Bola.com, Lamongan - Persela Lamongan jadi satu di antara tim yang terimbas langsung penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Sejak 3 Juli hingga 20 Juli 2021 semua kegiatan non-esensial termasuk olahraga, tak diizinkan.
Tak bisa berlatih secara intensif di lapangan, klub berjulukan Laskar Joko Tingkir ini pun akhirnya memilih meliburkan skuadnya. Keputusan ini pun juga diambil beberapa tim lain seperti Persija Jakarta, Persib Bandung hingga Bali United.
Tak adanya latihan secara intens membuat mayoritas tim menyetujui usulan baru dari PT Liga Indonesia Baru (LIB) terkait jadwal sepak mula kompetisi. Pertengahan Agustus menjadi waktu paling ideal sehingga tim-tim masih bisa fokus membangun kekuatan usai PPKM berakhir.
Pelatih Persela, Iwan Setiawan, mengaku hanya bisa pasrah dengan situasi yang berkembang. Dia pun mengajak semua orang yang terlibat di sepak bola Indonesia untuk bisa terus menyesuaikan diri dengan perkembangan sepak bola Tanah Air.
"Kalau kami mau bertekad hidup di sepak bola Indonesia, paling tidak kami harus bisa beradaptasi dengan kondisi sepak bola Indonesia. Salah satunya suka terjadi perubahan-perubahan jadwal," ungkapnya.
Impak dari mundurnya jadwal Liga 1 memang sangat memengaruhi banyak lini. Tak hanya tataran manajemen yang harus menanggung resiko, dari sisi pelatih pun juga dituntut kreatif untuk mengakali perubahan yang terjadi.
"Kami sudah harus siap. Bukan hanya manajemen, tetapi tim pelatih dan juga pemain sekalipun. Tetapi yang paling bertanggung jawab dengan perubahan-perubahan ini kalau secara teknis adalah kami, selaku tim pelatih," jelas Iwan.
Video
Pengalaman Jadi Kunci
Sebagai pelatih yang telah lama malang melintang di sepak bola Indonesia, penundaan jadwal seperti ini bisa dibilang sebuah hal yang biasa. Tak terhitung berapa kali jadwal sepak bola di Indonesia mengalami perubahan.
Bahkan sebelum pandemi COVID-19, situasi sepak bola nasional memang sering dilanda ketidakpastian. Setelah liga berakhir, belum ada yang tahu kapan kompetisi baru akan dihelat.
Keberlanjutan kompetisi yang abu-abu membuat keraguan muncul setiap tahunnya. Tanpa kepastian itu, industri sepak bola Tanah Air seolah jalan di tempat.
Pelatih asal Medan ini mengakui pengalaman menghadapi perubahan membuat dirinya jauh lebih bijak dalam menyusun program latihan. Seorang pelatih kini juga dituntut menjaga moral pemain yang terpukul dengan keadaan sulit ini.
"Kami pelatih di Indonesia ini memang harus punya pengalaman yang lebih untuk bisa beradaptasi menghadapi perubahan. Apalagi sekarang kita sama-sama tahu, dalam kondisi COVID-19 yang seperti sekarang semuanya jadi lebih tidak menentu," tandasnya.
Baca Juga
Mengulas Rapor Buruk Shin Tae-yong di Piala AFF: Belum Bisa Bawa Timnas Indonesia Juara, Edisi Terdekat Bagaimana Peluangnya?
Prediksi AC Milan Vs Juventus: Duel Raksasa yang Jauh dari Habitatnya
Timnas Indonesia Menatap Piala AFF 2024: Trofi Perdana Direbut atau Status Spesialis Runner-up Berlanjut?