Bola.com, Lamongan - Tak bisa dimungkiri sosok Iwan Setiawan merupakan salah satu nama tersohor di sepak bola nasional. Pelatih berusia 62 tahun tersebut memiliki sejarah panjang dalam karier kepelatihannya.
Walau begitu, ada hal-hal yang membuatnya kerap kali tak bisa bertahan lama menangani sebuah klub. Emosi Iwan Setiawan yang meledak-ledak seringkali menjadi sebuah bumerang untuknya dirinya.
Misalnya saat menangani Borneo FC dan Persebaya Surabaya beberapa tahun yang lalu. Kritikan suporter yang mengarah kepadanya selepas pertandingan, membuatnya bereaksi dengan keras yang justru memicu kemarahan suporter.
Pria asal Medan itu kerap kali tak bisa menahan diri yang justru memperburuk suasana. Kalau sudah begitu, manajemen bakal kesulitan mempertahankannya sekalipun pekerjaan yang dilakukan tak terlampau buruk.
Lantas bagaimana nasib Iwan Setiawan saat menangani Persela Lamongan musim ini? Apakah bernasib sama seperti sebelum-sebelumnya? Simak ulasannya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Sesuai Filosofi Klub
Persela Lamongan sudah lama dikenal sebagai tempat ideal bagi pemain muda untuk mengembangkan kariernya di sepak bola Tanah Air. Keberadaan Iwan Setiawan yang jago mengorbitkan pemain muda dirasa cocok dengan filosofi tim.
Pria yang mendapatkan lisensi dari federasi Belanda (KNVB) ini merupakan pelatih yang jeli mengukur potensi pemain muda. Ramdani Lestaluhu dan Andritany Ardhiyasa merupakan beberapa pemain yang mekar setelah mendapatkan gemblengan kerasnya sejak masih melatih Persija Junior.
Jasa besarnya bagi Persebaya juga tak boleh dilupakan. Pemain-pemain yang mendapatkan kepercayaannya seperti Miswar Saputra, M. Hidayat hingga Irfan Jaya menjadi tumpuan Green Force, julukan Persebaya, sejak masih berada berada di kasta kedua pada 2017.
Persela merupakan kawah candradimuka bagi pesepakbola muda. Tak terhitung ada berapa banyak pemain yang jadi pemain top setelah mentas dari klub yang bermarkas di Stadion Surajaya tersebut. Menarik menantikan tangan dingin Iwan Setiawan memoles para pemain muda Persela.
Tekanan Suporter
Tak berada di tim besar tentu membuat mantan pelatih Timnas Indonesia U-23 itu akan jauh lebih tenang menjalankan tugasnya. Apalagi dengan skuad yang terhitung minimalis, Persela tak mungkin mematok target tinggi untuk bersaing di papan atas.
Realistis merupakan kata kunci yang harus dipupuk seluruh elemen yang ada di klub asal Kota Soto tersebut. Fokus untuk melanjutkan filosofi klub bakal jadi prioritas yang harus dikedepankan Persela musim ini.
Memberikan pengalaman bagi pemain muda yang bakal jadi fondasi tim di masa depan, bakal sangat bermanfaat ketimbang mengejar prestasi musim ini.
Asalkan tak sering menelan kekalahan dan terhindar dari zona degradasi, rasa-rasanya tak ada hal fundamental untuk memecat pelatih gaek ini di tengah jalan.
Pengendalian Emosi
Jika ada hal yang membuatnya tersingkir lebih dini dari klub berjuluk Laskar Joko Tingkir, adalah emosinya. Kontrol emosi bakal jadi hal paling krusial yang membuatnya bertahan selama mungkin di Persela.
Tak hanya dituntut pintar dalam menghadapi kritikan suporter, dirinya juga wajib menjaga ketenangan kamar ganti. Jika mampu mengendalikannya, potensi terbaik Persela akan mengejutkan banyak pihak. Seperti yang kita tahu, Persela memiliki Ivan Carlos yang juga memiliki karakter meledak-ledak.
Jika hubungan keduanya tak akur, Persela bakal kesulitan bersaing menghadapi klub-klub lain dengan posisi sang pemain yang sangat penting sebagai ujung tombak.
Namun, jika keduanya mampu bersinergi dengan baik. Bukan tidak mungkin Ivan Carlos bakal kembali menemukan sentuhan dan ketajamannya yang sempat hilang seperti beberapa tahun yang lalu.
Baca Juga
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Lini Depan Timnas Indonesia Angin-anginan: Maksimalkan Eliano Reijnders dan Marselino Ferdinan atau Butuh Goal-getter Alami?