Bola.com, Jakarta - Liga 1 2021/2022 dijadwalkan bergulir pada awal Juli mendatang. Kompetisi nanti tidak hanya menjadi panggung bagi para pemain, namun juga pelatih yang lama mengidamkan sebuah pertandingan.
Tidak hanya pelatih dalam negeri yang bakal menunjukkan kualitasnya saat meramu taktik maupun strateginya. Pelatih asing yang sudah cukup lama menjalani karier di Indonesia juga mengukir prestasi menawan.
Cukup menarik adalah banyaknya pelatih asal negara-negara Eropa yang bekerja di Liga 1. Benua Biru yang dianggap sebagai kiblat sepak bola dunia memang tak terbantahkan. Pantas saja jika ada enam klub yang menggunakan jasa pelatih berpaspor Eropa.
Tangan dingin keenam pelatih Eropa sudah teruji dengan mapan di klubnya masing-masing. Siapa saja mereka? Berikut ini daftar dan ulasannya versi Bola.com:
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
1. Robert Alberts (Persib Bandung)
Pelatih kawakan asal Belanda itu sudah membesut Persib sejak 2019. Ia dikenal sebagai pelatih berpengalaman dengan segudang prestasi, terutama di sepak bola Indonesia.
Prestasi paling mentereng yang ditorehkan adalah membawa Arema Indonesia menjadi juara ISL 2010, sekaligus runner-up Piala Indonesia pada tahun yang sama. Kemudian ia cukup sukses mengembalikan kejayaan PSM dengan catatan runner-up Liga 1 musim 2018.
Lantas ia diboyong Persib Bandung di Liga 1 2020. Penampilan Persib di bawah asuhan Robert tampak menjanjikan dengan menyapu bersih tiga laga awal Liga 1 2020.
Sayangnya, performa impresif Persib harus mandek lantaran Liga 1 2020 dihentikan akibat pandemi COVID-19. Prestasi apiknya berlanjut di turnamen pramusim Piala Menpora 2021.
Meski harus mengakui keunggulan Persija Jakarta pada partai puncak. Dengan komposisi dan materi pemain papan atas, ditambah tangan dinginnya, Persib bakal kembali menjadi kandidat kuat juara Liga 1 mendatang.
2. Dejan Antonic (PSS Sleman)
Dejan sudah meramaikan kompetisi di Indonesia sejak lama. Pada 1995/1996, pria asal Serbia ini pernah bermain untuk Persebaya Surabaya. Setelahnya, ia juga sempat membela Persita Tangerang, Persema Malang, dan Deltras Sidoarjo.
Dejan pensiun sebagai pemain pada 2005. Dia memulai kariernya sebagai pelatih di klub Hong Kong, Kitchee FC. Di sana, Dejan berhasil memenangi Copa Liga Hong Kong, Senior Shield Cup Hong Kong, dan Copa Liga Hong Kong. Bahkan, Dejan dinobatkan sebagai Pelatih Terbaik Hong Kong pada 2006.
Setelah beberapa tahun malang melintang di sepak bola Hong Kong, Dejan kembali ke Indonesia. Dia membantu Arema lolos ke perempat final AFC Cup 2012.
Lepas dari Arema, ia pernah merasakan melatih klub Pro Duta, Pelita Bandung Raya, dan Persib. Prestasinya membawa Pelita Bandung Raya menembus empat besar ISL kala itu. Pada 2018, Dejan dipercaya menjadi pelatih Borneo FC berlanjut ke Madura United.
Februari 2020 ia dipercaya untuk menangani PSS Sleman. Meski belum dapat membawa timnya tampil maksimal di Liga 1 2020 yang terhenti akibat pandemi COVID-19, prestasinya terbayar di Piala Menpora 2021. Yakni dengan finis di peringkat ketiga.
3. Igor Kriuschenko (Tira Persikabo)
Pelatih asal Belarusia, Igor Kriushenko, bekerja untuk Tira Persikabo sejak pertengahan musim Liga 1 2019. Pelatih berlisensi UEFA Pro menggantikan posisi yang ditinggalkan oleh Rahmad Darmawan.
Soal kemampuan dan pengalamannya tak perlu diragukan lagi. Igor tercatat pernah melatih Timnas Belarusia dan juga klub BATE Borisov. Bahkan sukses meraih gelar juara Belarus Premier League pada 2006.
