Bola.com, Denpasar - Pemain angkatan pertama Bali United sejak 2015 hanya tersisa tiga orang. Mereka adalah Fadil Sausu, Ricky Fajrin, dan Yabes Roni Malaifani. Hingga saat ini, ketiganya masih dipercaya Pelatih Bali United Stefano Teco Cugurra.
Khusus untuk Fadil, ada cukup banyak cerita yang mengiringi karier sepak bolanya hingga sukses merebut gelar perdana sebagai pemain profesional bersama Bali United ketika menjuarai Liga 1 2019. Semua itu tertuang saat sesi tanya jawab dengan Bali United.
Dari sesi tanya jawab yang diunggah di akun YouTube resmi Bali United pada Selasa (6/7/2021), Fadil mengungkapkan perannya sebagai kapten Serdadu Tridatu harus melalui jalan yang panjang.
Ketika masih ditangani Indra Sjafri yang sekarang menjadi Direktur Teknik PSSI, ada beberapa pemain yang sempat dicoba sebagai kapten seperti Yoo Jae-hoon hingga Bobby Satria. Akhirnya seiring berjalannya waktu, Fadil yang didapuk sebagai kapten.
Menurut Fadil, tugas seorang kapten cukup berat. Bukan hanya memimpin tim di lapangan, tetapi juga di luar lapangan. Sebagai salah satu pemain senior dan terlama di Serdadu Tridatu, dia wajib menunjukkan sikap yang baik dan menjadi panutan bagi rekan-rekannya.
“Siapapun (pemain) curhat di dalam atau luar lapangan, bebas. Mau itu pemain muda, saya bisa menyesuaikan. Saya sering tekankan ke pemain, begini loh Bali United. Harus selalu sabar dan jangan meragukan manajemen,” bebernya.
Sebagai pemain kidal, Fadil yang sempat berposisi sebagai bek dan winger kiri ini masih menjadi salah satu eksekutor sepakan bebas terbaik yang dimiliki Bali United. Bahkan dia sempat disandingkan dengan mantan gelandang AC Milan dan Juventus, Andrea Pirlo.
Menurutnya, bukan sebuah kebetulan dia bisa melakukan eksekusi sepakan bebas atau sepakan bola mati dengan baik.
“Kalau opini saya, (tendangan bebas) feeling yang paling pertama. Harus tahu posisi berdiri penjaga gawang seperti apa. Lalu jarak antara bola ke gawang berapa. Nanti bisa disesuaikan kekuatan bola yang ditendang itu seberapa,” ujarnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Pengaruh Sepak Takraw
Sepak takraw juga menjadi salah satu faktor mengapa Fadil cukup apik dalam menguasai bola. Dia mengaku saat masih duduk di bangku sekolah dan mewakili sekolahnya di kejuaraan tingkat Provinsi Sulawesi tengah, dia sempat menjadi atlet sepak takraw. Posisinya di tim sepak takraw saat itu adalah tekong (penendang bola servis).
“Kontrol di sepak takraw, akhirnya terbawa sampai di dunia sepak bola. Sampai sekarang kalau sedang istirahat, sering nonton video takraw di YouTube,” ujar mantan pemain Mitra Kukar tersebut.
Di usianya yang sudah menginjak 36 tahun, Fadil tentu harus berpikir langkah selanjutnya setelah pensiun sebagai pesepak bola profesional. Itu sebabnya pada Desember 2020, Fadil bersama M. Taufiq mengikuti kursus kepelatihan lisensi C AFC di Bali.
Ilmunya sempat diterapkan saat ikut melatih anak-anak di SSB Hibridah Barru. Ayah satu anak tersebut sangat siap membantu pemain usia dini yang ada di desa atau kabupaten yang dikunjunginya tanpa dibayar sama sekali.
“Saya ikhlas tidak dibayar. Saya ingin membagi ilmu yang saya dapat karena waktu muda dulu, saya untuk berlatih sepak bola sangat sulit mendapat pelatih. Saya senang untuk membantu anak-anak berlatih sepak bola dan inginnya nanti, tidak jauh-jauh dari sepak bola. Saya mau jadi pelatih,” ujarnya.
Gayung pun bersambut, CEO Bali United tahun lalu sempat memberikan lampu hijau kepada Fadil, M. Taufiq, dan siapapun pemain di Bali United yang sudah mengantongi lisensi kepelatihan untuk bergabung di Bali United Youth. “Kami buka kesempatan itu. Kami prioritaskan mereka,” beber Yabes.
Baca Juga