Nostalgia Persikota Tangerang, Tim yang Baru Saja Dipinang Gading Marten: Makna Julukan Si Bayi Ajaib sampai Rivalitas dengan Persita

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 06 Jun 2021, 06:00 WIB
Persikota Kota Tangerang dan Gading Marten. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Tangerang - Mungkin banyak generasi Z dan milenial yang tidak mengetahui klub apa itu Persikota Kota Tangerang. Maklum, tim kebanggaan Benteng Mania ini lahir dan berjaya di era generasi 1990-an.

Nama Persikota mendadak tenar dalam beberapa hari belakangan. Penyebabnya tentu bukan karena prestasinya. Sebab, klub berjulukan Bayi Ajaib ini telah mendekam di kasta terbawah Liga Indonesia atau Liga 3 kurang lebih selama satu dekade terakhir.

Advertisement

Persikota kembali populer berkat manuver selebritis papan atas, Gading Marten. Mantan suami dari Gisella Anastasia itu diumumkan menjadi investor baru untuk Bayi Ajaib pada Jumat (4/6/2021).

Fenomena artis terjun di dunia sepak bola membuat Gading Marten tertarik untuk mengakuisisi Persikota, setelah Raffi Ahmad melakukannya lebih dulu terhadap Cilegon United.

"Selamat bergabung Gading Marten di Persikota," tulis Persikota dalam akun Instagramnya, @persikotafc1994.

"Persikota secara resmi telah mencapai kata sepakat dengan tokoh, artis, pengusaha, dan pegiat sepak bola ternama Tanah Air untuk bersama memajukan Bayi Ajaib lolos ke Liga 2 musim depan," lanjut pengumuman tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 4 halaman

Si Bayi Ajaib

Gading Marten Akuisisi klup sepak bola Persikota Tanggerang (@persikotafc1994)

Persikota didirikan pada 1994. Enam tahun setelah kelahirannya, Baji Ajaib berhasil menjadi klub terbaik keempat di Liga Indonesia.

Dalam waktu singkat, Persikota mampu menjelma sebagai sebagai kuda hitam, bagkan klub yang disegani di Liga Indonesia. Itulah mengapa julukan Bayi Ajaib disematkan kepada tim ini.

Perjuangan Persikota tidak instan. Bayi Ajaib lebih dulu menjuarai Divisi Dua Liga Indonesia atau setara dengan Liga 3 saat ini, pada 1995/1996 sebelum memenangi Divisi Satu (Liga 2) semusim berselang. Atas raihan fantastis itu, Persikota berhak promosi ke Divisi Utama pada 1997/1998.

Debut Persikota di Divisi Utama terhambat karena kompetisi dihentikan di tengah jalan akibat akibat situasi yang tidak kondusif di dalam negeri. Bayi Ajaib baru menunjukkan taringnya di musim 1999/2000 setelah menjadi semifinalis karena kalah 3-4 lewat adu penalti dari Pupuk Kaltim.

3 dari 4 halaman

Mengorbitkan Rahmad Darmawan dan Rivalitas dengan Persita

Rahmad Darmawan saat mendampingi Tira Persikabo melawan Kalteng Putra di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jumat (26/7/2019). (Bola.com/Yoppy Renato)

Setelah musim mengesankan itu, pencapaian Persikota masih konsisten. Bayi Ajaib juga mulai menelurkan sosok-sosok fenomenal seperti pelatih Rahmad Darmawan dan penyerang Aliyudin.

Nama-nama lainnya semodel Jendri Pitoy, Yeyen Tumena hingga Francis Wewengkang juga populer berkat bermain di Persikota.

Rahmad Darmawan menjadi figur yang paling berhasil diorbitkan Persikota. Setelah dari Bayi Ajaib, pelatih yang karib dipanggil RD itu melatih klub-klub besar macam Persipura Jayapura, Sriwijaya FC, Persija Jakarta sampai Timnas Indonesia. Rahmad Darmawan menangani Persikota pada periode 2001-2004.

Persikota juga dikenal lantaran rivalitas panas dengan tim sesama Tangerang, Persita. Kedua tim bahkan sama-sama pernah bermarkas di Stadion Benteng. Baik Persita dan Persikota sama-sama punya basis fan yang fanatik. 

Tidak heran setiap kali terjadi Derby Tangerang, tensi panas persaingan antara Persita dan Persikota juga menular di luar stadion. Suporter kedua tim kerap baku hantam. Puncaknya sampai muncul larangan pertandingan sepak bola di Tangerang. 

4 dari 4 halaman

Mulai Tenggelam

Suporter Persikota, Benteng Mania.

Perlahan, bensin Persikota mulai habis. Eksistensi Bayi Ajaib lama-lama tenggelam. Padahal, Persikota rutin menduduki lima besar Divisi Utama sampai 2004.

Puncak keterpurukan Persikota terjadi pada Divisi Utama 2007/2008. Musim itu adalah musim terakhir kompetisi dibagi menjadi dua wilayah dan berisikan 36 tim. Musim 2008/2009, Liga Indonesia berubah menjadi Indonesia Super League (ISL) yang bermaterikan 18 tim.

Persikota, yang menghuni Wilayah Barat, gagal masuk sepuluh besar di klasemen akhir. Akibatnya, Bayi Ajaib terdegradasi ke Divisi Utama, titel pengganti Divisi Satu sebagai kasta kedua Liga Indonesia.

Sejak saat itu, Persikota tidak pernah lagi kembali ke kasta teratas Liga Indonesia. Pada 2011/2012, Bayi Ajaib bahkan harus turun kasta ke Liga Nusantara (Liga 3) sampai saat ini.

Berita Terkait