Rapuhnya Lini Pertahanan Timnas Indonesia yang Kebobolan 6 Gol: Kurang Disiplin dan Tertekan

oleh Vincentius Atmaja diperbarui 11 Jun 2021, 08:45 WIB
Bek Timnas Indonesia, Pratama Arhan (kanan), harus berjibaku menghentikan aliran bola sayap Vietnam yang cukup cepat. Vietnam langsung memberikan tekanan ke pertahanan Indonesia, melalui kedua sayap di kanan dan kirinya sejak menit pertama. (Foto: Dok. PSSI)

Bola.com, Solo - Timnas Indonesia masih punya satu laga terakhir dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia, yakni melawan tuan rumah Uni Emirat Arab (UEA) di Stadion Zabeel, Dubai, Jumat (11/6/2021) malam.

Laga ini memang tidak akan menentukan lagi bagi langkah Timnas Indonesia. Namun, pertandingan ini layak menjadi ajang evaluasi setelah menjalani dua laga tanpa kemenangan, yaitu ketika menghadapi Thailand dan Vietnam.

Advertisement

Melawan dua tim sesama negara Asia Tenggara tersebut, tim Merah-Putih bermain imbang 2-2 melawan Thailand dan kalah telak empat gol tanpa balas dari Vietnam. Gawang Nadeo Argawinata kebobolan enam gol dalam dua pertandingan beruntun.

Sebuah catatan yang kurang memuaskan, apalagi Timnas Indonesia sedang dalam masa membangun kekuatan di bawah racikan Shin Tae-yong. Pengamat sepak bola asal Solo, Aris Budi Sulistyo, memiliki penilaian terhadap performa Timnas Indonesia, khususnya dalam dua pertandingan kontra Thailand dan Vietnam.

Beberapa hal menjadi catatan untuk wajib diminimalkan saat menghadapi Uni Emirat Arab, Jumat (11/6/2021) malam WIB. Berikut ini sejumlah catatan khusus Aris Budi Sulistyo mengenai lini pertahanan Timnas Indonesia yang wajib dibenahi:

Video

2 dari 4 halaman

Konsentrasi Mudah Buyar

Timnas Indonesia. (Dok PSSI)

Enam gol yang sudah bersarang dalam dua pertandingan yang dijalani Timnas Indonesia terjadi lantaran konsentrasi pemain yang sering buyar ketika menghadapi serangan lawan. Proses dua gol yang dicetak Thailand dan empat gol Vietnam, banyak dipengaruhi menurunnya tingkat konsentrasi pemain belakang.

Seperti saat melawan Thailand, dua gol lawan tercipta pada awa permainan, baik pada lima menit pertama dan lima menit berjalannya paruh kedua. Sementara empat gol Vietnam terjadi dalam kurun waktu 24 menit saja.

"Sebenarnya sudah bagus kalau komposisi pemain yang dipasang Shin Tae-yong. Banyak pemain muda, fisik dan tenaganya masih bagus. Tapi, konsentrasi mudah hilang," terang Aris Budi kepada Bola.com, Kamis (10/6/2021).

"Setiap lawan menyerang, pemain terkesan buru-buru dalam melakukan pressing. Sewajarnya pemain perlu menentukan kapan momen yang tepat saat menutup pergerakan lawan, melancarkan tekel, atau cukup membayangi," katanya.

 

3 dari 4 halaman

Kurang Disiplin

Kedudukan imbang 2-2 ini tak berubah hingga peluit panjang akhir pertandingan berbunyi. Skor imbang ini membawa Indonesia memperoleh angka pertamanya di Grup pada ajang Kualifikasi Piala Dunia 2022. Selanjutnya Timnas Garuda akan berhadapan melawan Vietnam, Senin (7/6/2021). (Foto: Dok. PSSI)

Catatan lainnya pemain masih kurang disiplin, terutama ketika kehilangan bola. Pihaknya menilai instruksi dari pelatih Shin Tae-yong kurang diterapkan pemain dengan baik.

"Rata-rata pemain Timnas Indonesia sekarang usianya muda. Seharusnya setiap kehilangan bola akibat blunder seperti salah passing, ya wajib segera mengambilnya lagi," ungkap mantan pemain Perkesa Mataram tersebut.

"Tidak kalah pentingnya adalah kedisiplinan di setiap posisi dan tugasnya masing-masing. Lihat tiga dari empat gol Vietnam, akibat banyak lubang yang terlambat ditutup. Kurang disiplin," lanjutnya.

 

4 dari 4 halaman

Seperti Dalam Tekanan

Yakob Sayuri. Serupa dengan Osvaldo Haay, sayap berusia 23 tahun ini juga gagal menunjukkan aksi individu lewat akselerasi dan kecepatannya di sektor kiri akibat kurang mendapat supali bola dari lini tengah. (Dok. PSSI)

Satu bahan catatan yang tidak kalah pentingnya adalah mental pemain yang dianggapnya seperti dalam tekanan. Mantan pelatih Persik Kediri dan Persis Solo tersebut menilai permainan Timnas Indonesia selalu lebih banyak mendapat tekanan dalam dua pertandingan kemarin.

Penguasaan bola, jumlah peluang yang didapat, lebih banyak diungguli Thailand maupun Vietnam. Saat permainan sudah membaik, ketika menahan imbang Thailand, justru merosot di laga kedua dan menjadi bulan-bulanan Vietnam.

"Saya pribadi juga heran, posisi Timnas Indonesia kan sudah tidak menentukan lagi. Peluang lolos sudah tertutup, tapi kenapa justru lebih banyak tertekan? Bukankah seharusnya permainan tim kita yang membuat lawan itu lebih tertekan karena butuh menang," beber Aris Budi.

"Barangkali tim kita diminta untuk hasil yang instan di bawah Shin Tae-yong. Padahal semua butuh proses, Vietnam bisa seperti sekarang juga tidak terjadi dalam waktu sebentar," tegasnya.

Berita Terkait