Menutup Simulasi Olimpiade Tokyo dengan Kemenangan, Marcus / Kevin Belum Puas 100 Persen

oleh Benediktus Gerendo Pradigdo diperbarui 18 Jun 2021, 17:45 WIB
Ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, berhasil mengalahkan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan pada laga final Daihatsu Indonesia Masters 2020, di Istora Senayan, Minggu (19/1/2020). (Bola.com/Muhammad Iqbal Ichsan)

Bola.com, Jakarta - Ganda putra nomor satu dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, menutup simulasi Olimpiade Tokyo 2020 dengan sebuah kemenangan. Mereka berhasil menyudahi perlawanan juara Spain Masters 2021, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan.

Laga simulasi Olimpiade yang berlangsung di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (17/6/2021) petang, itu dituntaskan The Minions lewat rubber-game, 18-21, 21-14, dan 21-16.

Advertisement

"Hari ini lawan bermain cukup bagus ya. Gim pertama kami kalah start dan mereka lebih nothing to lose saat bermain. Kami juga masih mencari-cari pola permainan, sedangkan mereka bisa langsung in," ujar Kevin Sanjaya Sukamuljo.

"Kami kaget, tidak menyangka mereka main cepat sejak awal. Tapi, beruntung kami bisa menyesuaikan. Memang kami tidak bertanding cukup lama, tapi saat latihan selalu konsisten dan selalu maksimal. Jadi soal kecepatan masih bisa mengikuti," sambung Marcus Fernaldi Gideon.

Marcus dan Kevin mengatakan mereka ingin terus mematangkan pola permainan yang belum mencapai level maksimal demi bisa tampil maksimal di Olimpiade Tokyo.

"Kalau puas 100 persen belum, masih banyak yang harus diperbaiki dan dievaluasi. Pola permainan juga belum ditemukan. Jadi lebih kepada teknis," ujar Kevin.

Video

2 dari 2 halaman

Bicara soal Target

Aksi Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon pada semifinal All England 2020, Sabtu (14/3/2020). (PBSI)

Mendapatkan target meraih medali emas Olimpiade menjadi beban tersendiri bagi Marcus/Kevin. Namun, mereka memiliki cara sendiri untuk meredamnya. Ketimbang terlalu terbebani dengan target tinggi di Olimpiade, Marcus memilih untuk menjaga mentalitasnya.

"Faktor paling penting adalah menjaga mental dan tekanan, harus bisa kontrol emosinya. Kami ditargetkan medali emas, tapi tidak ada yang bisa menjamin bisa mendapatkannya kan? Jadi sebisa mungkin dijaga hatinya agar tidak menggebu-gebu, takut malah jadi beban pikiran dan kalah," ujar Marcus.

Dengan berakhirnya simulasi untuk Olimpiade Tokyo itu, maka tim bulutangkis Indonesia akan segera merampungkan program latihan selama kurang lebih dua minggu sebelum bertolak ke Kumamoto, Jepang, pada 8 hingga 18 Juli sebagai bentuk aklimatisasi.

Berita Terkait