AHHA PS Pati FC, RANS Cilegon FC, dan Belasan Klub yang Berubah Nama di Liga Indonesia

oleh Muhammad Adi Yaksa diperbarui 16 Jun 2021, 11:15 WIB
Ilustrasi - Logo AHHA PS Pati, RANS Cilegon FC, Dewa United (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Kalau dulu klub Liga Indonesia berganti nama karena diiringi oleh perpindahan homebase, kali ini trennya berubah. Klub berganti nama demi branding atau penguatan merek. Contohnya: AHHA PS Pati FC dan RANS Cilegon FC.

AHHA PS Pati FC dulunya bernama Putra Safin Group (PSG) Pati. Klub ini lalu diakuisisi oleh dua figur yang begitu lekat dengan generasi milenial: Atta Halilintar dan Putra Siregar.

Advertisement

Atta Halilintar adalah YouTuber papan atas Indonesia yang dikenal dengan tagline "ashiaaap" sementara Putra Siregar merupakan pengusaha muda yang populer berkat kesuksesannya berjualan handphone.

Nama AHHA PS Pati FC merupakan gabungan dari brand Atta Halilintar dan toko ponsel Putra Siregar. AHHA merujuk kepada AHHA Corp, korporasi kepunyaan Atta. Sedangkan PS, bersumber dari akronim nama Putra Siregar dan nama toko ponselnya, PS Store.

Atta Halilintar dan Putra Siregar mengikuti jejak selebritis ngetop Indonesia, Raffi Ahmad, yang telah lebih dulu membeli Cilegon United dan mengubah namanya menjadi RANS Cilegon FC.

RANS adalah nama agensi milik Raffi Ahmad yang dipatenkan sebagai nama depan dari tim barunya itu.

PSSI dalam statutanya, merujuk statuta 2019 sesuai terlampir di situs PSSI, tidak mengatur maksimal perubahan nama dan homebase tim.

Pada pasal ke-17 nomor 1.e tentang Kewajiban Anggota PSSI, tertulis "Perubahan nama, domisili dan atau kepemilikan badan hukum sebuah klub harus disahkan oleh Komite Eksekutif setelah melalui mekanisme dan proses kajian yang akan ditetapkan kemudian di dalam Keputusan, regulasi, dan instruksi atau edaran yang dikeluarkan oleh PSSI."

Bukan hanya AHHA PS Pati FC dan RANS Cilegon FC yang pernah berganti nama, sejumlah klub ini juga mengubah identitas mereka. Berikut beberapa di antaranya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 8 halaman

Bhayangkara Solo FC

Logo baru Bhayangkara Solo FC yang resmi berhomebase di Stadion Manahan, Jumat (27/11/2020). (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Sulit menemukan sejarah Persikubar Kutai Barat saat menjelajahi dunia maya. Kendati demikian, tim ini ialah cikal-bakal terbentuknya Bhayangkara FC.

Pada 2010 Persikubar berganti nama menjadi Persebaya Surabaya hingga 2014. Setahun kemudian, PT. Mitra Muda Inti Berlian (MMIB) sebagai pengelola Persebaya tidak berhak atas hak paten dan logo Persebaya, sehingga diharuskan mengubah identitas.

Dalam perjalanannya, Persebaya sempat berganti nama menjadi Bonek FC dan Surabaya United sebelum melebur dengan PS Polri pada 2016 sehingga lahir nama baru, Bhayangkara FC.

Pada perjalanannya, Bhayangkara FC kembali berganti nama, kali ini juga berpindah homebase. Tim berjulukan The Guardian itu memakai identitas Bhayangkara Solo FC dan bermarkas di Stadion Manahan, Solo mulai musim 2021.

  • 1970: Persikubar Kutai Barat
  • 2010: Persebaya Surabaya
  • 2016: Bhayangkara FC
  • 2021: Bhayangkara Solo FC
3 dari 8 halaman

Madura United

Madura United Logo (Bola.com/Adreanus Titus)

Membahas sejarah Pelita Jaya adalah yang paling rumit. Sejak 2002, tim ini tercatat telah enam kali berganti nama, sebelum bergeser identitas menjadi Madura United.

Era Pelita Jaya berakhir pada 2015. Ketika itu, nama tim ini adalah Pelita Bandung Raya (PBR). PBR sempat dijual ke Pemerintah Kota Bekasi sebelum diakuisisi oleh Madura United selang setahun kemudian.

Berikut Jejak Sejarah Pelita Jaya Sejak 2002:

  • Pelita Krakatau Steel (2002-2006)
  • Pelita Jaya Purwakarta (2006-2007)
  • Pelita Jawa Barat (2008-2009)
  • Pelita Jaya Karawang (2010-2012)
  • Pelita Bandung Raya (2012-2015)
  • Persipasi Bandung Raya (2015)
  • Madura United (2016)
4 dari 8 halaman

Bali United

Bali United Logo (Bola.com/Adreanus Titus)

Kompetisi Liga Indonesia 2015 adalah debut Bali United di kancah sepak bola nasional. Saat itu, klub ini masih bernama Bali United Pusam setelah mengakuisisi Putra Samarinda.

