Bola.com, Jakarta - Freddy Muli mewarnai pentas sepak bola Indonesia era 1980-an. Pada artikel sebelumnya, Freddy bercerita mengenai masa lalunya di channel YouTube Pinggir Lapangan.
Klub Galatama, Perkesa 78 jadi tim pertama Freddy di level profesional. Ia bergabung setelah mendapat telepon dari Iswadi Idris, legenda sepak bola Indonesia yang menangani tim yang bermarkas di Sidoarjo itu.
Dari Perkesa 78, Freddy bergabung dengan Niac Mitra jelang musim 1987/1988 dan langsung meraih trofi. Freddy sempat memperkuat Niac Mitra pada musim berikutnya 5 juta. Tapi, pada pertengahan musim, Freddy hengkang ke Petrokimia Putera dengan transfer senilai Rp15 juta.
Menariknya, proses perpindahan Freddy dari Perkesa ke Niac Mitra sempat terkendala. Semuanya berawal dari keputusan manajemen Perkesa memindahkan markasnya ke Yogyakarta dengan berganti nama menjadi Perkesa Mataram. Alasannya, mereka kalah pamor dengan Niac Mitra yang menjadi tim pujaan publik Surabaya dan Jawa Timur kala itu.
"Bang Iswadi mengajak saya ikut ke Yogyakarta. Tapi, saya tak langsung mengiyakan karena hati saya sudah tertambat dengan gadis Sidoarjo," kenang Freddy dalam channel youtube Pinggir Lapangan.
Di momen itu, tanpa sepengetahuan manajemen Perkesa dan Iswadi, Freddy memberanikan diri mengikuti latihan yang sekaligus jadi seleksi di Niac Mitra. Karena sudah punya nama, Freddy langsung lolos.
Masalahnya, Perkesa yang merasa memiliki Freddy Muli pun berang. Perkesa pun sempat enggan menerbitkan surat keluar yang menjadi syarat utama pendaftaran pemain. Beruntung berkat lobi yang dilakukan M. Basri, pelatih Niac Mitra saat itu, Perkesa akhirnya melepas Freddy.
Video
Transfer Rp15 Juta
Bersama Niac Mitra, Freddy Muli menjadi pilar tim asuhan M. Basri yang kemudian meraih trofi juara pada 1987-1988. Berkat sukses itu, pemain Niac Mitra laris manis jadi rebutan sejumlah klub.
Apalagi pada waktu yang sama pemilik Niac Mitra, A.Wenas berniat melakukan regenerasi pemain. Sejumlah pilar pun hengkang ke klub lain seperti Jaya Hartono, M. Kusnan, Yessi Mustamu dan Benny van Breukelen.
Freddy sempat bertahan sampai pertengahan musim 1988-1989. Ia kemudian hengkang ke Petrokimia Putera Gresik yang membutuhkan jasanya.
Kala itu, Petrokimia dilatih oleh mendiang Ronny Pattisarani yang tengah membangun tim dengan mendatangkan pemain bintang. Lewat negosiasi antar manajemen, Freddy pun pindah ke klub Gresik itu dengan nilai transfer Rp15 juta.
"Saya hanya mendapat Rp11 Juta, sisanya untuk adminiastrasi klub," tutur Freddy.