Bola.com, Jakarta - Sekilas tampaknya tak ada hubungan signifikan antara Manchester United dan petenis papan atas dunia asal Swiss, Roger Federer. Namun, ketika Setan Merah menjuarai Liga Champions 2008, ternyata Federer punya peran di baliknya.
Sir Alex Ferguson terkenal karena keterampilan melecut motivasi pemainnya selama karier manajerialnya yang panjang di Manchester United. Tetapi, menjelang final Liga Champions 2008 melawan Chelsea, dia dengan senang hati membiarkan pelatihnya Rene Meulensteen, mencoba sesuatu yang sedikit berbeda untuk menginspirasi para pemainnya.
Meskipun mungkin tidak mengetahuinya, Federer adalah bagian penting dari skenario itu.
“Saya penggemar berat tenis dan saya selalu mengagumi Roger Federer dan cara dia mengendalikan emosinya,” kata Meulensteen, seperti dilansir Planet Football, Sabtu (22/5/2021).
“Saya memilih lima cuplikan video Federer untuk ditonton pemain dan meminta mereka untuk menuliskan di turnamen mana dia tampil, di set mana dan di poin mana. Mereka akan mengidentifikasi, katakanlah, Wimbledon sebagai kompetisi, tetapi mereka tidak dapat memberi tahu saya poin atau set yang mana."
“Kesimpulan yang saya buat untuk mereka adalah di mana pun Federer bermain, dia menang dan tampil di level tertinggi ketika itu benar-benar penting. Dia akan memenangkan set pertama, kemudian kalah pada set kedua dan ketiga tetapi, pada saat pertandingan mencapai match point, semua yang telah terjadi sebelumnya tidak menjadi masalah karena dia begitu fokus untuk menang," urai Meulensteen, mengenang jelang penampilan Manchester United di final Liga Champions 2008.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Buat Analogi dengan Ferguson
Meulensteen pertama kali membuat analogi dengan Ferguson saat sesi latihan menjelang final.
Manchester United kalah 1-2 dari sesama penantang gelar, Chelsea, dalam pertandingan di sela-sela bentrokan semifinal dengan Barcelona dan harus menang melawan West Ham United di Old Trafford untuk menjaga asa juara mereka.
MU mengalahkan West Ham 4-1 dan Wigan Athletic 2-0 pada hari terakhir musim itu, yang berarti mereka mengalahkan Chelsea di Liga Inggris dengan selisih dua poin.
"Saya berkata kepada bos setelah kami menang melawan Barcelona bahwa jika kami mengalahkan West Ham dan Wigan dan menjadi juara, kami harus menekan tombol restart menjelang final Liga Champions bersama Chelsea," kata Meulensteen.
“Kami berada di posisi 40-30 pada servis kami sendiri, jadi itu adalah momen Federer kami dan di situlah kami harus berada," imbuh Meulensteen.
Perasaan Luar Biasa
Pertandingan final Liga Champions kontra Chelsea berlangsung penuh drama. MU unggul lebih dulu melalui Cristiano Ronaldo, tetapi kemudian disamakan oleh Frank Lampard.
Laga tersebut akhirnya harus ditentukan melalui adu penalti. Ronaldo gagal menjalankan tugasnya dengan mulus, sehingga Chelsea berada di atas angin.
Namun, keberuntungan The Blues melayang ketika John Terry terpeleset. MU akhirnya menjadi kampiun setelah Edwin van der Sar berhasil menepis tendangan penalti Nicolas Anelka.
“Memenangi Liga Champions dan berbagi euforia dengan para pemain, staf dan fans adalah perasaan yang luar biasa," kenang Meulensteen.
Sumber: Planet Football
Baca Juga
Thom Haye Agak Menyesal Banyak Peluang Terbuang saat Timnas Indonesia Hadapi Jepang: Tapi, Mereka Memang Bagus Banget!
Zanadin Fariz Siap Hadapi Latihan Keras Ala Shin Tae-yong Jelang Piala AFF 2024: Tak Mau Buang Kesempatan Bela Timnas Indonesia
Kabar dari Portugal: Pintu Keramat Stadion Jose Alvalade, Cristiano Ronaldo hingga Lionel Messi Pernah Lewat Sini