Bola.com, Lamongan - Sosok Ahmad Bustomi tak akan mungkin dilupakan penggemar sepak bola tanah air. Kepiawaiannya dalam mengatur tempo permainan baik di klub maupun kala membela timnas Indonesia mendapat tempat di hati masyarakat.
Pemain yang akrab disapa Cimot ini mulai terlihat kebintangannya kala membela Persema Malang sejak 2005. Tempaan dari pelatih kawakan Danurwindo membuatnya makin matang sebagai seorang gelandang.
Panggilan timnas Indonesia kelompok umur pun mulai sering menghampiri Ahmad Bustomi. Mulai dari skuad timnas Indonesia U-23 Asian Games, SEA Games hingga Pra Olimpiade yang sempat berlatih di Belanda dan Argentina.
Empat musim bersama Laskar Ken Arok, julukan Persema, tawaran datang dari Arema Indonesia yang tengah membangun kekuatan di awal musim 2009-2010. Walau saat itu Bustomi masih berusia 23 tahun, Robert Rene Alberts yang baru pertama kali melatih di Indonesia mencium bakat besarnya.
Satu tempat utama tak ragu diberikan kepada pemain kelahiran Jombang itu dalam skema 4-2-3-1. Bermain bersama gelandang-gelandang senior seperti Roman Chmelo dan Esteban Guillen dirinya mampu mengimbangi para seniornya.
Dengan gaya main yang luar biasa atraktif, tak heran bila trofi Liga Indonesia akhirnya mampu didaratkan Ahmad Bustomi ke Malang. Pencapaian bersejarah ini bakal selalu dikenang oleh Aremania, julukan suporter Arema.
Video
Dihantam Badai Cedera Parah
Sebagai seorang pesepakbola, risiko mengalami cedera parah membayangi setiap waktu. Tak hanya saat berlaga, bahkan saat latihan sekalipun risiko itu tak sepenuhnya hilang.
Bustomi jadi salah satu yang beruntung tetap bisa bermain di Liga 1 meski telah memasuki usia senja. Padahal dirinya sempat mengalami rentetan cedera parah selama tujuh tahun terakhir.
Cedera parah pertamanya terjadi saat memperkuat Arema Cronus pada gelaran Indonesia Super League (ISL) 2014 lalu. Bustomi mengalami cedera ligamen lutut anterior (ACL) tetapi mampu kembali pulih setelah menjalani pengobatan alternatif.
Dua tahun berselang, dirinya bahkan hanya bermain dua menit saja di ajang Bhayangkara Cup 2016. Benturan keras dengan Osvaldo Haay yang kala itu masih memperkuat Persipura Jayapura membuatnya kembali mengalami cedera lutut.
Saat memperkuat Mitra Kukar pada 2018 lalu, cedera ACL yang pernah dialaminya akhirnya kambuh. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini dirinya mantap memilih jalur operasi berkat dukungan rekan-rekannya seperti Hamka Hamzah.
Walaupun terpaksa harus menepi sepanjang tahun 2018, kekuatannya mulai kembali seperti sedia kala. Pemulihan cedera ACL memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar yang kadang membuat banyak pemain frustasi.
COVID-19 Mengadang
Awal musim 2020 seolah menjadi babak baru perjalanan karier Bustomi. Alih-alih tetap bertahan bersama Mitra Kukar yang terjerembab ke Liga 2, dirinya memutuskan mengambil tantangan bersama Persela Lamongan.
Klub berjuluk Laskar Joko Tingkir itu bisa dibilang merupakan tempat yang pas bagi pemain-pemain kawakan seperti dirinya. Legenda Persib Bandung, Eka Ramdani berhasil kembali bersinar setelah bermain di Persela pada musim 2016.
Hal tersebut sepertinya menginspirasi Bustomi untuk menerima pinangan Persela. Namun, pandemi COVID-19 membuat kiprahnya bersama Persela terhenti prematur musim lalu.
Kesempatan kembali datang musim ini. Jeda kompetisi selama semusim tak membuatnya berleha-leha dan terus membentuk kekuatan fisiknya. Hal ini terlihat dalam tes Vo2Max dimana pemain berusia 35 tahun ini merupakan salah satu yang terbaik.
Tetapi segala persiapan yang dibuatnya berantakan seketika setelah dirinya dikonfirmasi mengidap COVID-19. Peningkatan kasus positif yang masif kemudian memaksa PT LIB menunda sepak mula kompetisi yang seharusnya berlangsung tepat hari ini.