Sentuhan tangan dinginnya membawa Tira Persikabo menjadi tim kuda hitam di Liga 1 2019, dengan finis di peringkat lima besar. Hingga berlanjut di gelaran turnamen pramusim Piala Menpora 2021.
Meski perjalanan timnya hanya bertahan di fase grup, Tira Persikabo tetaplah tim yang patut diperhitungkan. Mempertahankan sebagian besar wajah lama, membuat Tira Persikabo patut diwaspadai oleh kontestan lainnya.
4. Paul Munster (Bhayangkara Solo FC)
Ia dipercaya membesut Bhayangkara FC pada pertengahan musim 2019, menggantikan posisi Alfredo Vera. Paul Munster berasal dari Irlandia Utara dan tergolong pelatih muda karena masih berusia 39 tahun.
Debutnya sebagai pelatih dimulai pada 2012. Munster ditunjuk jadi pelatih Assyriska BK di Divisi Sepak Bola Swedia. Di musim berikutnya ia diangkat menjadi manajer Orebro Syrianska IF di Divisi 1.
Ia juga sempat ditunjuk menjadi pelatih Timnas Vanuatu hingga akhirnya direkrut The Guardians (pelatih Bhayangkara FC). Prestasi musim pertamanya cukup apik, dengan sukses finis di urutan empat klasemen akhir Liga 1 2019.
Ia dipertahankan untuk kembali membesut Bhayangkara FC di musim 2020, sebelum kompetisi digugurkan akibat pandemi COVID-19. Serta turnamen pramusim Piala Menpora 2021 dengan hasil kurang maksimal. Munster diprediksi akan kembali membuat Bhayangkara FC tampil garang di kompetisi nanti.
5. Dragan Djukanovic (PSIS Semarang)
Pria berdarah Montenegro ini lebih banyak berkarier di negaranya. Meski sempat menjadi pelatih di Borneo FC pada 2016, Dragan tercatat juga pernah membesut FK Lovcen dan FK Sindjelic Beograd.
Gaya permainan khas negara Balkan yang menitikberatkan pada fisik pemain, bakal dibawanya ke PSIS. Satu nilai plus dari Dragan Djukanovic untuk PSIS adalah telah bekerja sejak musim 2019 lalu.
Adaptasi Dragan Djukanovic dengan PSIS tak perlu dibangun dari nol lagi. Ditambah dirinya kini didampingi oleh asisten pelatih seperti Imran Nahumarury yang cukup kaya pengalaman sebagai pemain nasional.
Sentuhan tangan dinginnya terbukti untuk permainan ciamik PSIS. Posisi lima besar di klasemen Liga 1 2020 sebelum digugurkan akibat pandemi COVID-19. Serta menembus babak delapan besar Piala Menpora 2021 sudah menjadi bukti, terutama dengan skuad pemain mudanya.
6. Eduardo Almeida (Arema FC)
Pria asal Portugal itu resmi menjadi pelatih anyar Arema FC di Liga 1 musim 2021/2022. Sepak bola Indonesia bukan barang baru baginya, karena pernah membesut Semen Padang di musim 2019 meski berujung degradasi.
Sebenarnya, usia 43 tahun masih tergolong sebagai pelatih muda. Bahkan ia lebih muda ketimbang tiga asisten pelatih Arema FC, Kuncoro, Singgih Pitono, dan Siswantoro. Namun, Almeida sudah kenyang pengalaman, baik sebagai asisten pelatih maupun sebagai pelatih kepala.
Ia tercatat pernah menimba ilmu sebagai asisten pelatih klub Portugal, Benfica U-17. Sebuah permulaan yang cukup mentereng. Padahal waktu itu usianya masih 20 tahunan. Ia kemudian memutuskan terjun sebagai pelatih lebih awal ketimbang menjadi pemain sepak bola.
Prestasi terbaiknya diraih di Asia, yaitu ketika menjadi asisten pelatih South China. Almeida turut serta mempersembahkan gelar juara Liga Hong Kong pada musim 2007. Itu merupakan perantauan pertamanya ke Asia.
Segudang pengalaman ini yang membuatnya siap menerima tawaran melatih tanpa membawa gerbong staf ke Arema. Dengan bekal pengalaman serta lisensi UEFA Pro, ia diprediksi dapat membawa pengaruh positif dalam taktik permainan tim Singo Edan. (Vincentius Atmaja)