Bola.com, Jakarta - Aksi Isdiantono sebagai bek kiri pernah mewarnai pentas Liga Indonesia. Pria kelahiran Banyuwangi, 8 November 1978 ini pernah berkostum Gelora Dewata (kemudian menjadi Deltras Sidoarjo), Arema Malang, Persijap Jepara, dan Persisam Samarinda (sekarang Bali United.
Di klub terakhir, ia kemudian memutuskan gantung sepatu pada 2014. Menariknya, alih-alih meneruskan karier sebagai pelatih layaknya seorang pensiunan pemain, Isdiantono malah menekuni hobinya memotret berbagai momen dan peristiwa.
Belakangan hobinya itu justru jadi sumber penghasilan Isdiantono untuk menghidupi keluarganya selain usaha warung kopi yang lebih dulu dirintisnya.
"Saya memang tak mungkin meninggalkan sepak bola. Tapi, untuk saat ini, saya belum berpikir untuk menjadi pelatih," ujar Isdiantono dalam channel YouTube Omah Balbalan.
Menurut Isdiantono, persentuhannya dengan dunia fotografi karena ingin menyimpan berbagai momen atau peristiwa seputar dirinya bersama keluarga.
Ia pun awalnya hanya menggunakan kamera saku yang kerap ditentengnya ketika masih aktif pemain. Seiring dengan perjalanan waktu, ketertarikannya dengan dunia fotografi semakin kuat setelah banyak bergaul dengan para fotografer olahraga.
"Saya juga belajar secara otodidak dengan membaca buku fotografi. Di antara trik-trik membuat sebuah foto menjadi menarik. Alhamdulillah hasil karya saya mendapat apresiasi. Saya juga mendapat pemasukan dari pelanggan yang ingin memakai jasa saya," kata Isdiantono yang menyimpan keinginan memotret aksi pemain dari pinggir lapangan.
Sebagai pemain, karier Isdiantono memang tak terlalu mentereng. Pencapaian terbaiknya adalah membawa Arema Malang promisi ke Divisi Utama (Liga 1) dengan status juara Divisi Satu (Liga 2) pada 2004.
Alhasil tak banyak kenangan yang bisa menjadi momen berkesan dalam perjalanan kariernya sebagai pesepak bola profesional.Isdiantono justru menyimpan momen yang tak terlupakan kala dua kali mengalami cedera parah.
Pertama ketika memperkuat Deltras Sidoarjo yang ditangani mendiang Suharno. Kala itu, tulang engkelnya retak sehingga ia terancam absen untuk waktu yang lama. Ia pun berinsiatif pulang ke Banyuwangi, kampung halamannya untuk berobat.
"Alhamdulilah setelah mendapat pengobatan tradisional, cedera saya bisa sembuh dalam empat hari," ungkap Isdiantono.
Cedera kedua didapatnya ketika membela Arema Malang. Cedera yang menimpa lututnya terbilang parah karena divonis baru bisa pulih dalam waktu lama.
Video
Cedera
Dalam enam bulan pertama, hari-hari Isdiantono dihabiskan untuk mengobati cederanya itu dengan menjalani terapi rutin. Merasa perkembangan pemulihan cederanya lambat, Isdiantono memutuskan pulang ke Banyuwangi.
Di kampung halamannya itu, Isdiantono melakukan berbagai usaha untuk memulihkan cederanya. Setelah agak pulih, ia melatih kekuatan otot dan fisiknya dengan bermain bola plastik tanpa memakai alas kaki bersama pemain amatir di sekitar rumahnya.
"Awalnya, sebelum bermain, saya mewanti-wanti mereka agar tidak menjegal saya. Belakangan, seriring dengan perjalanan waktu, saya mulai merasa kondisi sudah membaik. Saya pun mulai bermain dengan kondisi normal,"papar Isdiantono.
Setelah pulih, Isdiantono mengaku beruntung mendapat tawaran dari pelatih Yudi Suryata, Persijap Jepara. Yudi yang tahu betul kemampuan Isdiantono ketika meanangani Deltras terus memotivasi anak asuhannya itu. Penampilan Isdiantono pun perlahan membaik. Ia tiga musim bertahan di Persijap dan kemudian pindah ke Persisam sebelum pensiun.