Saat ini, Ia tergabung dalam tim pengungsi yang terdiri dari delapan anggota dan melakukan latihan setiap harinya untuk persiapan Paralimpiade Tokyo 2020. (Foto: AFP/Angelos Tzortzinis)
Ketika al-Hussein kecil, ia sering berenang bersama ayahnya di sungai Efrat. Ia bermimpi suatu saat ingin mengikuti jejak perenang Ian Thorpe dan Michael Phelps ketika tampil di Olimpiade Athena tahun 2004 silam. (Foto: AFP/Angelos Tzortzinis)
Mimpinya harus kandas ketika perang Suriah pecah pada tahun 2011 dan keluarganya pergi mengungsi. Al-Hussein awalnya ingin tetap tinggal, tetapi ketika kaki kananya terkena bom dan harus diamputasi, ia harus pergi ke Yunani dengan perjalanan laut yang beresiko tinggi. (Foto: AFP/Angelos Tzortzinis)
Deretan medali yang terpajang di dinding tempat tinggalnya di Athena ini menjadi saksi perjuangannya. Komite Olimpiade Helenic mulai menaruh perhatian ke al-Hussein ketika ia memenangkan kompetisi disabilitas Yunani dan memilihnya untuk membawa obor Olimpiade Rio 2016. (Foto: AFP/Angelos Tzortzinis)
Selain medali dan penghargaan, topi renang al-Hussein menjadi barang bersejarah yang mengingatkan debutnya bersama tim pengungsi pertama di Olimpiade Rio 2016. Ia juga dipercaya membawa bendera timnya menuju Stadion Maracana yang bersejarah. (Foto: AFP/Angelos Tzortzinis)
"Tak ada yang tak mungkin" kata perenang 32 tahun itu. Ia juga menambahkan bahawa semua orang bisa mendapatkan apapun yang diinginkan ketika meraka berjuang dengan tubuh dan hatinya. (Foto: AFP/Angelos Tzortzinis)