Bola.com, Jakarta - Bagi publik sepak bola di Kota Solo khususnya dunia suporter, nama Mayor Haristanto cukup mudah dikenal. Kerap mengenakan kaus bertuliskan Pasoepati lengkap dengan syal, dan sering melakukan aksi berbau sepak bola di kota Bengawan.
Sosoknya tak lain merupakan pionir berdirinya kelompok suporter Pasoepati, bahkan menjadi presiden pertama organisasi suporter tersebut pada tahun 2000-2001 silam. Sudah banyak sumbangsih yang ia berikan dalam perjalanan Pasoepati.
Pasoepati bisa dibilang sebagai satu diantara kelompok suporter dengan basis massa yang besar dari Solo, memiliki ciri khas warna merah. Pada awalnya kelompok suporter ini adalah pendukung fanatik Pelita Solo, bergeser ke Persijatim Solo FC, dan sekarang secara paten sebagi fans fanatik tim asli Persis Solo.
Baru-baru ini, Mayor Haristanto bercerita mengenai perjalanan dirinya bisa masuk sebagai seorang suporter bahkan menjadi pemimpin organisasi sebesar Pasoepati dengan jumlah anggota mencapai puluhan ribu orang.
Dalam kanal YouTube pinggir lapangan, dirinya mengaku sempat membuat sebagian besar Pasoepati kapusan atau dalam bahasa Jawa berarti tertipu. Adalah karena kata Mayor yang melekat pada nama depannya. Karena ternyata itu adalah nama aslinya, bukanlah sebuah pangkat dalam kemiliteran.
"Banyak yang mengira Pasoepati dipimpin seorang Mayor atau perwira ternyata gadungan. Itu asli nama saya, Mayor artinya besar lawannya minor. Saya kelahiran wonogiri 15 Mei 1959," terang Mayor Haristanto mengawali ceritanya.
Video
Suporter Sebagai Gerakan Sosial
Lantas ayah dua orang anak tersebut mengaku sepak bola sangat jauh dari latar belakang kehidupannya. Meski ia sempat menyaksikan pertandingan sepak bola pada zamannya Arseto di Stadion Sriwedari.
Sementara profesinya adalah bekerja di dunia periklanan dan event organizer. Lantas kehadiran Pelita Solo yang berpindah markas dari Jakarta pada tahun 2000 merubah kehidupan Mayor Haristanto.
"Banyak orang menilai saya identik dengan suporter, meski sebenarnya mengalir saja. Awalnya sering lihat Arseto, saat Pelita berkandang di Solo ada energi ke sana. Ada kerumunan massa sebesar itu, kalau marah atau rusuh bagaimana? Maka dari itu alangkah baiknya menjadi sebuah kelompok suporter yang penuh damai dan Atraktif," paparnya.
Ia begitu total untuk menjalankan roda organisasi Pasoepati. Rumahnya yang terletak di wilayah Nayu, Nusukan, Banjarsari pun menjadi tempat lahirnya Pasoepati. Mayor Haristanto didaulat sebagai presiden Pasoepati saat itu.
Saat menjabat orang nomor satu di Pasoepati, beberapa torehan dilakukannya, Pasoepati menjadi suporter pertama dengan jumlah masa besar yang 'berani' menyambangi markas Persebaya Surabaya, Stadion Gelora 10 November Tambaksari, dengan kekuatan sekitar 3.000 anggotanya.
"Bagi saya, kelompok suporter adalah gerakan sosial, saya mencoba menangkap aura kerumunan massa. Akan menjadi kekuatan luar biasa, karena suporter aset terbesar industri sepak bola. Berapa pentingnya suporter atau penonton," lanjut Mayor.
"Dulu saya juga diundang ke Makassar, Pekanbaru, dan Manado untuk ikut membidani suporter setempat, karena saya ingin suporter seluruh Indonesia cinta damai dan bersahabat. Tapi sekarang ini kebablasan, identik rusuh, tawuran, atau merusak. Ini tantangan yang harus dihadapi," jelasnya.