park Hang-seo, Vietnam muncul sebagai kekuatan baru di Asia. Sukses perdana Park Hang-seo adalah membawa Vietnam U-23 jadi runner-up Piala Asia U-23 dan semifinal Asian Games 2018.
Pada tahun yang sama, Park Hang-seo jadi kunci sukses Vietnam meraih trofi juara Piala AFF. Terakhir bersama Vietnam meraih medali emas Sea Games 2019.
2. Akira Nishino (Timnas Thailand)
Akira Nishino hanya membela pada satu klub ketika berstatus sebagai pemain. Ia berkostum Hitachi pada periode 1978-1990 dan meraih satu trofi juara Liga Jepang pada 1982.
Setelah gantung sepatu, Akira Nishino langsung didapuk sebagai pelatih Hitachi yang belakangan berganti nama menjadi Kashiwa Reysol. Hanya setahun menangani Hitachi, Akira Nishino mendapat kepercayaan menjadi pelatih Timnas Jepang U-20 (1991-1992) dan U-23 (1994-1996).
Pencapaian terbaiknya pada periode ini adalah membawa Jepang lolos ke Olimpiade 1996. Selepas dari timnas usia muda, Akira Nishino kemudian berturut-turut menangani Kashiwa Reysol, Gamba Osaka, Vissel Kobe dan Nagoya Grampus.
Di level klub, ia mencetak sukses dengan membantu Kashiwa Reysol juara Piala Liga Jepang 1999. Kemudian Gamba Osaka juara Piala Liga Jepang 2007 serta Liga Champions Asia 2008.
Dinilai sukses di level klub, Akira Nishino mendapat kepercayaan jadi bagian timnas Jepang. Mulai dengan menjadi direktur teknik pada 2016, ia kemudian menjadi pelatih kepala Timnas Jepang menggantikan peran Vahid Halilhodzic jelang Piala Dunia 2018.
Di ajang terakhir, Akira Nishino membawa Jepang menjadi satu-satunya tim Asia yang lolos ke babak 16 Besar. Setahun kemudian, tepatnya pada 17 Juli 2019, Akira Nishino dikontrak Thailand untuk menangani timnas U-23 dan senior.
3. Bert van Marwijk (Timnas Uni Emirat Arab)
Bert van Marwijk jadi sosok pelatih paling senior dan pengalaman di Grup G kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Sebagai pemain, perjalanan karier memang tak terlalu cemerlang dengan hanya mengantongi satu cap bersama timnas Belanda.
Tapi, ketika berstatus pelatih, prestasi sosok berusia 69 ini terbilang lumayan. Bersama Feyenoord, Bert van Marwijk meraih trofi juara di Piala UEFA 2001/2002 dan Piala KNVB 2010.
Ketika menangani Timnas Belanda, Bert van Marwijk berhasil membawa skuad asuhannya menembus final Piala Dunia 2010. Setelah menangani timnas Belanda, sempat menangani Hamburg SV (Jerman) pada 2013/2014.
Setelah itu, Bert van Marwijk didapuk menjadi pelatih timnas Arab Saudi pada 26 Agustus 2015 dan membawa timnya lolos ke putaran final Piala Dunia 2018. Namun, setelah partai terakhir kualifikasi, Bert van Marwijk meninggalkan Arab Saudi dan kemudian menangani timnas Australia di Piala Dunia 2018.
Setelah Piala Dunia 2018, Bert van Marwijk melanjutkan petualangan dengan menerima tawaran kontrak dari Uni Emirat Arab pada 29 Maret 2019. Tapi, pada 4 Desember 2019, Asosiasi Sepak bola Uni Emirat Arab memecatnya setelah tim asuhannya kalah 2-4 dari Qatar di Piala Teluk.
Bert van Marwijk akhirnya kembali menjadi pelatih timnas Uni Emirat Arab pada 14 Desember dengan target membantu negara itu lolos ke putaran final di Piala Dunia 2022 Qatar.
Baca Juga
3 Penggawa PSBS yang Menonjol dalam Kebangkitan Mereka di BRI Liga 1: Semakin Nyaman Berkreasi
Deretan Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia yang Sebaiknya Main di Piala AFF 2024: Ngeri-ngeri Sedap Kalau Gabung
Mengulas Rapor Buruk Shin Tae-yong di Piala AFF: Belum Bisa Bawa Timnas Indonesia Juara, Edisi Terdekat Bagaimana Peluangnya?