Kisah Freddy Muli, Jadi Pemain Timnas Indonesia pada Usia 18 dan Raih Trofi di Klub Berbeda

oleh Abdi Satria diperbarui 30 Jun 2021, 07:45 WIB
Freddy Muli. (Bola.com/Abdi Satria)

Bola.com, Jakarta - Sosok Freddy Muli sebagai bek tengah pernah mewarnai pentas Liga Sepakbola Utama (Galataman) era 1980-an.

Pencapaiannya pun terbilang lumayan yakni meraih trofi juara bersama Niac Mitra pada musim 1987/1988. Pria kelahiran 28 Februari 1962 ini juga mempersembahkan gelar Piala Galatama buat Gelora Dewata pada 1993.

Advertisement

Menariknya, gelar Piala Galatama itu diraih Freddy bersama Gelora Dewata setelah menekuk Mitra Surabaya (dulu bernama Niac Mitra) dengan skor 1-0 di Stadion Gelora 10 Nopember Tambak Sari pada 25 Oktober 1993.

Pada musim yang sama, Freddy juga membawa Gelora Dewata menembus final Galatama menghadapi klub elite saat itu, Pelita Jaya. Sayang, Gelora Dewata gagal mengawinkan gelar setelah takluk 0-1.

Dua pencapaian ini menjadi prestasi tertinggi Gelora Dewata karena setelah musim itu, kompetisi Galatama dan Perserikatan dilebur menjadi Liga Indonesia.

Di kasta tertinggi, Gelora Dewata yang kemudian mengganti nama menjadi Deltras Sidoarjo pada 2001 lebih banyak berkutat di papan tengah. Belakangan, Deltras malah terlempar ke Liga 3 sampai sekarang. Bagi Freddy Muli, pencapaian ini merupakan buah kerja kerasnya menekuni sepak bola.

Sosok Freddy Muli sebagai bek tengah pernah mewarnai pentas Liga Sepakbola Utama (Galataman) era 1980-an.

Ia memulainya dengan terpilih masuk Diklat Ragunan angkatan pertama pada 1979 lewat jalur seleksi hasil pantauan kejuaraan antar pelajar.

Di Diklat Ragunan, Freddy Muli satu angkatan dengan legenda Persib Bandung, Yusuf Bachtiar. Satu tahun berguru di Diklat Ragunan, nama Freddy masuk dalam daftar skuat PSSI Junior.

Di tim itu, Freddy tampil bersama mendiang Ricky Yacob dan Hermansyah yang menempuh ilmu sepakbola di Diklat Salatiga.Setelah bergabung di PSSI Junior mengikuti berbagai turnamen di luar negeri, nama Feddy pun masuk ke jenjang senior yakni PSSI Pratama.

Bagi Freddy, masuk dalam skuat PSSI Pratama jadi kebanggaan sendiri karena saat itu ia masih berstatus pelajar di SMA Ragunan dan masih berusia 18 tahun.

Video

2 dari 2 halaman

Bergabung dengan Perkesa 78

Klub Galatama, Perkesa 78 jadi tim pertama Freddy di level profesional. Ia bergabung setelah mendapat telepon dari Iswadi Idris, legenda sepak bola Indonesia yang menangani tim yang bermarkas di Sidoarjo itu.

Dari Perkesa 78, Freddy bergabung dengan Niac Mitra jelang musim 1987/1988 dan langsung meraih trofi. Freddy sempat memperkuat Niac Mitra pada musim berikutnya 5 juta. Tapi, pada pertengahan musim, Freddy hengkang ke Petrokimia Putera dengan transfer senilai Rp.15 juta.

(Bersambung)

Berita Terkait