Penjualan Putra Samarinda terjadi pada akhir 2014. Ketika itu, faktor ekonomi melatarbelakangi perpindahan tangan manajemen klub.

Putra Samarinda kerap merugi hingga 15 miliar setahunnya. Sehingga, Hardiansyah Hanafiah selaku pemilik klub menjualnya ke Keluarga Tanuri.

  • 1989: Putra Samarinda
  • 2003: Persisam Samarinda
  • 2013: Putra Samarinda
  • 2014: Bali United
5 dari 8 halaman

Persikabo 1973

Logo Persikabo 1973. (Bola.com/Dody Iryawan)

Sedikit rumit menjelaskan perjalanan Persiram Raja Ampat sebelum bertransformasi menjadi Persikabo. Sederhananya seperti ini.

Pada 2015, dibentuk klub bernama PS TNI yang beranggotakan mayoritas pemain PSMS Medan untuk bermaind di turnamen Piala Jenderal Sudirman.

Ternyata, klub ini menyedot perhatian cukup banyak dari masyarakat. Guna bermain di Indonesia Soccer Championship (ISC) A pada 2016, tim ini perlu membeli lisensi kesebelasan lain.

PS TNI lalu mengakuisisi Persiram Raja Ampat pada awal 2016. Klub ini lalu bermarkas di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor.

Bertahan di Bogor hingga 2018, PS TNI pindah ke Bantul dan mengubah identitasnya menjadi PS Tira, yang artinya, TNI dan rakyat. Hijrahnya PS TNI ini dilatarbelakangi oleh minimnya dukungan di Bogor.

Hanya semusim di Bantul, PS Tira kembali ke Bogor untuk merger dengan klub Liga 3, Persikabo. Jadilah tim ini bernama Tira Persikabo.

Pada 2020, Tira Persikabo kembali mengubah identitas. Kali ini meninggalkan embel-embem TNI maupun Tira dengan mamakai nama Persikabo 1973.

  • 2004: Persiram Raja Ampat
  • 2016: PS TNI
  • 2018: PS Tira
  • 2019: Tira Persikabo
  • 2020: Persikabo 1973
6 dari 8 halaman

Borneo FC

Logo Baru Borneo FC. (Bola.com/Nandang Permana)

Untuk menyaingi keberadaan Putra Samarinda, pengusaha muda, Nabil Husein, membeli Perseba Super Bangkalan dan mengubahnya menjadi Pusamania Borneo FC pada awal 2014. Klub ini bermula bermain di Divisi Utama.

Pembentukan Pusamania Borneo FC kala itu juga dilatarbelakangi ketidakpuasan terhadap prestasi Putra Samarinda dan hilangnya terhadap manajemen klub.

Putra Samarinda akhirnya kalah dari Pusamania Borneo FC. Tim itu dijual ke Bali lalu dan bertransformasi menjadi Bali United.

Pusamania Borneo FC melenggang sendirian sebagai wakil Samarinda di Liga Indonesia setelah menjuarai Divisi Utama 2014 dan promosi ke Liga Super Indonesia (ISL) pada 2015.

Pada 2017, Pusamania Borneo FC menghilangkan embel-embel Pusamania. Jadi, tim itu bernama Borneo FC hingga saat ini.

  • 1970: Perseba Bangkalan
  • 2014: Pusamania Borneo FC
  • 2017: Borneo FC
7 dari 8 halaman

Sriwijaya FC

Sriwijaya FC_Logo (Bola.com/Adreanus Titus)

Mulanya bernama Persijatim Jakarta Timur, yang berdiri pada 1976. Memasuki medio 2000-an, atau tepatnya pada 2002, Persijatim dijual ke Pemerintah Solo dan berganti nama menjadi Persijatim Solo FC.

Hanya dua tahun mampir di Solo, Persijatim diakuisisi oleh Pemerintah kota Palembang. Identitas yang dipakai ialah Sriwijaya FC. Saat ini, tim berjuluk Laskar Wong Kito itu tengah berkompetisi di Liga 2.

  • 1976: Persijatim Jakarta Timur
  • 2002: Persijatim Solo FC
  • 2004: Sriwijaya FC
8 dari 8 halaman

Klub-klub yang Berganti Nama Lainnya

Kashartadi (tengah) ditunjuk sebagai pelatih Dewa United FC yang akan mengarungi Liga 2 2021. (Hendry Wibowo/Bola.com)

Villa 2000 - Celebest FC (2016)

Persikad Depok - Bogor FC (2017) - Sulut United (2019)

Persiwa Wamena - Persiwa Bina Putra FC (2017)

Perseru Serui - Badak Lampung FC (2018)

Aceh United - Babel United (2019) - Muba Babel United (2020)

Martapura FC (-) - Dewa United (2021)

Persigo Gorontalo (1970) - Semeru Lumajang FC (2017) - PS Hizbul Wathan (2020)

Blitar United (2012) - Bandung United (2019)