Pakar Penyakit Menular Amerika Serikat Ungkap Penyebab Ledakan COVID-19 di Indonesia

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 19 Jun 2021, 16:31 WIB
Paramedis memindahkan pasien COVID-19 di RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (18/6/2021). Tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) RSUD Kota Bogor saat ini mencapai 73 persen. (merdeka.com/Arie Basuki)

Bola.com, Jakarta - Pakar penyakit menular dari University of Maryland, Amerika Serikat, Faheem Younus, ME, mengungkapkan penyebab ledakan kasus positif COVID-19 di Indonesia. Menurut Faheem Younus, hal itu terjadi karena lambannya tindakan yang diambil pemerintah.

Faheem Younus melalui akun Twitter miliknya memamparkan data kasus baru positif COVID-19 dengan persentase penerima vaksin di Indonesia. Menurut Faheem Younus, hal inilah yang menyebabkan ledakan kasus positif COVID-19 di Indonesia.

Advertisement

"Sekitar 67 persen dari puncak kasus dan terus naik. Ada 22 per 100.000 kasus baru yang seharusnya lebih kecil dari 5 per 100.000. Hanya 6 persen populasi yang divaksinasi," tulis Faheem Younus.

"Karena pengujian rendah, kasus sebenarnya, dan kematian jauh lebih tinggi. COVID-19 tidak akan hilang dengan berpura-pura tak pernah terjadi," ucap Faheem Younus.

Kicauan Faheem Younus mengundang reaksi dari warganet Indonesia. Mayoritas mendesak pemerintah segera mengambil tindakan cepat untuk menekan angka penyebaran dan positif COVID-19.

Satuan Tugas Penanganan COVID-19 sampai Jumat (18/6/2021) mencatat adanya penambahan 12.990 kasus baru di Indonesia. Hal itu membuat sampai saat ini telah terjadi 1.963.266 orang terkonfirmasi COVID-19.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

99 Persen Wilayah RI

Tes Covid-19 di Suramadu. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Kasus COVID-19 di Indonesia saat ini tercatat di 510 Kabupaten dan Kota dari 34 provinsi di Indonesia. Artinya, sudah lebih dari 99 persen wilayah di Indonesia terdampak COVID-19.

Pada periode 17-18 Juni terdapat 73.805 orang yang diambil sampelnya untuk menjalani pemeriksaan spesimen. Dengan demikian, pemerintah sudah memeriksa 18.438.024 spesimen terhadap 12.335.197 orang yang diambil spesimennya.

Satu orang bisa menjalani pemeriksaan spesimen lebih dari sekali. Hal ini tentu harus terus dilakukan untuk bisa menekan angka penyebaran dan positif COVID-19.

Berita Terkait