Bola.com, Jakarta - Tak banyak pemain yang bisa bertahan hanya membela satu tim dalam waktu lama. Satu di antaranya adalah Rudi, gelandang jangkar yang berkostum Semen Padang sejak 2010 sampai sekarang.
Bersama tim kebanggaan masyarakat Sumatra Barat itu, Rudi merasakan atmosfer kompetisi kasta tertinggi dan kedua Tanah Air serta pernah berkiprah di Piala AFC.
Dalam channel youtube Minangsatu, Rudi tak menampik ada sejumlah klub Liga 1 yang pernah menggodanya untuk hengkang dari Semen Padang. Khususnya pada 2017 setelah Semen Padang mengalami degradasi ke Liga 2. Tapi, kecintaannya yang kuat pada Semen Padang membuatnya tak ingin berpaling ke tim lain.
"Saya berharap Semen Padang jadi klub pertama dan terakhir selama berkarier sebagai pemain profesional," ujar Rudi.
Sebelum ke Semen Padang, Rudi mulai bersentuhan dengan sepak bola secara berjenjang dengan mengikuti seleksi pemain untuk bergabung di Diklat PPLP Padang pada 2003. Ketika itu, Rudi baru naik kelas dua SMAN 1 Matur, Kabupaten Agam. Singkat cerita, Rudi yang baru pertama kali ke Padang, akhirnya lolos seleksi masuk Diklat PPLP Padang.
Di kawah candradimuka para pemain muda itu, Rudi menimba ilmu sepak bola sekaligus meneruskan pendidikan formalnya. Selepas dari PPLP Padang pada 2005, Rudi mengisi waktunya dengan membela sejumlah klub amatir seperti Persepa Payakumbuh dan Persiju Sijunjung. Rudi kemudian menjadi bagian tim sepak bola Sumbar di Porwil Sumatera 2007 dan PON 2008 Kaltim.
Peruntungannya mulai terbuka ketika terpilih masuk dalam daftar 18 pemain tim Padang menghadapi Kelantan FA pada sebuah laga amal setelah gempa di Sumbar pada 2009. Kebetulan tim itu ditangani oleh Suhatman Imam, legenda sepak bola Padang.
Suhatman pula yang kemudian mengajaknya mengikuti seleksi di Semen Padang jelang musim 2010.
"Saya datang ke mes pemain pada malam hari. Besoknya langsung ikut tur Semen Padang ke Batusangkar, Payakumbuh dan Bukittinggi," kenang Rudi.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Pernah Diusir Suhatman
Sepulang dari tur, Rudi kembali menjalani seleksi selama empat hari di Semen Padang sebelum resmi bergabung dengan gaji Rp.1,5 juta sebulan. Layaknya pemain muda, Rudi lebih banyak menghabiskan waktunya di bangku cadangan.
Pada momen itu, ia beruntung mendapat bimbingan dan masukan intens dari Suhatman. "Bukan hanya di lapangan. Pak Haji (sapaan akrab Suhatman) kadang memanggil saya untuk diskusi di rumahnya," ungkap Rudi.
Meski dekat, Rudi pernah diusir Suhatman saat mengikuti latihan reguler Semen Padang. Alasannya Suhatman itu, Rudi dinilai tidak serius berlatih. "Padahal, saya merasa tidak ada yang salah saat itu. Saya mengikuti semua program latihan. Sepulang ke mes, saya sampai tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang telah saya lakukan sehingga diusir Pak Haji.
"Keesokan harinya, Rudi didatangi Zulkarnain (pelatih kiper Semen Padang) yang menyampaikan pesan Suhatman agar anak asuhnya itu datang mengikuti latihan. Sesampai di lokasi latihan, Suhatman yang lebih menyapanya.
"Pak Haji bilang kenapa wajah saya murung dan meminta saya tersenyum. Suasana jadi cair dan saya kembali bersemangat mengikuti latihan," terang Rudi.
Memuji Evan Dimas dan Paulo Sergio
Layaknya seorang pemain, Rudi juga menyimpan pengalaman menghadapi lawan yang sulit dijaga. Rudi menunjuk Evan Dimas dan Paulo Sergio yang membuatnya pontang-panting di lapangan saat Semen Padang menghadapi Bhayangkara FC di Liga 1 2017.
"Terutama Paulo yang menurut saya adalah pemain istimewa," ujar Rudi.
Menurut Rudi, mengawal pergerakan Evan dan Paulo tak hanya membutuhkan skill tapi juga fisik dan stamina prima sepanjang pertandingan. "Kalau hanya mengandalkan skill semata paling 10-20 menit bermain sudah habis," pungkas Rudi.
Baca Juga
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Lini Depan Timnas Indonesia Angin-anginan: Maksimalkan Eliano Reijnders dan Marselino Ferdinan atau Butuh Goal-getter Alami?