Bola.com, Jakarta - Apa jadinya jika Chelsea tak memiliki N'golo Kante. Sepanjang laga final Liga Champions melawan Manchester City di Stadion Dragao, Minggu (30/5/2021) dini hari WIB, sang gelandang jangkar jadi sumbatan serangan Citizens.
Kante jadi sosok pelapis pertahanan yang membuat para pemain ofensif tim asuhan Pep Guardiola mati kutu. Mereka menguasai permainan, namun begitu sulit memasuki area kotak penalti The Blues.
Kante berulangkali melakukan intersept. Ia sosok kunci tim asuhan Thomas Tuchel melakukan serangan balik mematikan. Gol semata wayang Chelsea yang dilesakkan Kai Haverz pada menit pada menit 42 buah kesabaran The Blues melakukan counter attack.
Sepanjang laga Manchester City menurut catatan statistik Live Score hanya tercatat sekali melakukan tembakan tepat sasaran. Total sang jawara Premier League hanya melakukan tiga kali tembakan.
Chelsea yang kalah penguasaan bola, 42 berbanding 58 persen justru lebih agresif. Mereka melesakkan dua tembakan tepat sasaran, salah satunya berujung gol. Sepanjang laga Chelsea melayangkan delapan usaha tembakan.
Kante punya peran besar dalam menghadang agresivitas serangan para pemain Pep Guardiola.
Mantan pemain Chelsea, Joe Cole yang jadi komentor BT Sport memuji sang pemain asal Prancis itu setinggi langit:
"N'Golo Kante mengejutkan. Saya hancur hanya melihatnya. "Saya bermain dengan Claude Makelele dan saya pikir dia yang terbaik di posisi itu sampai saya melihat anak ini. Dia sosok Makelele plus."
Video
Sudah Menggila Sejak Semifinal
Thomas Tuchel manajer Chelsea punya peran besar mengembalikan permainan terbaik N'golo Kante yang hilang di era dua pelatih The Blues sebelumnya.
Maurizio Sarri dan Frank Lampard terobsesi ingin melihat Kante lebih menyerang. Padahal, permainan eks Leicester City itu lebih optimal jika bertahan. Ia sosok penyetok bola ulung.
Peran besar Kante sudah terlihat di fase semifinal, ketika Chelsea bersua Real Madrid. Kante jadi bintang lapangan laga leg kedua. Saat itu Chelsea menang 2-0 setelah bermain imbang 1-1 pada pertemuan pertama.
Pada laga puncak dominasi Kante kian menjadi-jadi. Saluran serangan Manchester City macet total. Strategi pressing tinggi Tuchel membuat para pemain City tidak bisa lama-lama memegang bola.
Kante dan rekan-rekannya di sektor tengah selalu memberi tekanan begitu jagoan-jagoan Citizens menguasai bola.
"Para pemain bertekad untuk memenangkan ini. Kami ingin menjadi batu di sepatu mereka. Kami mendorong semua orang untuk maju dan mundur, menjadi lebih berani dan menciptakan serangan balik yang berbahaya. Itu adalah pertandingan fisik yang berat. Kami harus membantu satu sama lain. Kami berhasil melakukannya," kata Thomas Tuchel seperti dikutip dari BBC.
Jangan heran jika kemudian Kante digendong rekan-rekan setimnya saat selebrasi juara. Mereka tahu, tanpa sang pemain mungil apa jadinya Chelsea.
Sumber: BBC