Bola.com, Turin - Maurizio Sarri buka-bukaan pengalamannya menangani Cristiano Ronaldo di Juventus. Dia mengaku Ronaldo adalah sosok pemain yang susah ditangani.
Pelatih berusia 62 tahun tersebut ditunjuk menjadi pelatih Lazio pada bulan lalu, setahun setelah dipecat oleh Juventus. Saat itu ia harus bekerja sama dengan Cristiano Ronaldo yang datang ke Turin sejak 2018.
Apa kesulitan menangani Ronaldo? Menurut Sarri, dia harus mempertimbangkan ketertarikan personal dari striker Portugal tersebut.
"Ronaldo tak mudah ditangani. Dia perusahaan multinasional dengan ketertarikan personal yang harus dikombinasikan dengan mereka yang ada di tim. Saya menganggap diri saya lebih baik menjadi pelatih daripada manajer," tutur Sarri kepada Sport Italia, seperti dikutip Football Italia, Selasa (6/7/2021).
"Tapi ada juga aspek positifnya, karena Cristiano Ronaldo membawa pulang hasil ke rumah pada akhirnya, dan itu hasil-hasil penting," imbuh mantan manajer Chelsea itu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Merasa Tidak Dihargai
Cristiano Ronaldo bukan pemain sembarangan. Selama lebih dari satu dekade terakhir, dia dan Lionel Messi dianggap sebagai pemain terbaik di dunia dengan penggemar ratusan juta yang tersebar di berbagai belahan dunia. Fakta itu disadari oleh Sarri.
“Dia mewakili sesuatu yang melampaui klub, dengan lebih dari 200 juta pengikut di media sosial, tetapi ini adalah masalah di masyarakat kita. Sayangnya, ada terlalu banyak pembicaraan tentang pemain dan sedikit tentang tim," kata Sarri.
Sarri memimpin Juventus merebut gelar Serie A 2019/2020 namun dipecat pada akhir musim setelah kalah dari Lyon di babak 16 besar Liga Champions.
Dia merasa karyanya tidak dihargai, terutama mengingat musim 2020/2021 yang mengecewakan di bawah asuhan Andrea Pirlo. Nyonya Tua baru meraih tiket Liga Champions pada laga terakhir musim tersebut.
“Kami memenangkan Scudetto bahkan tanpa merayakannya, semua orang pergi makan malam sendiri,” kata Sarri.
“Gelar liga diterima begitu saja, di dalam dan di luar klub. Tapi tahun ini saya melihat mereka merayakan finis keempat, jadi mungkin itu adalah kondisi ideal untuk Juve.”
Sumber: Football Italia