Kerugian Bali United bak Efek Bola Salju Akibat Kesimpangsiuran Piala AFC dan Ditundanya Liga 1

oleh Alit Binawan diperbarui 06 Jul 2021, 18:45 WIB
Bali United Logo (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Denpasar - Bali United harus bisa menahan rasa kesal dan dituntut untuk lebih bersabar menyusul kabar buruk yang datang silih berganti terkait keikutsertaan mereka di Liga 1 dan Piala AFC.

Bali United mendapat pukulan telak dalam sebulan terakhir. Bukan hanya sekali, tetapi tiga kali. Pertama adalah Piala Wali Kota Solo yang akhirnya tidak mendapatkan izin dari pihak kepolisian. Padahal Serdadu Tridatu sudah berada di Surakarta.

Advertisement

Kedua adalah ditundanya Liga 1 2021/2022 yang rencananya dihelat pada 9 Juli akibat persebaran kasus COVID-19 yang semakin tinggi dan pemberlakukan PPKM Darurat Jawa-Bali mulai 3-20 Juli. Jika tidak ada halangan, akhir Agustus Liga 1 baru bisa digelar.

Terakhir adalah Piala AFC 2021. Induk organisasi sepak bola Asia (AFC) sudah memberikan keterangan resmi jika mereka tetap akan menggelar Piala AFC meskipun tanpa menggelar pertandingan di beberapa zona seperti Asia Tenggara.

Jika tidak diselenggarakan, akan dikategorikan sebagai force majeure. Banyak kerugian yang bisa didapat Bali United. Padahal persiapan sudah dilakukan sejak awal 2021 lalu. Lantas apa saja hal yang bisa menjadi kerugian untuk Bali United? Berikut ulasannya:

Video

2 dari 4 halaman

Terganggunya mental pemain

Bali United - Ilustrasi Pemain Veteran (Bola.com/Adreanus Titus)

Pelatih Bali United Stefano Cugurra Teco akhirnya angkat bicara terkait status Piala AFC dan Liga 1 2021/2022. Menurut pelatih berpaspor Brasil tersebut, mental pemain bisa terganggu. Hal tersebut benar danya karena beberapa pemain yang sempat diwawancarai terpisah mengatakan hal demikian.

Sebut saja Leonard Tupamahu dan Gavin Kwan Adsit. Selain itu Ilija Spasojevic sempat menguatarakan jika latihan yang dilakukan selama ini oleh Serdadu Tridatu menjadi tidak berarti sama sekali.

“Yang pasti kurang bagus untuk semua pemain sudah kerja keras di latihan dan hanya tunggu kompetisi resmi saja,” terang Teco yang baru tiba dari Brasil.

Menurut mantan Pelatih Fisik Persija Jakarta tersebut, bukan hanya tahun ini yang mengalami kerugian, tapi juga tahun lalu.

“Tahun 2020, kami masih menyisakan tiga pertandingan fase grup di Piala AFC. Tapi kompetisi harus dihentkan ditengah jalan. Masalahnya Liga Champions Asia tetap jalan dan kami sangat kecewa waktu itu,” ucapnya.

3 dari 4 halaman

Latihan Jadi Tidak Jelas

Ekspresi dua pemain Bali United, Dias Angga Putra (kiri) dan Mohammad Sidik Saimima usai timnya dikalahkan PSS Sleman 2-4 melalui babak adu penalti dalam laga perempatfinal Piala Menpora 2021 di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Senin (12/4/2021). (Bola.com/Ikhwan Yanuar)

Tiga kompetisi yang dijalani Lerby Eliandri dkk. tidak jelas,berdampak pada sesi latihan Bali United. Belum lagi ditambah dengan PPKM Darurat Jawa-Bali yang dimulai 3 Juli hingga 20 Juli mendatang.

Otomatis sesi latihan terganggu karena lapangan tempat mereka berlatih seperti Lapangan Yoga Perkanthi Jimbaran dan Lapangan Banteng Seminyak tidak bisa digunakan sementara waktu. Solusinya adalah berlatih mandiri di rumah masing-masing.

Namun sesi latihan bersama sudah kembali dilakukan. Hanya latihan dilakukan di lapangan futsal mini yang ada di Mes Bali United serta dibagi dalam dua sesi. Setiap sesi per hari dibatasi 15 pemain saja yang berlatih.

“Kami tetap latihan mandiri untuk jaga kondisi fisik pemain. Kami masih percaya dengan tim kami. Pasti nanti mereka kerja keras di setiap latihan dan pertandingan,” ujarnya.

4 dari 4 halaman

Bisa Mengganggu Keuangan Klub

Pemain Bali United, Willian Silva Costa Pacheco (tengah), merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Persib Bandung dalam pertandingan Babak Penyisihan Piala Menpora 2021 di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Rabu (24/3/2021). (Bola.com/Arief Bagus)

Dengan tanpa kompetisi, bisa saja keuangan klub terganggu. Apalagi PSSI sempat mengungkapkan bahwa kontrak pemain selama Liga 1 2021/2022 tertunda, menjadi tanggung jawab klub. Artinya, klub bebas mengatur besaran kontrak pemain.

Apakah ada pemotongan nilai kontrak atau tidak. Wajar klub melakukan hal tersebut karena hampir tidak ada pemasukan yang dimiliki. Setiap klub termasuk Bali United hanya mngandalkan pemasukan dari sponsor dan penjualan merchandise saja. Untuk masalah ini, CEO Bali United Yabes Tanuri masih belum meresponnya.